Kedelapan orang itu sudah bersiap-siap menuju hutan Brigeway, mereka mengikuti semua yang dikatakan Billy, Natasya menatap sekelilingnya, udara sejuk dan gemuruh salju terdengar dari puncak gunung.
"Ugh silau sekali, meskipun sangat dingin, tetapi pantulan salju ini membuatku kesulitan untuk melihat," ucap salah seorang wanita yang terlihat sangat modis, bahkan pakaian yang wanita itu kenakan pun terlihat sangat fashionable.
Natasya berjalan bersemangat, dia bahkan memperhatikan bila saja ada bunga yang tumbuh di antara tumpukan salju, tapi semua itu mustahil dan tidak mungkin. Mereka terus berjalan hingga mencapai pintu gerbang masuk hutan Brigeway, terdapat tulisan usang yang tertutupi salju di atas gerbang itu.
"Di dalam hutan terdapat banyak pohon yang tertutupi salju, jadi jangan menyentuh sembarang tempat, apalagi pepohonan, salju dari pepohonan yang lebat bisa berubah menjadi keras dan sangat berbahaya.
Natasya mengangguk bersemangat dan mengikuti Billy dan yang lainnya.
Terlihat beberapa jejak sepatu yang baru saja melewati hutan itu, banyak jejak sepatu menuju ke berbagai arah.
"Sepertinya banyak yang bertujuan sama seperti kita ya," ucap Natasya sambil menatap jejak sepatu di depannya. Tiga gadis itu hanya memikirkan satu hal, bagaimana mereka bisa menggoda Billy dan berhasil merayunya, satu dari mereka bertiga harus berhasil. Percakapan mereka didengar jelas oleh Natasya.
"Harusnya aku tidak mendengarkan mereka. Aku lebih baik berjalan cepat," gumam Natasya. Perjalanan mereka sekitar 2 jam, Billy dengan mudah menemukan lokasi yang cocok untuk berkemah.
"Wow, tidak begitu jauh dari pintu gerbang Brigeway, apa ini yang kau maksud berkemah dan menikmati alam liar?" ucap Revan memperhatikan di setiap sisi.
Saat itu Billy menepuk bahunya.
"Hanya dalam jarak dekat dari gerbang itu sudah berbahaya, Revan? Apa kau tahu serigala gunung biasanya akan turun jika mereka lapar? Mencari daging segar yang hangat, kita tidak boleh lengah, meskipun tempat ini tidak begitu jauh dari desa."
"Sekarang kita akan mendirikan tenda, lebih baik kita dirikan tenda masing-masing, aku yakin kalian semuanya bisa, jangan mengatakan kalau kalian seorang pemula, atau kau akan kukirim kembali ke desa."
"Kalau begitu aku akan dikirim balik? Aku sama sekali tidak tahu membuat tenda," ucap Revan bangga.
"Diamlah bodoh. Apa kau mau dipulangkan balik oleh Billy? Dia bersungguh-sungguh mengatakannya, sebaiknya kita membuat tenda yang tidak begitu dekat dari tenda mereka, aku tidak ingin suaraku mengganggu mereka tengah malam nanti," ucap Carol.
***
Saat itu Natasya mengeluarkan apa yang berada di dalam tas besar yang ada di punggungnya.
"Kau butuh bantuan?" tanya Billy melihat gadis itu sedang serius membongkar sesuatu dari dalam tasnya.
"Ah ya terima kasih," ucap Natasya, dia menerima kebaikan pria itu meskipun sebenarnya dia bisa membuat tendanya sendiri, karena sejak kecil dia dan Ayahnya selalu berkemah dan berburu di hutan.
"Wow kau hebat," pujinya.
"Trims, aku biasanya pergi berkemah dengan Ayahku, meskipun hanya sedikit, aku tahu cara mendirikan tenda." Natasya lebih cepat menyelesaikan tendanya dibandingkan yang lainnya, sehingga dia memiliki waktu cukup banyak, asap mengepul keluar dari mulutnya, dia mengenakan topi kupluk dengan mantel salju berwarna biru yang tebal.
Natasya mengambil kapak kecil dan memegangnya.
"Aku sudah selesai, bisakah aku mengambil kayu bakar di sekitar hutan? Aku hanya berada di sekitar kemah kita," ucapnya.
"Baiklah, tapi hati-hati, jangan sampai kau mendekati danau, meskipun sekarang sudah membeku, tapi lapisan esnya masih tipis, jangan ke sana, kita masih memiliki beberapa botol air untuk kita gunakan," ucap Billy kepadanya.
Natasya mengangguk dan segera pergi, namun saat dia melangkah lebih jauh seseorang memanggilnya.
