Chereads / Love Maybe? / Chapter 3 - Kelas Yang Sama

Chapter 3 - Kelas Yang Sama

***

Zio pergi ke toilet sekolah, untuk membersihkan wajahnya karena dia merasa wajahnya mulai membengkak. Saat menyentuh air di wastafel, seseorang menyentuh Zio dari belakang, kemudian Zio...

"Siapa kamu? Berani-beraninya mencuci wajah di wastafel favorit ku!" ucap wanita itu mendorong Zio cukup keras.

"Aww! Mengapa kasar sekali, ini kan toilet umum. siapapun berhak mencuci tangannya di wastafel itu!" Zio mengeluarkan kemarahannya lagi.

"Sepertinya kau murid baru di sekolah ini ya? Kau sangat tidak sopan dengan ku! Bahkan senior pun sangat menghormati dan menghargai aku, tapi sebaliknya kau sangat tidak ramah dan tidak patuh pada ku!! Dan tadi juga kau menggertak ku! Wah jika seseorang mendengar percakapan ini, mungkin saja mereka akan memarahi mu dan menyingkirkan mu dari sekolah ini!!!" ucap wanita itu dengan kesombongan nya.

"Kau pikir aku takut? TIDAK!! Aku tidak takut dengan mu, sekali pun kau memerintahkan semua murid di sini untuk membenci ku! Karena kau bukan tandingan ku!!!" balik Zio mengancamnya. Membuat wanita itu terdiam tak berkata-kata lagi.

Zio pun meninggalkan usai perdebatan itu selesai, dan tidak jadi mencuci wajahnya karena perdebatan itu.

"Sial! Dia berani mengancam ku? Dia tidak tahu siapa aku! berani-beraninya dia berkata seperti itu! Wastafel favorit nya? Tidak boleh ada yang memakai wastafel itu selain dirinya? Sombong sekali dia! Dia bukan pemilik sekolah ini, berlaga menantang seorang murid baru! Yang benar saja! Cihh!!!" Zio mengumpati wanita tadi yang ia temui di toilet.

Sepanjang berjalan menelusuri lorong-lorong sekolah, Zio masih belum bisa menemukan ruang guru. Tetapi beruntungnya Zio pada waktu itu, seseorang memberi bantuan padanya, karena ia juga sama-sama ingin pergi ke ruang guru untuk menaruh laporan tugas nya.

"Butuh bantuan? Sepetinya kamu murid baru di sini?" ucap seorang wanita yang menyentuh pelan pundak Zio dengan jari telunjuk.

Zio berputar mengembalikan tubuhnya menghadap wanita yang menyentuhnya tadi, "Benar! Aku murid baru di sini. Nama ku Ziora Vanastasya kamu bisa memanggil ku dengan sebutan Zio, dan aku sedang mencari ruang guru." Zio mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan wanita itu.

Wanita itu meraih tangan Zio, dan langsung berkenalan "Salam kenal, aku Reina Ardhia Oktavia atau kamu bisa memanggil ku dengan sebutan Rein. Aku ketua OSIS di sini." jelasnya tidak malu menyebutkan jabatan yang ia pimpin baru-baru ini.

"Atau kamu bisa menyebutnya si KETOJUT! alias Ketua OSIS Jutek!!" selak seorang pria yang ikut bergabung memperkenalkan nama lain Reina.

"Siapa itu?" bisik Zio pada Reina.

Dengan mata malasnya, "Oh dia. Dia sama seperti mu anak baru di sini, tapi dia sudah 2 bulan di sini. Namanya Galih Galunggung!" jawab Reina menatap ke arah lain.

"Hei! Jangan sembarang menyebutkan nama orang ya! Nama ku itu Galih Firmansyah!" bentak pria itu pada Reina yang tidak terima jika namanya di perolok-olok

"Memangnya kenapa? Kau tidak menyukai nya ya?" ledek Rein.

"Tentu saja! Aku membenci kau mengolok-olok nama ku seperti itu!!!" Seketika Galih menjadi emosional.

"Bagaimana dengan kau yang memperolok nama ku? Apakah aku tidak tersinggung yang sama seperti diri mu?" Emosi Reina pun tak terkontrol, dia membalikkan pertanyaan nya.

"Tidak! Kan kau seorang ketua OSIS. jadi Kau memiliki kesabaran yang banyak, karena yang mengolok-olok nama mu bukan hanya aku saja. Ada anak kelas yang lain juga. Ingat itu!" Dengan kepintaran nya Galih cepat mengelak sebelum kesabaran Reina habis.

