Chereads / Love Maybe? / Chapter 2 - My Ex...

Chapter 2 - My Ex...

Di pagi hari yang cerah...

Zio terbangun karena suara alarm itu yang sudah berbunyi setengah jam yang lalu, Zio sangat pulas dalam tidurnya hampir tidak terbangun.

"Ayo lah, kenapa airnya tidak mau menyala? Aku harus berangkat ke sekolah!!!" gerutu Zio yang tiba-tiba setelah membuka keran air beberapa kali tidak mau menyala.

Di saat yang kebetulan. Semua penghuni gedung kosan Ziora keluar untuk berdemo tentang tidak adanya air.

"Suara apa itu? Kenapa pagi-pagi sangat berisik sekali?!" gumam Zio langsung bergegas keluar dari kamar mandi menuju pintu depan.

Saat membuka pintu, banyak sekali penghuni kamar yang sedang berlalu lalang karena tidak mendapat kan air. Zio bertanya pada salah satu penghuni itu.

"Bu maaf, ada apa ini?" tanya nya penasaran.

"Oh ini dik, air di rumah kita tidak ada yang menyala sekali pun, ini kesalahan pemilik gedung. Padahal kami sudah membayarnya, tetapi tetap saja di putus!" jelas ibu rumah tangga itu.

"Kok bisa di putus, apakah dia melakukan korupsi air?" tanya nya sangat penasaran.

"Kita tidak tahu, setelah kita cari pemilik gedung itu, dia sudah tidak ada di tempatnya." jelas ibu rumah tangga itu.

Ziora dalam kembali ke kamarnya lalu menggerutu bagaimana dia pergi bersekolah jika dia tidak mandi Terlebih dahulu. Lalu Ziora menelepon si pemilik gedung kosan nya itu.

"Halo, pak?" ucap Zio dengan senangnya, karena si pemilik gedung mengangkat teleponnya.

"Iya ada apa?" tanya si pemilik gedung.

"Bapak sedang berada di mana, mengapa rumah kami tidak mendapatkan air? mengapa air tidak menyala?" Zio menanyakan semua pertanyaan penghuni gedung.

"Saya lupa membayar tagihan airnya, maka dari itu air di putus." suaranya terdengar merasa bersalah. "Tapi saya sudah berada di kantor pusat, untuk membayar tagihan air." lanjutnya membuat Zio yang mendengar menjadi lega.

"Benarkah?" tanya nya dengan nada suara yang serius.

"Benar. saya sudah membayarnya, petugas bilang akan menyalakan 5 menit lagi, jadi tunggu dan bersabar lah." jelasnya.

"Syukurlah kalau begitu, saya akan memberitahukan pada semua penghuni gedung yang sedang berdemo di depan kantor bapak." ucap Zio menuju keluar kamar.

"Wah, mereka sangat tidak sabar ya. Sampai-sampai berdemo di depan kantor saya." ujar si pemilik gedung tak menyangka bahwa para penghuninya melakukan demo.

Ziora terkekeh saat membuka pintu, "Lain kali, beri kami pemberitahuan di grup gedung. Agar kami tidak khawatir pak!" jelasnya.

"Ya baiklah memang saya yang salah. sudah lah." si pemilik gedung mengakui kesalahannya dan menerima kritik dari Ziora.

"Baik saya tutup teleponnya." Zio menutup telepon nya.

Lalu memberitahu informasi yang dia dapat tadi ke semua penghuni gedung dari lantai 1 sampai lantai 10.

"Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan Kakak-kakak sekalian. Mohon dengarkan informasi yang akan saya katakan. Tolong diam terlebih dahulu." teriak Zio terdengar sampai ujung lift.

Para penghuni gedung lantai 4 terdiam semua, "Terima kasih," ucapnya. "Jadi saya baru saja menelepon Pak Viko, dan pak Viko baru memberitahu pada saya bahwa dia memang lupa untuk membayar tagihan air nya. dan 5 menit lagi air akan di pasang kembali, jadi mohon tunggu dan bersabar. kembali ke rumah masing-masing, jangan membuat keributan." lanjutnya menjelaskan semua informasi tadi.

"Harus ada yang bekerja dengan nya, dan memperingati nya tentang segala hal. Jika tidak dia akan terus menerus seperti ini. Selalu lupa membayar air dan listrik." ucap salah satu penghuni dari kamar 19-AD.

"Semua manusia memiliki kekurangan, jika kakak bersedia untuk menemani pak Viko ya katakan saja. Kami sangat senang jika kakak mau menjadi asisten pribadi pak Viko." sindir Zio.

"Hei anak kecil! kamu pikir bekerja dengannya enak? Itu sangat melelahkan! Apalagi dia sangat cerewet dengan kebersihan kantornya!!" ucap kakak itu, mengejek pak Viko si pemilik gedung.

"Ya sudah sebaiknya kakak masuk ke kamar kakak sendiri, dan menunggu airnya menyala. Dari pada di sini berbicara melantur kemana-mana." jelas Zio langsung masuk ke dalam kosannya tidak mendengar jawaban lagi dari kakak kamar sebelahnya.

