_begitu sulit lupakan kamu, apalagi kamu.. baik_
*****
Seorang pemuda memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Sesekali mata tajamnya melirik ke kaca spion Dimana beberapa orang mengejarnya.
"Sial," dengusnya. Ia tersenyum miring melihat sebuah truk di depan dan tanpa fikir panjang segera menyalipnya membuat beberapa orang itu mengumpat pelan.
Pemuda itu menghela nafas. Sebenarnya siapa orang-orang itu? Mengapa ia diincar begini, padahal sebelumnya baik-baik saja?
Terlalu fokus memikirkan itu hingga tak sadar ada seseorang yang lewat di depannya.
Devan Melotot, ia segera berbelok, namun karena sangat cepat, motornya menjadi oleng dan ia pun terjatuh.
"Aaa!"
Seseorang itu berteriak takut, ia menutup kedua wajahnya dengan kedua telapak tangan membuat Devan menoleh dan mendengus.
"Yang jatoh gue, bukan Lo."
Seseorang yang ternyata seorang gadis dengan baju oversize dan celana pendek itu menjauhkan tangannya lalu menatap Devan meringis, cowok itu kembali menghela nafas saat tau siapa si gadis.
"Kamu gak papa?" tanya gadis berkacamata itu. Ia mendekat dan mengulurkan tangan.
"Kaki kamu sama lengan kamu luka," ucap Keyla dengan tatapan nanar.
Devan bangkit tanpa menerima uluran tangan Keyla lalu menepuk celananya yang kotor. Ia sedikit meringis, lalu menoleh pada Keyla yang sudah berkaca-kaca.
Devan tertegun. Gadis ini kenapa?
"Maaf ya, kak. Gara-gara aku, kamu jadi terluka gini, harusnya aku liat-liat tadi," kata Keyla dengan menundukkan kepala. Ia kembali melakukan kesalahan hari ini membuat Perasaannya sedih.
"Gue oke kok," ucap Devan mencoba biasa saja. Meskipun ia ingin marah awalnya.
"Lo ngapain disini? Malem-malem. Pake baju itu lagi," ucap Devan tanpa sadar sambil mengamati penampilan Keyla.
"A-aku mau cari makan."
"Yaudah, gue anter." Devan dengan kaki sedikit pincangnya itu akan mengangkat motornya namun sebuah tangan mungil terasa memegang pinggangnya, di tambah tangannya dilingkarkan pada bahu sempit Keyla.
"Aku bantu, kak."
Devan terdiam. Entah mengapa ada sesuatu yang aneh saat dirinya bersentuhan dengan gadis itu.
***
"Aku gapapa main kesana?"
"Gapapa, lah."
"Tapi kayaknya kurang pantes, Aksa. Aku kan bukan bagian dari temen-temen kamu."
"Gapapa. Ada gue."
Zahra menghela nafas dengan wajah muram. Hari ini Adalah hari Minggu, dimana Ia diajak Aksa untuk ke basecamp Cowok itu.
Sebenarnya Zahra tidak masalah, hanya saja Zahra tidak ingin membuat mereka tidak nyaman dengan kehadirannya.
"Mulai sekarang gue mau buka usaha," ucap Aksa saat mereka menghentikan motornya disebuah supermarket.
"Usaha?" tanya Zahra, matanya menatap Aksa dengan tatapan meminta penjelasan.
Aksa mengangguk sambil tersenyum tipis. Ia memasukkan tangan ke dalam saku celana sambil menatap Zahra dalam.
"Gue mau ninggalin dunia gelap gue, Ra. Bantu gue ya?" ucap Aksa membuat Zahra tersenyum manis. Terlihat sangat tulus dan cantik.
"Apapun itu, aku pasti bantuin kamu, Sa."
Aksa terkekeh lalu mengacak kepala gadis itu sayang.
Zahra sendiri tidak marah, ia senang melihat Aksa yang begini. Cowok itu perlahan berubah menjadi lebih baik.
"Emang rencananya kamu mau buka usaha apa?" tanya Zahra dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.
Aksa terdiam sejenak, seperti ingin mengatakan sesuatu, namun saat menatap wajah lucu itu, Ia menyeringai.
"Rahasia."
"Dih, terus gimana aku bisa bantu kamu kalo rahasia?" tanya Zahra dengan bibir Cemberut.
"Nanti kalo udah jadi, Sekarang kan lagi ngumpulin modal dulu," ucap Aksa membuat Zahra mengangguk mengerti.
"Berarti kita kesini mau apa?"
"Cari Cewek cantik."
Aksa berjalan lebih dulu meninggalkan Zahra begitu saja yang nampak syok dengan perkataannya.
"Aksa kok jadi gini?" gumam Zahra.
***
"Akhirnya, dari sekian banyak orang, gue bisa liat cecan juga," ucap Bayu seperti sangat bersyukur.
Luna yang sedang mengerjakan tugasnya itu menoleh, menatap Bayu sinis.
"Oh, jadi gue jelek gitu?"