"Terserah apa kata mu, biarkan saja dia. Ayo kita pergi ke ruang guru." ucap Reina ingin menyudahi perdebatannya dengan Galih.

"Aku tidak di ajak? Biasanya kamu mengajak ku!" pinta Galih, dia ingin sekali di ajak oleh Reina ke ruang guru agar bisa membolos mata pelajaran matematika.

"Berisik sekali kau! Seperti wanita saja, cerewet!" jawabnya sinis. "Aku akan membawa mu berkeliling untuk mengenali setiap sudut di lingkungan sekitar sekolah ini." lanjutnya sambil menarik tangan Zio agar cepat menghindar dari Galih.

"Wah, apakah aku tidak menyita waktu mu?" tanya Zio merasa sungkan.

"Tidak apa. Aku selalu begini terhadap murid baru ataupun murid pindahan." terangnya dengan senang hati bisa membantu Zio yang sedang kesulitan mencari ruang guru.

Mereka pun berjalan dari lorong ke lorong lainnya, sampai pada akhirnya mereka berdiri di depan ruang guru yang Ziora cari.

Setelah berbincang beberapa menit kemudian, akhirnya sekolah menyetujui Zio bersekolah di Dwight Yorke High School itu. Itu membuat Zio sangat bahagia, dia pun dengan ketidaksabarannya langsung menanyakan di mana tempat kelas belajarnya berada.

Guru pun menyuruh Reina yang pada saat itu masih menunggu Zio berbincang-bincang, untuk mengantarnya ke kelas baru Zio.

"Kamu ikuti saja Rein, ibu sudah memberitahu di mana kelas mu berada." ucap wali kelas, yang tidak memperdulikan kedatangan Zio di hadapannya.

"Baik, Bu. Terima kasih." Zio dengan wajah datarnya langsung membalikkan badannya dan mengikuti Reina berjalan.

***

Ziora mengikuti Reina berjalan lagi, lorong demi lorong mereka lewati. Menuju ke lantai dua, lalu ke lantai 3 baru lah mereka sampai di kelas baru Zio.

"Ternyata kamu masih kelas 10 ya? Aku kira kamu seumuran dengan ku." ucap Reina dengan kecewa.

"Tidak kak. Umur saya saja masih 17 tahun." jawab Zio malu-malu.

"Hm, ya sudah lah. Selamat belajar, dan temui kawan sebangku yang baik ya. Semangat!" Reina memberikan semangat untuk awal pertemuan mereka.

"Terima kasih kak! Kakak juga harus semangat!! Oke!!!" Zio yang ikutan bersemangat melihat wajah Reina yang ceria itu.

"Baiklah, sampai jumpa lagi." ucap Reina lalu kembali ke lantai 1.

***

Zio masih berdiri di depan kelas yang pintunya tertutup. Dia betul-betul sangat gugup saat itu, tangannya gemetar hebat dan dingin seperti memegang es batu. Dia masih berpikir, apakah dia harus masuk sekarang, atau nanti saja? Ini membuat Zio seketika menjadi bimbang!

Tidak ada guru yang masuk, murid-murid masih berisik dengan keasikan mereka masing-masing. Bagaimana caranya aku bisa masuk, dan memperkenalkan diri?! pikir Zio berjalan berputar-putar mencari cara itu.

"Mengapa masih di depan?" ucap seseorang dari sisi kanan kelas.

"Maaf Bu, saya bingung harus bagaimana berkenalan dengan mereka." Zio terkejut melihat seorang wanita yang memakai seragam seperti seorang guru.

"Oh, kamu Zio ya. Murid baru itu, kan?" tanya ternyata orang itu adalah guru yang akan mengajar di kelas Zio pagi ini. Sepertinya guru itu mengenal Zio, merasa sangat akrab dan mudah memanggil nama Zio.

"Hm, iya Bu. Bagaimana ibu bisa tahu? Padahal kita tidak saling mengenal." ucap Zio yang merasakan keanehan dari gerak-gerik sang guru tersebut.

"Siapa yang tidak mengenal mu, jika kamu adalah wanita satu-satunya yang paling di kagumi oleh Bara." celetuk guru itu yang tidak sengaja menyebut nama Bara.

"Apa? Bara?" Zio lagi-lagi di kejutkan dengan nama Bara, yang bahkan Bara pun tidak ada di sana.

"Ah sudah-sudah. Kamu di sini niat untuk membicarakan Bara atau sekolah?" mengalihkan perhatian Zio.

