Bidadari Kilat berseru tertahan. Tapi ia tidak berani bicara lebih lanjut lagi. Ia hanya ingin bertanya satu kali lagi. Ya, hanya satu kali.
"Lalu, tugas mana pula yang telah gagal aku jalankan?"
"Tugas untuk membunuh Pendekar Jarum Hitam," jawab Bidadari Kilat dengan wajah dingin membeku.
Siau Yam tergetar. Seluruh tubuhnya terasa lemas tak bertenaga. Sekarang, ia sadar bahwa kematian sudah ada di depan matanya. Ia tahu hidupnya tidak akan lama lagi.
"Maka dari itu, Penguasa Sesat Ketiga telah menurunkan perintah kepadaku untuk membunuhmu,"
"Kau ... kau dusta. Kau bohong ... kau pasti bohong,"
Siau Yam berkata dengan nada lantang. Setengah berteriak. Agaknya, saat ini ia benar-benar takut. Entah itu takut mati, ataukah ia takut kepada Bidadari Kilat?
"Terserah apa katamu. Yang jelas, kedatanganku ini bukan untuk banyak bicara. Melainkan untuk membunuhmu!"