Chereads / Love Maybe? / Chapter 1 - Pindah ke Kosan

Love Maybe?

🇮🇩Leanzy_
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Pindah ke Kosan

Awal baru kembali, setelah meninggalkan kosan yang lama agar bisa lebih jauh dari ayah.

"Ini kuncinya. Jika ada masalah ataupun sesuatu jangan lupa telepon saya." ujar pemilik kosan.

"Terima kasih, Pak." Zio mengambil kunci itu, dan membungkukkan kepalanya.

Pemilik kosan pergi meninggalkan Zio, Setelah mendapati kuncinya, Zio membuka pintu kosannya itu lalu memasukkan beberapa barang yang Zio bawa dari kosan sebelumnya.

Ziora membenahi kamar kosan nya, mengganti wallpaper dengan bertemakan Doraemon. Dia sangat menyukai Cartoon Jepang itu. Hingga selalu berkhayal untuk bisa pergi kemanapun yang dia mau tanpa sepengetahuan ayahnya.

Setelah beberapa jam menyelesaikan kamar mandinya. Sejenak Ziora merebahkan tubuhnya dia tas kasur kecilnya itu, sambil membuka layar ponselnya, dia mendapat sebuah chat singkat yang bertuliskan.

"Kamu di mana? Kenapa tidak mengatakan pada ayah, jika kamu ingin pindah, nak?"

Zio hanya menatap layar itu, tanpa membalas pesan ayahnya. Zio merasakan kantuk yang sangat hebat, dia menguap beberapa kali lalu tertidur menjatuhkan ponsel miliknya.

Jam mulai menunjukkan pukul 15:30 tetapi Zio masih tertidur pulas, mungkin karena kelelahan. Di samping itu, ada yang mengetuk pintu kosan Ziora. Tak terduga, Ziora yang tidur terlelap dan tidak bisa mendengar alarm yang sudah berbunyi 1 jam yang lalu, tiba-tiba dia bisa terbangun hanya dari suara ketukan pintu sebanyak 3 kali.

"Permisi, Paket." seseorang berteriak di depan pintu kosan Ziora.

Dengan cepat Ziora membukakan pintu itu, dengan rambut yang berantakan. "Sejak kapan aku pesan paket. Aku saja baru pindah ke sini. Mengganggu orang tidur saja!" ucapnya dengan suara serak.

"Maaf nona, tapi alamat yang di tuliskan di sini adalah kamar 20-AD." seseorang itu menyebutkan kamar kosan Ziora.

"Iya 20-AD itu memang kamar saya, Tapi saya tidak memesan paket online." jelasnya kembali.

"Memangnya tidak ada nama seseorang di paket itu?" tanya Zio yang teringat dengan nama penerima paket.

"Ada, Nona." seseorang itu langsung membacakan nama pemilik paket itu.

"Berikan saja pada pemilik gedung kosan ini. Siapa tahu pemilik itu orang yang sudah lama pindah dari kamar ini." jelas Zio memberikan solusi tepat untuk kurir paket.

"Oh, baiklah kalau begitu. Maaf sudah mengganggu waktu nona." seseorang itu membungkukkan badannya,

"Tidak apa." jawab Ziora kembali menutup pintu setelah kurir itu pergi.

Ziora kembali ke tempat tidurnya, dan memeriksa layar ponsel yang menunjukkan pukul 16:00.

"ASTAGA! AKU TERLAMBAT BEKERJA!!!"

Ziora berlari menuju kamar mandi, tidak lama dia pun keluar dari kamar mandinya, langsung memakai pakaian yang sudah di siapkan sebelum mandi.

Ziora sangat tergesa-gesa, apalagi ini hari pertamanya bekerja di Toserba Cloud. Menunggu bis seperti biasa, karena jarak dari kosannya dan tempat bekerja lumayan jauh. Ziora harus menghabiskan waktu di perjalanan selama 20 menit, belum lagi jika terjadi kemacetan di jalan raya itu akan memakan waktu lebih dari 30 menit.

