Chapter 7 - Tujuh

Sepasang mata tertutup milik Leslie terlihat tenang, dua tetes air jatuh di pipi kanannya yang mempunyai tahi lalat kecil. Leslie terusik, ia mengernyitkan kening. Kemudian membuka matanya secara perlahan.

Pandangannya silau oleh cahaya matahari, ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Hanya pandangan kabur yang ia dapatkan. Kemudian Leslie mengucek matanya.

"kau sudah bangun?"

Leslie tersentak kaget, langsung duduk. Kemudian meringis, merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

"hati-hatilah"

Seorang pria bertubuh tinggi segera menghampiri Leslie, lalu membantu pria mungil itu duduk sempurna.

"si, si, si-apa kau?"

Pria itu memandang Leslie dengan pandangan sayu, kemudian mengelus tangan kanan Leslie. Leslie diam, tak menepis tangan besar itu, ia menatap pergerakan tangan pria itu yang menyalurkan ketenangan padanya.

"maafkan aku Leslie" ujar pria itu.

Leslie mendongakkan kepalanya, berusaha menatap lebih jelas lagi pria di hadapannya. Sekarang pandangannya sudah jelas, ia terkesima. Di hadapannya sedang berjongkok pria berkulit putih bak salju, dengan bibir semerah darah. Di tengah keterpanaannya, Leslie semakin terpukau melihat bola mata biru setenang lautan.

"siapa kau?"

"aku Boris, pelindung hutan ini" jawab pria itu, Boris.

"hah?"

Pria itu kemudian berdiri. Tubuhnya sangat tinggi, jauh berbeda dibandingkan Leslie dan tentunya dengan orang-orang desa sekali pun. Leslie menerka, pria itu mempunyai tinggi mencapai 190 cm, mungkin lebih. Sangat tinggi.

Boris mengambil dedaunan yang tadi di uleknya. Kemudian mendekati Leslie, mengobati luka di sekujur tubuh pria mungil itu.

"kau manusia kah?"

Leslie melirik ke samping, berusaha melihat tanggapan Boris. Boris menggeleng, ia dengan telaten mengoleskan obat herbal itu di setiap inci kulit Leslie.

"lalu? Dedemit?"

"aku tidak seperti mereka.

Leslie memutar tubuhnya, mengabaikan rasa sakit hanya untuk menatap Boris. Boris mendesis kesal, membalas tatapan mata Leslie.

"aku bertugas untuk menjaga segala yang ada di hutan ini. Memastikan semuanya berjalan sebagaimana yang sudah di atur oleh pemilik alam"

Leslie membulatkan matanya "kau yang mengatur?".

"memastikan berjalan sebagaimana mestinya. Bukan aku yang mengatur, alam punya aturannya sendiri" Leslie mangut-mangut mendengar penjelasan Boris, ia menunduk mengingat perbuatan warga desanya.

"lalu, apa alam berjalan karena Ragon?"

"tidak, makhluk itu adalah bagian dari alam. Salah satu perusak yang harus kupastikan tidak menghambat aturan alam" Boris menyudahi sesi pengobatannya. Ia juga membuka mantel tebalnya, kemudian menyelimutkan pada Leslie.

"terima kasih" cicit Leslie.

Boris mengernyit heran "untuk?"

"menyelamatkanku dua kali" Boris mengangguk, kemudian memberesi peralatan obatnya.

"tapi, kau sejenis apa?" cicit Leslie, lagi.

Boris sedikit memutar bola matanya, memikirkan sesuatu. "aku pun tidak tahu, sejenisku tidak pernah aku temui, jadi aku tidak bisa bertanya pada siapa pun"

Leslie mulai tertarik dengan topik obrolan mereka, mata teduh itu terlihat berbinar.

"lalu, bagaimana kau tahu kalau kau berbeda dari yang lain?"

"itulah hukum alam, kita tidak bisa menebak bahkan cuma menerka saja tidak bisa. Aku tahu aku berbeda, karena mereka perusak, sedangkan aku pelindung"

Boris selesai dengan peralatannya, kemudian duduk di samping Leslie. Pria besar itu mengangkat tangannya, kemudian menggerakkan ke sisi kiri. Awan yang menutupi jarak pandang mereka seketika bergeser. Kemudian Leslie bisa melihat dengan jelas pemandangan di depannya.

Mereka sedang berada di puncak gunung, satu-satunya yang tertinggi di area bukit barisan. Leslie menatap takjub pada pemandangan di depannya, kemudian beralih pada Boris, tanpa mengurangi pancar kekaguman di matanya.

"keren sekali"

Boris tersenyum tipis.

"ya, jika tak ada hal-hal bodoh yang berlangsung"

Leslie menoleh secara cepat pada Boris, keningnya berkerut. "hal-hal bodoh?"

"persembahan dan segala macamnya yang tidak berguna"

Leslie menghela nafas berat " aku juga sangat menyayangkan hal itu terjadi. Makanya nekat seperti semalam" jawab Leslie.

"seperti minggu lalu, bukan semalam"

"hah?" Leslie membulatkan matanya.

