Hari ini Davian berangkat kerja sangat pagi sekali hingga tak sempat sarapan, siang ini aku berencana untuk membawakan kotak makan untuknya. Aku yakin dia akan senang jika aku perhatian padanya, baiklah waktunya masak yang enak Anissa.
Aku mulai berjalan ke dapur dan bergelut dengan kompor, aku hanya akan memasak ayam goreng dan perkedel saja itu adalah makanan favorit Davian sejauh yang aku tahu.
Waktu sudah menunjukan pukul 11.20 jarak menuju kantor hanya 30 menit itu pun jika tidak macet jika macet mungkin hanya 40 atau 45 menit.
Baiklah aku harus segera berganti pakaian dan memesan taksi juga.
Titt
Ku dengar suara klakson berbunyi sepertinya itu taksi yang ku pesan tadi, baiklah aku juga sudah siap, aku segera turun kebawah dan tak lupa membawa makan siang untuk Davian.
Sebelum berangkat aku terlebih dulu masuk ke kamar Naura dan memberitahu nya jika aku akan pergi sebentar.
Tok tok tok
"Woy Naura, lu ada di dalem?"
"Apasih?" tanya gadis itu sebal, nadanya kini meringkuk memeluk guling sembari memainkan ponselnya.
" Rebahan Mulu lu kaya anak muda jompo aja, gue pergi ngasih makan siang dulu buat Davian. Btw katanya lu pulang sekarang? kalo mau pulang tunggu gue pulang baru pergi gak sopan loh pergi tanpa pamit, oke. bye bye"
Setelahnya Anissa berjalan cepat menuju pagar rumah disana sudah ada mobil yang menunggunya. Aku segera masuk ke mobil dan merapihkan rambutku yang tiba-tiba berantakan. "Pak bawanya pelan-pelan aja yah jangan terlalu ngebut" ucap Anissa.
"Iya mbak" ucap sopir taksi
Ternyata jalanan begitu lenggang dan tidak begitu padat, mobil yang ku tumpangi kini sudah sampai, aku segera keluar, saat aku berjalan masuk satpam yang menunggu disitu tampak menundukan kepalanya ke padaku, aku memang sangat jarang kesini namun semua yang ada di kantor ini sangat mengenalku, ya kecuali jika ada pegawai baru mereka pasti tidak akan tahu siapa aku, para pegawai ini mengenal ku karna aku sempat beberapa kali mampir kesini dan beberapa orang disini juga datang saat aku dan Davian melangsungkan pernikahan.
Tap Tap Tap
Clek
Aku membulatkan mataku tak percaya dengan apa yang ku lihat ini "Siapa gadis itu?" ucap Anissa saat melihat seorang gadis tengah memeluk Davian.
Davian tampak melepas paksa pelukan gadis itu dan membuatnya tersungkur ke lantai "Nis, ini ga seperti apa yang kamu fikir" ucap Davian lalu ia berjalan ke arahku namun aku lebih dulu melemparkan makan siang yang ku bawa hingga berhamburan di lantai, semua makanan itu berceceran di mana-mana.
Aku berjalan cepat keluar, aku sedikit berlari aku menangis sejadi jadinya berani sekali mereka melakukan hal itu kotor itu di kantor.
Aku berlari secepat mungkin, beberapa staf terlihat bengong menatapku berlari tanpa bertanya apa-apa.
Beberapa karyawan di bawah juga tampak menatap ke arahku heran namun aku tak perduli aku segera keluar dari kantor itu dan menyetop taksi yang ada di depanku. Ku lihat Davian tampak berlari mengejar ku, aku segera masuk dan menutup rapat pintu mobil. "Jalan pak" ucapku masih terisak tak percaya.
"Nisa, tunggu kamu salah paham!! Ini ga seperti apa yang kamu fikir" teriak Davian.
"Aish sial mobilnya udah jalan" ucap Davian ia lalu berlari menuju parkiran dan segera mengambil mobilnya untuk mengejar sang istri.
***
Tok Tok Tok
Clek
"Ada yang pengen aku omongin sama kamu" ucap seorang wanita berjalan masuk ke ruangan Davian.
"Apalagi yang mau kamu omongin, aku udah bersedia mengizinkan kamu bekerja di kantor ini, jika bukan karna orang tuamu aku tak ingin mempekerjakan kamu disini" ucap Davian kecut.
"Tapi Mas, aku sungguh mencintaimu tak bisa kah kamu mencintaiku juga" ucap gadis itu menghampiri Davian yang tengah terduduk dan fokus pada laptop nya tanpa melihat ke arah perempuan itu.
