"Aaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh!!!" teriakan yang sangat kencang dan penuh kesakitan itu terdengar dalam radius beberapa meter di sebuah rumah yang terdapat di sebuah desa kecil.
Teriakan itu berhenti dan digantikan oleh suara gelak tawa bayi, seorang dukun beranak yang membantu proses pelahiran itu terkejut bukan main saat mendapati bayi yang baru saja dilahirkan itu tertawa dengan lucunya. Tidak menangis seperti khalayaknya bayi lain saat lahir.
Bayi itu dimandikan bersih dari darah dan air ketuban sang Ibu, setelah memberikan kain untuk membedong bayi laki-laki tersebut dukun beranak itu memberikan bayi pada sang Ibu.
"Kau sangat gagah nak, langit bahkan bergemuruh saat kau lahir," ucap sang Ibu penuh kebahagiaan, "Namamu adalah Hao Xian, Ibu harap kau menjadi anak yang hebat nak."
Setelah mengucapkan kata tersebut sang Ibu menutup matanya, aliran napasnya sudah tidak tersengar lagi, senyum masih menghiasi wajah cantik dari perempuan tersebut.
Seolah paham sang Ibu meninggalkannya untuk selamanya, kini sang bayi menangis kencang.
Dukun beranak yang membantu proses lahiran juga terkejut saat mendapati perempuan itu menghembuskan napas terakhirnya setelah memberi nama pada anaknya.
Bingung adalah hal yang pertama mengisi kepala dukun beranak tersebut, perempuan ini tinggal hanya sendiri di Desa. Suami dari perempuan itu pergi saat perempuan itu beberapa bulan hendak melahirkan, dia tidak mengetahui siapa saudara dari perempuan ini.
"Istirahatlah dengan tenang Xiao Chin, aku akan merawat anakmu dengan baik," kata dukun beranak itu seraya mengambil bayi Hao Xian dari pangkuan perempuan yang dia sebut Xiao Chin.
Setelah berpikir panjang dukun beranak itu memilih untuk membesarkan Hao Xian oleh tangannya sendiri, dia merasa sangat tidak tega melihat bayi Hao Xian yang ditinggalkan oleh Ibunya.
Mengingat dirinya masihlah lajang sepertinya merawat Hao Xian tidak akan menjadi masalah.
Tubuh Xiao Chin dimakamkan oleh warga desa, semasa hidupnya Xiao Chin sangat ramah dan banyak membantu para warga sehingga hampir seluruh warga desa merasakan kehilangan perempuan cantik tersebut.
Mereka mendengar bahwa Xiao Chin meninggal karena melahirkan anaknya yaitu Hao Xian, beberapa beranggapan karena tubuh Xiao Chin tidaklah kuat karena terlihat dia masih muda untuk mengandung.
Dukun beranak yang memiliki nama Riu Lue tersebut tidak menyangka para warga akan membantunya merawat bayi Hao Xian, setiap minggu beberapa warga memberikan susu sapi yang sudah diolah untuk Hao Xian.
Terkadang ada juga para wanita yang memberikan asi mereka untuk Hao Xian.
Hal tersebut membuat Riu Lue merasa senang karena banyak yang menyukai Hao Xian.
***
Malam yang penuh bintang menghiasi langit gelap dengan indah, seorang wanita dengan bayi di pangkuannya tengah menatap keatas langit.
"Xiao Chin, anakmu kini telah genap satu tahun. Dia menjadi anak yang sangat hebat sesuai yang kau inginkan, apakah kau melihatnya?" gumam wanita tersebut, dia tak lain adalah Riu Lue, pada pangkuannya Hao Xian yang berumur genap satu tahun tengah menatap ke langit dengan tangannya seperti mencoba meraih bintang.
"Gugu gaga gugu gaga," celoteh Hao Xian dengan bahasa bayinya.
Riu Lue tersenyum kecil, perkembangan Hao Xian sungguh diluar dugaannya. Bayi itu memiliki umur baru genap satu tahun tapi proporsi tubuhnya sudah seperti bayi balita berumur dua tahun setengah.
"Kau melihat Ibu sayang?" tanya Riu Lue.
"Gugu gaga!" Hao Xian terlihat sangat senang menanggapi pertanyaan Riu Lue, bayi itu melambai-lambaikan tangannya kearah langit.