"Seperti bisa melakukan pekerjaan saja. Dia saja bahkan setiap malam selalu pulang dalam keadaan mabuk! Dasar wanita gila!" gumam nya, langsung mandi ketika air sudah menyala di waktu yang tepat.

***

"Aku tidak sempat untuk sarapan pagi, waktu sarapan ku sudah di habiskan karena menunggu air menyala. Aku harus bergegas ke sekolah, semoga saja aku tidak ketinggalan bis." gumam Zio sambil mengikat tali sepatunya, lalu merapikan pakaian dan menguncir rambutnya.

Untungnya Ziora sudah menyiapkan bekal makan siang untuk nanti, jadi dia tidak perlu repot-repot mengantri membeli jajanan di kantin.

Zio bergegas menuju lift, dia menekan tombol angka 1 dia hanya berharap agar tidak ada hambatan lagi, ketika dia menuju ke sekolah barunya.

Berlari menuju halte bis, Zio masih menunggu bis nya. Untung saja Zio tidak terlambat, saat Zio melihat jam di tangannya waktu menunjukan pukul 6:15, dia sangat khawatir jika bis tidak datang-datang.

Tetapi untungnya, seorang pria membawa mobil SUV berwarna hitam berhenti tepat di depan halte bus, seperti ingin memberi tumpangan pada Zio.

Pria itu membuka jendela mobilnya, lalu tersenyum melihat Zio yang berdiri terkejut, karena melihat pria itu.

"ZIO! SEDANG APA KAMU DI SANA?!" teriak pria itu dari dalam mobil.

Zio menyipitkan kedua matanya untuk melihat seseorang yang berada di dalam mobil SUV itu. "Bara?" ucap batinnya. "Sedang apa kamu di sini?" Zio menghampiri pria itu, dan melanjutkan pertanyaan nya.

"Bukan kah aku sudah mengatakannya pada mu, kalau aku akan pindah ke kota Dwight ini sekitar sebulan yang lalu?" terang Bara sambil memberikan senyumannya untuk Ziora.

"Ha? bagaimana bisa?" Zio terlihat sangat khawatir begitu tahu bahwa Bara satu kota lagi dengannya.

"Kamu lupa? Ayah ku membangun cabang perusahaan nya di kota ini." jawab Bara sambil membersihkan kacamata hitam yang dia pakai.

"Oh benarkah? Sepertinya memang aku yang lupa dengan perkataan mu waktu itu!" ucap Ziora langsung melupakan perkataan Bara.

Bara yang melihat raut wajah Zio yang seolah mengejeknya, "Sudah lah lupakan saja." bata kecewa dengan ziora karena melupakan kejadian itu. "Jadi, kamu ingin ke mana dengan memakai seragam yang sama persis dengan seragam sekolah ku?" tanya nya mengalihkan pembicaraan karena melihat seragam yang di kenakan Zio.

Zio memandangi seragamnya dan seragam yang di pakai Bara. "Kamu bersekolah di Dwight Yorke High School juga?" gugup Zio.

"Ya. Aku memang bersekolah di sana." Bara mengibaskan kerah seragamnya.

"Tapi kan di sana hanya menampung pelajar yang tidak mampu alias pelajar buangan yang tidak keterima di SMA terbaik." jelas Zio mengatakan itu agar Bara tidak menyombongkan kekayaan ayahnya.

"Ssstttt!!!!! Jangan bicara seperti itu." Bara memberikan isyarat jari telunjuk agar Zio diam. "Yang bersekolah di sana, bukan hanya anak dari kalangan yang tidak mampu saja! Tetapi karena di sekolah itu bebas, maka dari itu banyak anak konglomerat yang lebih menyukai kebebasan bersekolah di sana." jelasnya, dengan berbisik-bisik.

"Anak konglomerat macam apa yang bersekolah di sekolah yang murahan seperti ini? Aneh sekali!" Zio tidak percaya dengan perkataan Bara.

"Ya memang aneh. Tetapi ini semua memang nyata apa adanya, contohnya seperti aku!" jawabnya lagi meyakinkan Ziora.

"Ah sudah lah. itu bukan urusan ku." ucapnya lalu meninggalkan Bara dan kembali menunggu bis datang.

Bara turun dari mobilnya, mencoba menghampiri Zio "Ayo naik!" ajak Bara.

"Tidak mau! Aku akan menunggu bis saja! Kamu berangkat saja lebih dulu. Tidak usah memikirkan ku." jelas Zio sambil memberikan ibu jari mengisyaratkan gerakan *OKE* agar Bara bisa pergi dengan cepat.

"Sudah lah, mau nunggu bis sampai jam 7? Bis selanjutnya tidak akan datang, karena sopir bis berikutnya baru saja mengalami kecelakaan di belakang sana." celetuk Bara malah membuat Zio terkejut dengan kabar itu.