***

Sesampainya di Toserba Cloud...

"Permisi, maaf atas keterlambatan saya. Pak!" Zio berdiri tegap dengan nafas yang masih terengah-engah.

"Tidak apa-apa. Lagi pula sedang sepi pengunjung, kali ini ku maafkan. Tapi jika besoknya kamu masih melakukan kebiasaan terlambat seperti ini, saya tidak punya toleransi waktu lagi. Paham!" jelasnya pemilik toserba.

"Baik pak. Terima kasih sudah mau memaafkan saya." jawab Zio sangat bersyukur dengan keberuntungan yang di miliki hari itu.

"Cepat buka jaket mu, lalu siap berjaga." ucap Pemilik toserba pergi dari tempat kasir.

"Baik pak." jawab Ziora, segera membuka jaketnya.

Dan mulai berjaga di hari pertamanya bekerja. Untung saja pekerjaan Ziora tidak terlalu lama, dia hanya bekerja selama 6 jam saja. Karena dia masih seorang pelajar, dan pemilik toserba hanya bisa memberikan pekerjaan paruh waktu di sore hari setelah dia selesai bersekolah.

Setelah pergantian penjagaan dengan pemilik toserba, benar saja memang sedang sepi pengunjung. Sudah hampir setengah jam Ziora menata beberapa minuman kaleng, masih saja belum ada yang memasuki toserba nya membuat Ziora menjadi merasa bosan di hari pertamanya bekerja.

Bahkan hampir sudah pukul 9 malam hanya ada 4 orang yang mengunjungi toserba nya, dan membeli beberapa barang. Tetap saja, Ziora merasakan kebosanannya karena tidak ramai seperti biasanya waktu ia sering mengunjungi toserba ini.

Tepat pada pukul 9 malam ada seorang pria yang duduk di kursi depan Toserba Cloud, seperti sedang merasakan kesakitan. Pria itu menangis, Ziora yang menyadari ada seorang pria menangis di pinggir jalan membuat nya merasa iba, segeralah Ziora mengambil tisu miliknya dan menghampiri pria tersebut.

Sambil menyodorkan tisunya, "Pakailah. Kamu membutuhkan tisu ini." ucap Ziora penuh iba.

Pria itu berdiri tegap menutup setengah wajahnya dengan tangan kirinya, lalu menatap Zio dengan penuh kebencian. "Tidak perlu ikut campur. Lebih baik urus saja pekerjaan mu!!" pria itu menggertak nya lalu pergi dari toserba itu.

"Kenapa dia seperti itu? Apa salah ku?! Memangnya salah, jika aku memberikannya tisu padanya?!!" gerutu nya kesal.

Zio merasa kesal, baru kali ini pertolongannya di tolak mentah-mentah. Zio menggerutu sejadi-jadinya, dia merasakan emosi yang sama dengan pria yang ia temui tadi.

Lagi-lagi Zio menggerutu pada dirinya sendiri, sambil membenahi barang-barang yang ada di dalam kardus dan di tata di rak yang sudah ketentuannya. "Yang benar saja. Aku hanya ingin membantunya, tetapi apa? pria itu berkata kasar padaku! Cih! Awas saja jika bertemu, aku akan melakukan hal yang memalukan untuk nya." gumam Zio, sedikit menaruh kaleng minuman dengan tenaga yang terlalu keras.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, waktunya menutup Toserba, Pemilik toko datang setengah jam sebelum toko di tutup, membantu Ziora membenahi peralatan. Setelah itu Ziora berpamitan untuk kembali pulang.

"Pak, maaf. Jika sudah, saya izin pulang lebih dulu." Zio membenahi barang terakhirnya.

"Oh, baiklah. Silahkan pulang. Biar saya yang mengunci toko." sahut pemilik toserba.

"Baik pak." jawab Zio langsung bergegas menuju tasnya dan pergi sebelum ketinggian bis.

