PARIS, nama kota itu tentu semua orang mengenalnya. Kota yang di sebut sebagai City Of Love itu. Sebutan itu di berikan karena suasana kota Paris saat malam hari bak menghadirkan romansa. Gemerlap lampu yang ada di seluruh kota Paris dan menyinari menara Eiffel menjadi pemandangan romantis bagi sepasang kekasih. Suasana di malam hari tentu menjadi hal yang menyenangkan bagi semua pasangan. Mereka akan menghabiskan waktu bersama dengan segala keromantisan.
Beda halnya dengan seorang gadis bermata biru yang sedang duduk sendirian di balkon kamarnya. Matanya menatap pemandangan kota Paris yang indah seperti biasanya.
"Hei!" seru seseorang dari arah belakang, mengejutkan gadis bermata biru itu.
"Ngapain ke sini?" tanya gadis bermata biru itu mengernyitkan dahinya.
"Tentu saja ingin mengajak lo pergi, Andrea!" jawab orang itu bernada keras.
Andreana Maddela—Nama dari gadis bermata biru itu. Usianya sudah menginjak 19 tahun. Memiliki wajah cantik memesona. Ciri khas di wajahnya terdapat pada manik matanya berwarna biru—Sangat indah. Selain itu, ia memiliki postur tubuh ideal untuk gadis seusianya. Di tambah sifatnya yang terkenal baik, rajin, pintar, ceria, kuat, bertanggung jawab dan pekerja keras, para laki-laki menyukainya. Andrea begitu di idamkan para laki-laki. Sehingga sudah biasa jika hari-harinya di penuhi laki-laki yang berusaha mengejarnya.
Terlepas dari dunia luar, ceria Andrea hanya sandiwara belaka. Sebenarnya ada rasa kecewa besar di hatinya karena sebuah rahasia. Dimana rahasia itu tidak lain adalah Andrea anak yang terbuang. Orang tua Andrea membuangnya sejak masih kecil. Alasannya hanya karena Andrea—Anak perempuan. Orang tuanya mengharapkan anak laki-laki untuk meneruskan kesuksesan mereka. Makanya Andrea di buang jauh dari keluarga tapi di beri banyak harta. Apakah Andrea bahagia hidup bergelimang harta? Jawabannya tidak. Harta tidak ada apa-apanya bagi Andrea. Ia hanya ingin kasih sayang orangnya. Namun rasa kecewa sudah terlalu membekas di hatinya, hingga ia melupakan keinginannya.
Andrea hidup sendiri sejak pengasuhnya meninggal beberapa tahun lalu. Ia sudah terbiasa akan kesendirian tanpa mengharapkan lagi kasih sayang orang tuanya lagi. Bukan maksudnya Andrea membenci orang tuanya tapi hatinya terlalu kecewa.
"Gue lagi malas pergi, Claira!" Andrea menolak pergi dan itu membuat Claira—Sahabatnya mendengus sebal.
Claira—Sahabat Andrea sejak 6 tahun lalu. Ia berusia 20 tahun. Wajahnya tidak kalah cantik dari Andrea dengan body goalsnya. Sifatnya cerewet, selalu percaya diri, baik, penyayang dan manja. Ia terlahir dari keluarga kaya di kota Paris. Identitas dan kecantikannya sudah bukan rahasia umum lagi. Banyak para laki-laki yang mengejarnya dan buruknya, Claira tipe Playgirls. Ia sangat suka gonta-ganti pacar. Paling lama pacaran paling 2 minggu. Meski seorang Playgirls, Claira bukan gadis yang suka bermain di atas ranjang. Ia menjaga kesuciannya dengan baik, terlepas kebiasaan buruknya itu.
"Oh no! Lo gak boleh malas. Gue udah jauh-jauh datang ke sini buat ngajak lo pergi," cetus Claira berdecak sebal.
"Siapa suruh lo datang ke sini? Bukan gue kan?" Andrea beranjak dari duduknya dan berjalan masuk ke kamarnya.
"Astaga ni anak pengen gue lempar dari balkon," umpat Claira pelan.
"Ngomong apa lo?" tanya Andrea yang tadi mendengar samar umpatan Claira.