"Dih, gue gak ngomong, tapi kalo Lo merasa ya bagus."
Aksa menggeleng pelan melihat tingkah mereka berdua, Ia menggenggam tangan Halus Zahra lembut.
"Ada siapa itu?"
"Pacar Bayu, otw jadi tunangan," jawab Rangga membuat Bayu menatapnya tajam.
"Hai," sapa Zahra pada beberapa sahabat Aksa itu.
"Hai, Ra. Cantik banget Lo hari ini," ucap Rangga seperti biasa mengeluarkan jurus buayanya.
"Ngga," peringat Aksa menatap Rangga datar.
Rangga hanya menyengir.
"Canda bos, elah."
Pandangan Aksa beralih pada Zahra yang tidak melunturkan senyumnya, sangat kentara sekali dia senang karena disini banyak orang.
"Lo main dulu sama Luna," kata Aksa dengan suara lembut. Sangat berbeda saat berbicara sehari-harinya.
"Anjay," bisik salah satu Teman sekelas Aksa. Dani--yang juga Anggota disana.
"Yang itu?" tanya Zahra berbisik sambil menatap Luna yang cuek mengerjakan tugas dibuku gambar itu.
"Heem."
"Oke."
Aksa tersenyum membuat seluruh anggota plus sahabatnya itu melotot.
Sebesar itu efek Zahra pada Aksa.
Aksa Berdehem saat gadis itu sudah menghampiri Luna yang sekarang terlibat percakapan dengannya.
Aksa memerhatikan sampai Zahra duduk dan terlihat santai dengan Luna.
Barulah tatapannya beralih ke anggotanya.
"Rapat," singkat Aksa membuat mereka mengangguk dan segera melakukan apa yang diperintahkan Aksa.
"Nama kamu Luna? Sekelas sama Aksa."
"Ya gitulah," ucap Luna menatap Zahra sekilas lalu kembali mengerjakan tugasnya.
"Kayaknya kamu salah deh megang pensilnya," ucap Zahra.
"Hah?"
Luna memang sedang mengerjakan tugas menggambar benda tiga dimensi, namun sebagai cewek yang tidak suka hal begini, tentu dia ogah-ogahan.
"Sini, biar aku bantu," ucap Zahra mengambil alih pensil gambar ditangan Luna lalu mempraktekkan cara yang benar.
Luna sejenak terperangah kagum melihat hasilnya. Gadis itu jago menggambar.
"Lo jago Banget," puji Luna tulus membuat Zahra tersenyum singkat.
"Aku suka melukis."
Luna mengangguk, mengambil alih pensil itu dan kembali melanjutkan tugasnya. Meskipun malas, tapi Ia tak pernah bisa memasrahkan tugasnya ke orang lain.
"Pasti di sekolah Lo jadi kesayangan guru seni," ucap Luna bercanda.
"Aku homeschooling."
Luna menatap Zahra kaget tapi gadis itu hanya tersenyum.
"Lo pacaran sama Aksa?" tanya Luna mengalihkan topik.
"Nggak."
"Tapi kayaknya Deket."
Zahra menatap Aksa yang sedang berjalan dengan teman-temannya, cowok itu menyempatkan menoleh dan tersenyum padanya.
"Iya."
"Aksa juga gak pernah kayak gitu sama cewek, Lo kayaknya spesial buat dia."
Luna menatap Zahra lagi, menilai penampilan gadis itu membuat dia sedikit iri.
Zahra tersenyum."Aku beruntung bisa kenal Aksa."
"Eh, Zahra. Hidung Lo?" ucap Luna sedikit panik melihat darah yang menetes dari hidung Bangir gadis itu.
Zahra menaikan alis. Ia menatap bajunya yang terdapat noda merah, Zahra segera menutupi hidungnya.
"Bentar, gue ambil tissue." Luna mengambil tasnya lalu mengeluarkan sesuatu dan segera berlari ke Zahra.
"Nih," ucap Luna memberikan beberapa lembar tissue yang langsung diterima oleh Zahra.
"Yah, baju putih aku kotor," keluh Zahra setelah Membersihkan hidungnya.
Luna terus memperhatikan gadis itu, tak bisa menutupi rasa khawatir melihat wajah Zahra yang terlihat pucat.
"Lo beneran gapapa?"
"Em? Aku gapapa, udah biasa," ucap Zahra tersenyum seakan Tidak pernah terjadi apa-apa.
"Hah, gue kayaknya harus hati-hati Deket sama Lo, ntar kalo Lo kenapa-kenapa, Aksa bisa bunuh Gue," ucap Luna sambil menghela nafas.
Zahra terkekeh kecil."Aksa gak sejahat itu."
Luna mengangkat alis."Lo gatau aja gimana dia di sekolah."
Zahra perlahan mengubah tawanya menjadi senyum. Ia menatap Luna yang kembali sibuk sendiri, seakan Ia tak melihat kejadian tadi.
"Luna, mau gak jadi teman Zahra?"
*****