"Tentu saja sekolah!" jawab Zio, dengan semangat yang membara.

"Cepat masuk, biar ibu bantu perkenalan mu nanti." ucap guru itu, menyuruh Ziora masuk terlebih dahulu.

Ziora pun mengangguk-angguk kan kepalanya, perlahan masuk ke dalam kelas 10-4. Di ikuti oleh Bu Guru yang cantik, langsung memperkenalkan diri Ziora.

"Perhatian-perhatian! Kita kedatangan murid baru di kelas ini!" ucap guru itu, membuat seluruh kelas mengikuti perintah yang ia ucapkan.

Zio melihat-lihat ruangan kelas yang indah itu sampai dia tak sadar, bahwa dirinya sedang proses perkenalan di depan papan tulis.

"Hei! Mau sampai kapan menatap ruangan di sini?" ucap guru itu dengan nada malasnya.

Zio tersadar, ia pun langsung memperkenalkan dirinya ulang.

"Halo teman-teman. Perkenalkan, nama ku Ziora Vanastasya, kalian bisa memanggil ku Zio. Umur ku 17 tahun, aku pindah dari kota Cevil ke Dwight karena urusan pekerjaan ayah. Salam kenal semuanya." Zio dengan girang nya.

"Cevil? Kau berasal dari kota besar itu?" seseorang merasa tidak asing dengan asal Ziora.

"Iya benar." jawab Zio ragu-ragu.

"Wow mengagumkan, dia satu kota yang sama dengan Bara." seru murid lainnya yang baru tersadar bahwa Bara satu kota dengan Zio.

"Apa jangan-jangan dia juga satu sekolah dengan Bara?" tanya murid lainnya ke murid yang duduk saling berhadapan.

"Aku rasa tampilannya seperti orang kalangan bawah. Jadi, mana mungkin dia satu sekolah yang sama dengan Bara." murid itu melihat penampilan Zio dari atas sampai bawah.

"Kau lupa dengan nama itu?" kata murid yang duduk di paling belakang.

"Apa?" tanya murid lainnya.

"Namanya bodoh!" menepuk leher temannya.

"Aw!" rintih kesakitan. "Ya aku tahu maksud mu, Namanya Zio. Tapi maksud ku apa hubungannya dengan nama itu?" terlihat kesal.

"Sepertinya, Ziora itu yang Bara maksud!" menduga-duga.

Entah apa yang pernah Bara bicarakan kepada teman sekelasnya, sehingga nama Zio tidak asing lagi bagi para teman sekelas Bara.

"Yang benar saja! Bangun kan dia CEPATTT!!!" Langsung menyadari itu adalah Ziora.

Temannya membalikan badannya, "Hei Bar! Bangun! Apakah dia mantan kekasih yang kau maksud?" menggerak-gerakkan bahu Bara yang sedang tertidur.

"Bara!!" bisik teman sebelah Bara, dengan jelas memanggil nama bara di dekat telinga bara.

Ketiga teman bara mencoba untuk membangunkan bara yang sedang tertidur pulas, tetapi meraka gagal karena bara yang terlalu pulas.

"Ah sudah lah. percuma saja membangun kan dia. Nanti jika memang benar wanita itu adalah mantan kekasihnya, setelah dia bangun nanti dia pasti akan terkejut seperti kita tadi." menyerah setelah tugas selesai.

"Hm, benar juga!" seru teman lainnya.

"Sudah tidak ada yang ingin di tanyakan lagi? Zio kamu duduk di kursi kosong sebelah sana ya." ucap Bu guru.

"Baik Bu."

Zio berjalan ke kursi di barisan paling belakang, dan di samping kursinya ternyata sudah di isi oleh seorang pria yang sedang tertidur mengarah luar kelas.

"Jangan bangunkan dia, nanti aku yang akan di marahi." batin Zio melihat pulas nya pria itu tertidur.

Seseorang yang duduk di sebrang Zio memanggil Zio dengan cara menyentuh pundak memakai jari telunjuk, sama seperti yang di lakukan oleh Reina si ketua OSIS itu.

"Hai, aku Vidia Valencia. Senang berteman dengan mu." murid perempuan memulai percakapan dengan Zio.

"Oh, hai. Vidia." jawabnya sangat canggung.

"Santai saja. Dia tidak akan memarahi mu, aku tahu siapa diri mu." ucap Vidia sangat tiba-tiba.

"Maksudnya?" Zio tak mengerti apa yang Vidia katakan.