"Apa kamu sudah gila! Aku sudah beristri Naila bagaimana mungkin kamu bisa ngomong kaya gini sama aku. Aku cinta sama istri aku jadi aku mohon kamu gak ngelakuin hal kaya gini. Hubungan kita udah berakhir sejak lama dan aku bahkan udah gak mau inget-inget masalalu kita.
"Kenapa kamu tega sekali Mas, aku mencintaimu aku siap jika harus menjadi yang kedua aku juga siap jika kita harus menikah siri saja" ucap Naila dengan tidak tahu malunya.
Dimas mulai muak dengan apa yang di katakan Naila ia lalu bangkit dan hendak mengusir nya keluar namun Naila justru memeluknya dengan sangat erat. "Apa kamu sudah gila! Bagaimana jika ada orang yang datang, mereka akan berfikir hal yang bukan-bukan, lepas!!" sarkas Davian mencoba melepaskan pelukan Naila namun gagal.
"Aku mohon Mas sebentar saja aku ingin berada di pelukanmu" ucap Naila lagi.
"Aku ini pria beristri Naila tak seharusnya kamu melakukan ini" ucap Davian hingga akhirnya ia mendengar suara pintu di buka dan ternyata itu adalah Anissa, ia tampak kaget melihat ke arahku, Anissa lantas melempar sesuatu yang ternyata isinya adalah nasi dan ayam juga Aish sial kenapa hal ini harus terjadi Anissa pasti salah paham aku melepas paksa tubuh Naila hingga membuatnya jatuh tersungkur ke lantai.
Saat aku mencoba mendekati Anissa ia lebih dulu berlari aku berusaha mengejarnya, ku dengar Naila masih saja memanggil namaku "Mas jangan pergi Mas" ucap Naila
Aku tak perduli dengan wanita itu yang aku fikirkan sekarang adalah istriku rumah tangga yang baru saja aku bangun dan baru saja memulai hidup yang baru, aku tak mau Anissa meninggalkan ku . Selama ini aku berusaha menjadi suami yang baik dan bahkan hubungan kami baru saja di mulai.
Aish shitt Anissa sudah naik taksi lebih dulu, aku berlari menuju parkiran dan segera membawa mobilku dengan kecepatan rata rata. Aish sial malah macet segala sih.
Tett
Aku beberapa kali memencet klakson dan memukul stir beberapa kali, aku harus segera pulang kerumah dan menjelaskannya semuanya pada Anissa, ayah dan bunda gak akan maafin aku kalo aku udah nyakitin perasaan istriku sendiri.
Tak lama mobilku sampai tepat di depan pagar rumah aku segera keluar dari mobil dan masuk ke rumah "Nisaa, Nis kamu dimana" ucapku melihat ke segala arah dan sudut rumah.
Aku segera berlari menaiki tangga membuka pintu dan memanggil namanya beberapa kali namun aku tak menemukannya "Kamu dimana Nisa aku bisa jelasin semuanya, kamu cuma salah paham aja" ucap Davian membuka pintu kamar mandi hingga ke walk in closet namun tetap tak menemukan keberadaan istrinya itu.
Apa jangan-jangan dia kerumah ayah sama bunda yah. ahh mending aku kesana aja, aku berusaha beberapa kali menelfon Anissa namun hpnya di matikan aku juga mencoba menelfon Abunda terlebih dahulu mamun tak di jawab jangan-jangan benar jika Anissa ada disana.
Aku kembali mengendarai mobilku menuju rumah ayah dan bunda.
30 menit berlalu aku segera keluar dari mobil saat sudah sampai di gerbang depan.
Setelah sampai aku segera turun dan menggedor beberapa kali.
tok tok tok
"Bunda assalamualaikum"
Clek
"Davian?" tanya bunda dengan tatapan heran nya melihatku yang celingukan menyusuri setiap sudut di rumah itu.
"Anissa ada disini bunda?"
"Bunda gak tau Anissa dimana kok kamu nanya sama bunda, bukannya Nisa di rumah? Ada apa Davian?"
"Astaghfirullah Nissa kamu dimana?" pria itu bingung bukan kepalang sementara Lidya sedari tadi bertanya namun laki-laki itu belum menjawabnya dan malah celingukan dengan muka gusarnya.
"Nissa pergi dari rumah bunda" ucap laki-laki itu.
"HAH ... pergi kemana? kok bisa pergi? kalian berantem?" tanya bunda Lidya beberapa kali mengguncang tubuh menantunya itu.