Menuju ke halte bis, Zio menyadari bahwa ada seorang pria yang sedang duduk di pojokan memegang kepalanya sendiri, seperti sedang menghindari sesuatu.

"Dia! Pria itu! Wah, kita bertemu kembali kawan!" gumam nya sambil menghampiri pria tersebut.

"Hei!" teriak Zio, dari beberapa jarak yang masih berjauhan dari halte bis.

Pria itu terkejut lalu berdiri memandangi seorang wanita dari kejauhan. Sedangkan Zio terkejut melihat ke arah luka lebam yang tidak sengaja terlihat dari pria itu.

"Wajahnya... Banyak sekali memar di wajah dia. Ini tidak benar, aku harus membantunya." gumam Zio berlari menuju pria tersebut, tetapi pria itu malah berlari karena dia mengira Zio akan melakukan hal yang buruk ke padanya.

Terjadilah peristiwa kejar mengejar yang tidak jelas, Zio yang pandai berlari sejak kecil, kali ini dia tampak kewalahan mengejar pria itu, padahal tinggal sedikit lagi ia bisa menangkap nya dan menanyakan apa yang terjadi pada pria tersebut.

Nihil yang di peroleh dari Zio, dia tidak mendapatkan pria tersebut, dan dia juga tidak bisa membereskan rasa penasaran nya terhadap luka pria yang ia temui malam itu.

"Ah sudah lah. Pergi semau mu! Aku lelah! Aku tidak akan mengejar mu lagi!! Tapi aku yakin, kita akan bertemu kembali, dan jika suatu hari kita di pertemukan, aku akan menanyakan hal buruk yang menimpamu malam ini!!!" gerutu nya dengan nafas yang terengah-engah, dan gagal mendapatkan pria itu.

Ziora tak sadar jika pria itu bersembunyi di belakangnya, pria itu bisa mendengarkan ocehan yang Zio lontarkan. Pria itu merasakan ketenangan mendengar ocehan Zio, merasa ada yang memerhatikan di saat kesulitan yang di alami pria itu.

Ziora kembali ke halte dan menunggu bis selanjutnya, dia kembali ke kosan pada tengah malam hanya karena ketinggalan bus awal.

"Lelah sekali!" Zio merasakan kesakitan pada tubuhnya, bukan karena pertama kalinya ia bekerja melainkan karena kelelahan mencari pria itu.

Zio mengambil ponselnya yang berada di sampingnya, membuka aplikasi jam untuk memasang alarm di ponselnya, lalu menyetel jam sesuai untuk pergi ke sekolah barunya agar tidak terlambat seperti saat bekerja tadi.

"Jam 5 aku harus bangun, kita punya waktu sekitar 1 jam karena sekolah di mulai jam 7 pagi. Baiklah, saat nya tidur." gumamnya langsung menaruh ponsel dan mematikan lampu kamarnya.

Saat Ziora hampir terlelap, ponselnya yang berada di atas meja di samping tempat tidur Zio bergetar. Zio terkejut segera terbangun dari tidurnya, dan mengecek isi chat nya. Setelah di buka, itu adalah chat dari ayah Zio. Lagi!

"Selamat malam Zio, hari ini kamu sudah melakukan yang terbaik buat diri kamu, melakukan yang terbaik buat orang lain juga. Semangat untuk hari esok, jangan pernah melupakan ayah. Ayah rindu Zio. Kapan-kapan, jika ayah ada waktu lagi, ayah akan menemui mu di tempat baru mu ya. Jadi tunggu ayah di sana, jangan pergi lagi. Good night dear." begitulah isi chat dari ayah Zio.

"Uh? Apa maksud ayah *Jika ayah ada waktu lagi?* Apa ayah tau tempat kerja ku? Ah rasanya tidak mungkin! Aku sudah pindah kota, bagaimana ayah bisa menemukan ku lagi?" gumam Zio berpikir keras.