"Nanti kamu tahu sendiri, jika pria yang duduk di samping mu terbangun dengan sendirinya." dengan nada santainya Vidia mengatakan hal yang masih belum bisa di pahami oleh Zio.

"Pria ini?" tanya Zio penasaran.

"Iya. Tentu saja." Vidia memasang wajah sangat sangat santai.

"Memangnya dia siapa? Ada masalah apa dengan nya? Seperti nya sangat serius." tanya nya.

"Bukan apa-apa, tapi tunggu setelah dia bangun nanti. Sekarang fokus pada mata pelajaran nya oke." Vidia membuat keputusan yang salah, Zio semakin tambah penasaran

"Hm, baiklah." pasrah Zio yang menjadi bingung dengan semua murid di kelasnya, menatap jijik pada Ziora.

Mata pelajaran pun di mulai, sedangkan pria itu masih tertidur pulas. Ya itulah Bara Finto Adrian.

Benar apa yang di katanya saat bertemu dengan Zio, sekolah di Dwight Yorke High School terlalu bebas.

Bahkan, guru pun tidak akan membangunkan murid yang tertidur pulas seperti Bara, karena menganggapnya lelah belajar semalaman atau bekerja paruh waktu.

***

15 menit kemudian...

Bara terbangun dengan sendirinya. Ia terkejut saat melihat guru yang sedang menerangkan, tapi dengan sigapnya bara langsung mengeluarkan buku catatan dan buku paketnya, lalu dia duduk dengan posisi seperti layaknya mendengarkan penjelasan guru tersebut.

Di satu sisi lainnya, mereka berdua masih belum saling sadar dengan teman sebangkunya. Ziora yang berfokus pada coret-coretan nya, dan Bara yang fokus pada tulisan di papan tulis sambil menopang tangan di dagunya.

*CLAK!!!* pulpen Zio terjatuh dari tangannya.

"Huh? Sejak kapan ada wanita di sebelah ku?" gumam Bara yang mulai tersadar kehadiran wanita di sebelah karena suara pulpen terjatuh itu.

Ziora mengambil pulpennya, dan kembali mencoret-coret buku nya. Dengan rasa malas bersekolah Zio mengesampingkan tubuh nya menghadap ke arah Bara.

Bara yang masih memperhatikan Ziora dengan tatapan yang aneh, tidak biasa nya bara menatap wanita seperti itu.

"Sejak kapan kau di sini?" tanya Bara.

"Huh!" Zio terkejut, hampir terjatuh dari kursinya. "Ba-ba-bara!" terbata-bata menyebut nama bara.

"Jangan terkejut seperti itu. Aku bukan hantu!" kesal Bara, ekspresi Zio di luar ekspektasinya.

"Jangan pernah menduduki kursi ini! Hanya orang-orang tertentu, yang boleh menduduki kursi ini!" ucapnya lagi, sambil berfokus pada mata pelajaran nya.

"Pelit! kamu bahkan tidak menamai kursi ini milik mu! Jadi siapa pun, termasuk saya bisa menduduki kursi ini!!!" geram Zio, hari ini di uji dengan ujian yang sama sekali tiada henti-hentinya.

Suara Zio terdengar jelas satu ruangan. Guru meneriaki Zio untuk diam di saat pelajaran sedang berlangsung. Tetapi Zio tidak mendengar kan guru tersebut, dan Zio memilih untuk keluar dari ruangan kelasnya.

"Saya keluar!" Zio pergi dengan ekspresi wajah yang benar-benar marah.

Kepergian nya di susul oleh Bara. Membuat semua murid semakin curiga dengan Ziora dan Bara.

"Tunggu Zio!" Bara menahan tangan Zio.

"Apa lagi? Aku sudah pergi dari kursi mu, dan aku sudah di usir dari kelas. Sekarang apa mau mu?! Tidak ada puas-puasnya mengganggu ku!" Zio melempar tangan Bara sangat keras.

"Bukan itu maksud ku, dengar kan aku dulu!" dengan gigihnya bara masih menahan Zio.

"Aku akan meminta pada guru, untuk di pindah kelas. Aku tidak ingin mengganggu siapapun, jadi tolong jauhi aku!" jelasnya lalu meninggalkan Bara di lorong kelas.

"Jangan seperti ini, kumohon!" pinta bara sangat tulus.

"Bara, dengar kan aku. Aku tidak akan mengganggu hidup mu lagi, aku tidak akan membuat ayah mu kecewa lagi, jadi ku mohon jauhi aku sejauh mungkin. Ku mohon Bara, mohon!" pinta Zio lebih-lebih tulus dari bara.