"Apa? yang benar saja! tidak mungkin!" Zio panik dia akan terlambat ke sekolah jika benar apa yang di katakan

"Ya sudah kalau tidak percaya padaku, kalau begitu aku akan pergi ke sekolah sekarang. Karena sudah waktunya masuk, dan kamu sebagai murid baru di sekolah kami harus lebih tepat waktu datangnya jika tidak, security di sekolah tidak akan membukakan pintu gerbang untuk mu!" Bara mencoba membuat Ziora kepikiran dengan nasib keterlambatan nya nanti.

"Tunggu dulu, Aku belum selesai bicara!" sentak zio memberhentikan Bara yang ingin menyalakan mesin mobilnya. "Apa yang di katakan mu tadi itu benar?" tanyanya

"Cepat naik atau aku tinggal!" Bara tidak memperdulikan pertanyaan Zio, dia langsung mengancam nya saja dan menarik tuas rem tangan.

Zio menghela nafas panjang "Aduh! Baiklah. Aku akan naik!" merasa kesal dan mengubah wajah nya berlari menuju ke kiri pintu mobil.

Ziora terpaksa harus masuk ke dalam mobil Bara dan menerima ajakan dari Bara. Jika tidak, benar apa yang di katakan bara, dia tidak akan mendapatkan bis selanjutnya lalu Zio akan terlambat menuju ke sekolah barunya.

Selama bersekolah, Zio tidak pernah terlambat karena bangunnya yang selalu tepat waktu. Tetapi, semenjak perpindahan nya dan menjauh dari ayahnya. Zio semakin sering terlambat seperti di hari bekerja nya kemarin.

***

Hanya ada keheningan di dalam mobil, jika salah tau tidak membuka pembicaraan. "Mengapa kau pindah ke kota ini?" tanya bara yang masih berfokus pada jalan raya.

Zio mengarahkan wajahnya dan menatap wajah Bara yang sedang serius menyetir mobil. "Hm, tidak apa. Hanya saja aku ingin menjauh dari ayah ku." jelasnya, menundukkan kepalanya lalu saling menumpang tindih tangannya sendiri.

"Sudah aku duga." gumaman Bara yang terdengar oleh Zio.

Ziora pun menoleh sebentar ke arah Bara lalu mengubah raut wajahnya menjadi raut wajah cemberut.

"Kapan kau akan berdamai dengan ayah mu dan ibu tiri mu? Apa kau tidak lelah dengan kesendirian mu itu?" tanya Bara sesekali memandangi wajah Zio.

"Cukup Bara! Aku tidak ingin membahas nya lagi!!!" teriak Zio secara tiba-tiba mengeluarkan sedikit air matanya secara perlahan-lahan.

Bara melihat air mata Zio yang berjatuhan secara perlahan ke pipi Zio, dia langsung mengusap kan air mata itu dan berkata.

"Jika ada sesuatu, jangan sungkan untuk menemui ku! Kau tahu kenapa aku bersikap seperti ini, bukan? Aku benar-benar masih belum bisa melupakan mu! Aku masih mencintaimu, dan aku tidak rela jika kamu menangisi ayah mu dan ibu tiri mu itu! Sudahlah berbaikan saja, meski itu berat. Dari pada harus berjauhan seperti ini?! Untung saja ada aku di kota ini, jika tidak bagaimana kau bisa hidup tanpa seorang pun mengenal mu?" Bara malah menjelaskan perasaan yang masih menempel semenjak putus dengan Ziora.

Penyebab putusnya mereka pun tidak ada yang tahu, hanya Zio dan Bara lah yang merasakan semua itu.

"Bara ucapan mu lah yang membuat ku menangis seperti ini. Aku harap kita tidak akan saling mengenal di sekolah. Jadi turunkan aku di pinggir jalan sebelum area sekolah. Aku tidak ingin ada satu orang pun yang tahu bahwa kita saling mengenal satu sama lain!" Zio dengan nada yang sesenggukan nya menjelaskan semuanya dan kembali menjadi wanita yang sensitif.

"Zio mau sampai kapan kau seperti ini? Aku mencintai mu Zio!" Bara tidak bisa mengendalikan lagi kemarahannya, setelah melihat kesulitan yang di hadapi Ziora.

"Sekolah itu sudah dekat. Turunkan aku di sini!" ucap Zio sambil menghapus air matanya.

"Tidak akan!" jawab Bara malah mempercepat laju mobilnya.

"Kau selalu saja begitu! CEPAT TURUNKAN AKUUUU!!! ATAU AKU AKAN MELOMPAT DARI MOBIL!!!" bentaknya, Zio sudah tidak tahan lagi dengan perasaan yang campur aduk bertemu Bara kembali.

"Aish!! Selalu saja!" Bara memberhentikan mobilnya, karena Zio yang mulai mengancam.

Ziora keluar dari mobil dengan perasaan yang campur aduk, karena harus satu sekolah kembali dengan Bara Finto Adrian, yang tak lain dan tak bukan adalah mantan pacarnya sekaligus mantan sahabat nya.

***

Siapa yang merasa nyaman, jika bertemu dengan masa lalu kembali. Apalagi, masa lalu itu masih belum bisa melupakan diri kita?!