Riu Lue sedikit meringis saat Hao Xian melompat-lompat di pangkuannya, dia merasa seperti dipukuli oleh baja keras saat bokong kecil Hao Xian mendarat di pangkuannya.
Wanita itu segera menenangkan Hao Xian membuat bayi itu terdiam dan tidak lagi banyak bergerak, dengan nyanyian lagu serta timang-timang dari Riu Lue, Hao Xian kecil segera terlelap dalam tidurnya.
***
Di lokasi yang tak jauh dari desa, di sebuah tempat yang berjejerkan batu-batu yang bertuliskan nama yang biasa disebut batu nisan, berdiri seorang pemuda yang terlihat sangat sendu menatap salah satu batu nisan tersebut.
"Aku tidak tahu kau sedang bermain peran karena kutinggalkan atau memang benar mati, tapi setelah dipikir kau adalah salah satu dari Clan yang sulit untuk mati. Ah tidak kau memang tidak bisa mati, Immortal Body dari Clan mu membuat kutukan untuk kalian sendiri sehingga tidak bisa mati dengan mudah." Pemuda berambut biru itu terus meracau aneh dihadapan sebuah kuburan.
"Ayolah, aku ingin mengurus anak denganmu. Bukankah kita menemukan dunia ini untuk menikmati hal yang kau sebut keluarga?" racau pemuda itu seraya memainkan tanah kuburan tersebut.
"Aku tahu aku salah, aku minta maaf. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi, dalam situasi apapun." Air mata mulai menetes deras dari mata pemuda tersebut, dia memiliki pengetahuan yang jelas tentang orang dalam kuburan tersebut, namun karena rasa cintanya yang dalam sehingga membuat dia benar-benar takut kehilangan.
"Aku telah melintasi sembilan Universe untuk sampai disini dengan sangat cepat... jangan membuatku ketakutan lagi seperti dulu." Pemuda itu memeluk erat batu nisan tersebut, tangisnya pecah dalam suara yang parau.
"Berisik sekali." Sebuah suara terdengar oleh telinga pemuda tersebut, tarikan yang sangat kencang pada telinga pemuda itu juga membuatnya terbawa hingga menghilang dari lokasi tersebut.
***
Saat kelahiran Hao Xian ke dunia, banyak kejadian yang sangat mengguncang Bumi, seluruh daratan dibuat cemas karena badai besar yang datang.
Peristiwa itu tidak semua buruk, badai melanda hingga tiga hari tiga malam membuat banyak pegunungan yang tandus kini telah berubah menjadi sebuah pegunungan yang sangat hijau dan memiliki beragam Sumber Daya yang berguna untuk manusia ataupun Cultivator.
Hal buruknya adalah karena banyaknya tempat yang menjadi kaya akan sumber daya membuat Sekte baik aliran putih, netral dan hitam gencar melakukan pencarian sumber daya, banyak pertumpahan darah karena perebutan sumber daya tersebut.
Juga semakin banyak Demonic Beast dan Spirit Beast yang bertambah kuat semenjak hujan badai tersebut, tidak jarang bahwa sebuah tempat yang memiliki sumber daya terbaik dijaga oleh Demonic Beast ataupun Spirit Beast yang sangat kuat.
***
Di tempat lain, lebih tepatnya disebuah bangunan yang terlihat sangat sederhana seorang pria tua berjanggut putih dan berambut putih panjang mengelus pelan janggutnya.
"Sang legenda telah lahir, ramalan telah dimulai. Era kekacauan telah tiba kini hanya bisa menunggu sang legenda membawa kedamaian kembali," gumam pria tua itu lalu menutup matanya.
***
"Aku mohon bantuanmu, aku sendiri tidak cocok untuknya walaupun sebagai seorang..." ucapan pemuda itu menggantung pada kalimat akhirnya, dia bingung harus melanjutkan atau tidak.
"Aku mengerti," sahut pemuda dihadapannya seraya menyesap teh lalu menatap pada suatu arah.
"Aku tidak menyangka nasibmu akan seperti ini," kekeh pemuda itu lalu menghilang.
Sedangkan pemuda tadi tengah menghela napas panjang seraya menggelengkan kepalanya, dia segera pergi ke arah berlawanan dengan seorang perempuan cantik disampingnya.