"Hei, kamu mau kemana?" tanya gadis bernama Penelope. Natasya mengingat perkataan Revan bahwa wanita ini telah bercinta dengan Billy.
"O-oh, aku akan mencari kayu bakar, kita akan membutuhkannya setelah semua tenda didirikan."
"Oh, tetapi kenapa kau yang mencarinya, tugas itu hanya untuk pria, kau tidak mau merusak tanganmu kan? Jangan bilang kau bawa kapak, hahaha apa kau sungguh membawanya? Kau hebat, kalau begitu aku bisa minta tolong, kan?" ujarnya.
Natasya pun mengangguk.
"Bawa ini sekalian." Dia mengulurkan ketel besi kepada Natasya.
"Di sana ada danau beku, kau bisa menggali sedikit dan mengambil airnya yang jernih," ucapnya.
"Ta-tapi Billy bilang kita masih memiliki banyak air, jadi kita masih belum bisa ke danau itu, lagi pula disini banyak salju," ucap Natasya menjelaskan.
"Ambil saja, jangan banyak bertanya, air itu akan kami gunakan untuk keperluan kami yang lain, dan itu tidak cukup untuk kita berdelapan. Bawa dan ambil. Gampang, bukan?" Wanita itu menepuk pundak Natasya, lalu berlalu pergi.
Natasya hanya mengangkat bahu dan segera mengelilingi hutan dan mengambil ranting atau kayu kecil yang ada di sekitarnya.
"Bagus, untung aku bawa tali, aku bisa mengikat kayu-kayu ini jika sudah kebanyakan." Natasya terus berjalan dan mengambil kayu-kayu kecil dan akhirnya tiba di tepi danau.
"Di sana danaunya sudah membeku," gumamnya bersemangat. Dia mengambil kapaknya dan memukul-mukul es beku di pinggir danau, mengambil air es yang mengalir sedikit demi sedikit, dan tentu saja sangat dingin.
"Wuah indah sekali," ucap Natasya saat melihat pemandangan danau yang membeku.
Terdengar lolongan hewan dan suara tembakan dari dalam hutan, Natasya terkejut dan segera pergi dari danau dan bersembunyi dibalik pohon, untung saja salju-salju itu menumpuk, sehingga Natasya tidak terlihat.
Suara langkah kaki seseorang begitu berat terdengar, dia memegang senjata panjang yang disampirkan di lengannya.
"Seorang pemburu?" bisik Natasya.
Pria itu berhenti di depan tepi danau, tepat di depan Natasya saat selesai mengambil air. Pria itu menatap es yang baru saja di pukul, dan mengeluarkan banyak air di sana.
"Dia pasti tidak jauh dari sini, apa karena mendengarku sehingga dia bersembunyi?"
Pria itu mengeluarkan rokok dari jaket tebalnya, dia berusaha menyalakan dengan korek apinya, tapi sayang sekali, bahkan korek apinya pun membeku.
"Ck sial," gumamnya sambil menginjak kotak persegi empat ditumpukan salju. Natasya menggelengkan kepalanya ketika melihatnya, karena pria itu membuang sampah sembarangan.
Natasya mencoba bergerak, dan pergi dari sana, dia berlari-lari mencoba menjauh dari sang pemburu, karena begitu terkejut, Natasya jatuh, dan tumpukan salju itu berjatuhan di tubuhnya, apalagi dengan benturan keras di pohon, membuat salju itu berhasil menutupi seluruh tubuh Natasya.
"Terlalu berat, aku tidak bisa keluar, benar yang di katakan Billy, salju dari pepohonan yang berjatuhan sangat berbahaya, bagaimana sekarang? Aku tidak bisa keluar dari tumpukan salju raksasa ini. Ughh," ucap Natasya panik.
"To-tolong, selamatkan aku, tolong aku," ucap Natasya mencoba menggali sekali lagi, tangannya terasa beku dan sulit digerakkan, salju turun begitu lebat, semakin menumpuk dan membuat gunung salju menutupi tubuh Natasya dengan sempurna, siapapun yang lewat tidak akan menyangka seseorang ada di dalam sana.
"Ku-kumohon tolong aku ...." Suara Natasya semakin mengecil dan akhirnya rasa dingin membuat tubuhnya terasa beku, seseorang tengah berdiri di sana, dia mendengarkan suara lemah dari dalam tumpukan salju itu.
"Tsk merepotkan," gumam pria itu, dia mengambil sekop, dan menggalinya dengan sangat hati-hati.
"Kenapa gadis itu membuatku bekerja keras seperti ini?" ucap Pria itu sambil mengeluh jengkel, meskipun begitu, dia tetap menggali hingga dia bisa melihat rambut keemasan dan wajah pucat sedang tertidur di dalam es.