Saat ini Zio benar-benar tidak bisa kembali tertidur hanya karena isi pesan dari ayahnya, pesan itu menggantung tidak jelas. Dia sangat takut, jika ayah Zio akan ikut campur dalam hidupnya lagi.

***

Padahal Zio sudah berjanji pada ayah dan dirinya, jika setelah ayah nya menikah lagi Zio akan menjadi wanita yang tidak manja lagi dan meninggalkan ayahnya sejauh mungkin untuk tidak mengganggu kehidupan pernikahan nya dengan istri barunya.

Tapi ayah Zio berpikir sebaliknya, Zio tetaplah anak perempuan satu-satunya yang ia miliki, cinta kedua setelah istri pertama. Ayah Zio tidak bisa melepaskan Zio semudah itu, walaupun Zio selalu berusaha untuk pergi, ayah Zio selalu menemukan ziora dan Ziora pun kembali lagi pada ayahnya.

Saat sudah beranjak ke usia 17 tahun, Ziora sudah meyakinkan hatinya memantapkan diri nya dan meminta izin pada ayah nya, walaupun perkataan ayah selalu menyakiti Zio. Zio dengan keras kepalanya, dia pun pergi dari rumahnya dan meninggalkan ayah dan istri barunya.

"Lebih baik Zio sendiri, dan tidak menjadi beban pikiran ayah dan tante." ucapnya, pada ibu tirinya.

"Tapi Zio, jika kamu pergi tanpa pamit pada ayah mu, nanti yang akan di salah kan adalah saya. Saya tidak mau hubungan pernikahan kami berantakan hanya karena keras kepala mu itu. Sudah cukup masalah yang kamu perbuat selama 2 tahun ini, jangan membuat kehidupan kami semakin bermasalah karena kamu!!!" ibu tiri Zio sudah kehabisan kata-kata agar meluluhkan Zio yang sangat amat keras kepala seperti suaminya.

"Apa pun itu, aku tidak peduli. Aku sudah memantapkan diri ku, untuk pergi dari rumah ini dan menjauh dari kalian berdua agar hubungan kalian tetap aman. Dan Lebih baiknya juga aku hidup sendiri, tanpa harus menjadi beban pikiran ayah!" sentak Zio mengulang perkataan nya untuk hidup mandiri.

"Baiklah, jika itu mau mu! Pergilah, pergi saja sana! Aku tidak akan memperdulikan keberadaan mu lagi!!" jelas ibu tiri, lalu pergi ke kamarnya dan benar! tidak akan memperdulikan Zio yang akan segera keluar dari rumahnya.

"Yang benar saja!" Zio merasa kesal lalu mengangkat kedua kopernya dan benar akan pergi selama-lamanya, tidak akan kembali ke rumah ayah dan ibu tirinya.

***

Kehidupan Zio dengan ibu tirinya membuat Zio sangat frustasi, terlebih lagi wanita itu sangat menyukai pergi ke club tengah malam di saat ayah sedang bertugas keluar kota atau negara.

Jika di bayangkan dengan usianya pada saat itu 15 tahun, dan ibu tirinya berusia 23 tahun itu membuat nya merasa jika wanita itu seharusnya menjadi kakaknya saja, bukan menjadi ibu tirinya. Hal itu membuat Zio merasa ilfil pada ibu tirinya, dan teman-teman nya selalu mencercanya karena dia memiliki ibu baru yang sangat muda belia.

"Yang benar saja. Jika ayah mencari ku, lalu dia menyuruh ku untuk kembali ke rumah itu dan tinggal bersama Tante itu?!" gerutunya di tengah malam. Tiba-tiba Zio mengingat sesuatu, dan "Oh My God!!! Tidak bisa! Tidak akan!!! Aku tidak ingin tinggal bersama mereka lagi!!!!" Zio berteriak di tengah malam memukuli kepalanya berkali-kali tidak akan menerima ajakan ayahnya.

Zio menarik selimutnya langsung mengambil posisi kembali tidur!