Jalanan itu sepi. Sebab jalan tersebut terdapat di sebuah gang sempit pinggiran kota. Debu kuning mengepul tinggi ketika dua ekor kuda jempolan lewat dengan cepat. Hembusan angin musim panas menerbangkan debu-debu kuning itu lebih jauh dan tinggi lagi.
Dua ekor kuda jempolan itu terus melaju dengan cepat. Kedua orang penunggangnya sama-sama gagah. Yang satu mengenakan pakaian serba putih. Warna putih itu sanga bersih. Seperti bersihnya bunga salju.
Sedangkan penunggang yang satu lagi mengenakan zirah perang. Ia tampak gagah. Bahkan semakin gagah apabila melihat pedang antik yang tersoren di pinggangnya.
Mereka terus memacu kuda masing-masing sampai menemui jalan raya besar dan sesak oleh para pejalan kaki.
Ketika sudah tiba di jalan raya yang besar dan ramai itu, dua ekor kuda tadi tidak lagi berlari. Penunggangnya memutuskan untuk menghentikan lari kuda mereka. Keduanya lebih memilih menjalankannya secara perlahan saja.