"ya, kau sudah pingsan selama seminggu. Sejak hampir diperkosa oleh ragon"

***

Seminggu pasca gagalnya persembahan di bukti barisan, keadaan desa sungguh kacau. Kepala desa sakit keras sepulang dari bukit malam itu, air tidak mengalir ke sawah, ternak-ternak kelaparan karena rumput sudah menguning dan kering. Sedangkan masyarakat desa saling menyalahkan.

Ada dua kubu di desa sekarang. Kubu yang menyalahkan kepala desa dan ingin mengangkat kepala desa baru, serta kubu yang masih mempertahankan kepercayaan pada kepala desa.

"Harus segera diatasi!" Bentak ayah Dani.

Dani menjadi sosok yang di elukan sekarang. Masyarakat desa dengan mudah memaafkannya berkat permainan lidahnya sendiri. Memutar balikkan fakta menjadi keahliannya sekarang. Bahkan, beberapa orang yang tergabung dalam kubu mengganti kepala desa menyarankan Ayah Danilah sebagai kepala desa baru. Meski kepala desa lama belum wafat.

"apakah kita akan mengulang persembahan?" tanya seorang warga.

"mungkin kah? Kita tidak bisa menemukan gadis perawan sesuai kriteria Ragon secepat itu!"

"ada rima, rani dan juga raya!"

"rima tidak cantik, rani terlalu biasa. Raya pilihan yang tepat!" seru seseorang dari kerumunan.

Suasana lapangan yang di sulap menjadi balai adat itu sekarang menjadi chaos. Beberapa orang terlihat marah dan keluar dari pertemuan.

"ini ide gila!"

Ayah Dani menatap satu persatu tokoh adat yang masih tersisa, diantara-nya juga ada dua orang tetua yang di segani.

"apa kau yakin, pram?"

Ayah Dani, atau lebih di kenal Pramudja itu mengangguk. Matanya berkilau tajam, sebelah sudut bibirnya terangkat.

"sangat yakin, inilah saatnya aku berkuasa" ujarnya mantap.

Total 25 orang itu mengangguk-angguk paham. Mereka sepenuhnya memihak Pramudja karena memang sudah muak dengan pemerintahan Ayah Leslie. Sekarang, Ayah Dani atau Pram dengan terang-terangan akan segera merebut kekuasaan dan akan mengorbankan Raya yang masih belia. Seharusnya, belum bisa menjadi tumbal, meski pun dia memenuhi kualifikasi lain selain umur.

~~~

Sementara itu, di hutan perut Gunung, Leslie tengah berusaha mengimbangi langkah pria besar di depannya. Kaki kecilnya begitu kewalahan untuk sekedar mengejar Boris berjalan.

"apa makhluk sepertimu tidak pernah lelah?" cicit Leslie.

Boris menghentikan langkahnya, ia berbalik untuk menatap Leslie "pernah"

"pikirkanlah lelahmu itu, dan lihat aku sekarang. Itu yang aku rasakan" keluh Leslie. Ia mengatur nafasnya dengan bersusah payah. Badan yang belum sepenuhnya pulih itu benar-benar merasa tersiksa dengan perjalanan panjang yang Leslie ikuti.

"apa kau menjadi sulit bernafas dan seakan mau mati?" tanya Boris.

Leslie mengerutkan kening, ia berpikir apakah ini lelah versi makhluk penjaga gunung ini? Sudut bibir Leslie tertarik. Ia tersenyum jahil, lalu membuat ekspresi selelah mungkin.

"ya! Itu yang aku rasakan. Rasanya aku akan mati, ukhukkk!" Leslie berpura-pura sakit, ia mendudukkan badannya di tanah untuk mendukung aksinya.

Boris seketika cemas, ia bergegas menghampiri Leslie dan berlutut di hadapan gadis mungil itu.

"apa sangat parah?"

Leslie mengulum senyum, kemudian semakin memperburuk aktingnya dengan adegan batuk namun terlihat sangat aneh. Sedangkan Boris semakin cemas, langsung saja pria besar itu menarik tubuh Leslie mendekat padanya. Kemudian mendekatkan wajah mereka dengan bibir hanya berjarak 2 cm.

Leslie seketika cegukan, ia tak siap dengan perlakuan Boris kali ini. Dua detik kemudian Boris menghembuskan sesuatu dari dalam mulutnya ke mulut Leslie, berbentuk sebuah cahaya biru laut yang kemudian di telan Leslie.

Seketika cegukan Leslie berhenti, matanya membulat sempurna. Kemudian tersadar dengan posisinya, Leslie segera mendorong tubuh besar Boris dan buru-buru berdiri.

"ahh! Di sini sangat sejuk. Udaranya bersih!"

Leslie menepuk-nepuk celananya dan berjalan mendahului Boris dengan pipi bersemu nyata, sangat merah. Sedangkan Boris hanya bisa menatap Leslie dengan pandangan kebingungan. Boris menaikkan alisnya begitu melihat Leslie yang berjalan menjauh.

"bukan arah sana!" teriak Boris.

Leslie memutar tubuhnya, kemudian berbalik arah dan tetap berjalan mendahului Boris. Kali ini Boris hanya menghembuskan nafas, namun sudut bibirnya sedikit tertarik dengan mata berbinar. Boris pun segera bangkit, dan menyusul Leslie.