"Eh—cuma bilang, lo emang gak nyuruh tapi hargain dikit perjuangan gue. Masa lo tega sama sahabat sendiri," Claira mendudukkan dirinya di ranjang empuk sahabatnya. Raut wajahnya memelas bak anak kucing yang sedang bersedih.
Andrea menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mulai deh. Yaudah kita pergi malam ini!"
Sontak raut wajah Claira berubah kembali.
"Serius? Ah gini dong dari tadi,"
"Hmmm ya," Andrea berdehem ringan seraya berjalan menuju lemari pakaiannya.
"Gue bakal aja lo pergi ke suatu tempat yang menyenangkan! Lo gak akan menyesal deh," seru Claira tampak bersemangat.
"Ke mana?" tanya Andrea tanpa berbalik badan.
"Ada deh," jawab Claira tersenyum samar.
Tidak mendapatkan jawaban memuaskan dari sahabatnya itu, Andrea memilih diam. Ia segera mengambil pakaian dan langsung memakainya di kamar mandi. Tak berselang beberapa menit, Andrea sudah keluar dari kamar mandi. Ia memakai Crop top Hodie dan celana Cargo panjang berwarna abu-abu senada. Tidak lupa sneakers putih terpasang sempurna di kakinya.
Rambutnya yang panjang berwarna biru keabuan, di ikat tinggi dan di lengkapi topi putih. Hingga leher jenjangnya terlihat. Polesan make up tipis juga menjadi pelengkap penampilannya.
"Ayo pergi!" ajak Claira segera menarik tangan Andrea.
Andrea mengambil tas miliknya dan juga ponsel. Kemudian membiarkan Claira menarik tangannya sampai keluar dari apartemen miliknya. Selama ini Andrea memang tinggal di apartemen yang di belinya.
"Pakai mobil gue aja," ucap Claira sebelum Andrea pergi mengambil mobilnya sendiri.
"Oke," singkat Andrea yang langsung masuk ke dalam mobil, bersamaan dengan Claira.
Ketika sudah berada di dalam mobil, keduanya memasang seatbelt terlebih dulu. Barulah setelah itu Claira melajukan mobilnya menembus padatnya jalanan kota.
***
20 menit kemudian...
Mobil Claira sudah berhenti tepat di depan sebuah bar ternama di kota.
"Kenapa lo ngajak gue ke sini? Lo tau sendiri kan kalau gue gak suka ke bar." sungut Andrea, tatapannya tampak tidak bersahabat.
"Gue tau itu tapi jangan marah dulu. Di dalam ada kejutan buat lo," ucap Claira santai seraya melepaskan seatbelt yang terpasang di tubuhnya.
"Kejutan apa? Gue gak mau yang macam-macam," cetus Andrea memperingatkan.
"Udah ikut aja ke dalam!" seru Claira turun dari mobil.
Terpaksa Andrea juga ikut turun. Entah apa yang di sebut kejutan itu oleh Claira.
"Gue pastikan lo bakal senang nanti. Percaya deh!" sambungnya meyakinkan Andrea.
Andrea terdiam, rasanya malas sekali untuknya masuk ke dalam tapi juga tidak bisa menolak sahabatnya itu. Dengan langkah gontai, Andrea berjalan mengikuti Claira yang sudah lebih dulu masuk ke dalam bar. Seperti yang sudah di perkirakan oleh Andrea, Bar begitu ramai dan tercium bau alkohol yang menyengat. Andrea berusaha menahan dirinya sambil terus mengikuti Claira.
"Lo mau bawa gue ke mana, Claira!?" Andrea bertanya dengan nada keras. Suara hampir tenggelam dalam ramainya Bar.
"Tuh buat nemuin My Crush lo!" sahut Claira menunjuk ke arah salah satu meja bar.
Mata Andrea mengikuti ke mana arah Claira menunjuk. Sedetik kemudian, ia memicingkan matanya. Dahinya mengernyit sempurna saat melihat ada orang yang begitu di kenalnya.
"Apa yang di lakukannya di sini? Bukankah dia paling anti datang ke tempat seperti ini?" gumam Andrea.
Claira tidak mendengarnya. Ia justru langsung menarik Andrea dan menghampiri meja itu.
"Hai baby!" sapa Claira pada salah satu laki-laki yang juga duduk di kursi itu.
"Kamu sudah datang baby?" tanya laki-laki itu tersenyum lebar.