Hal terburuk berkerja dengan pria itu adalah dia selalu mengangganti jadwal temu seenaknya sendiri dan lihatlah kalenderku terlihat seperti pernainkan tik tak toe, menyebalkan sekali harus bekerja dengan orang egois sepertinya' gerutu Zefa sesaat setelah dirinya sampai di ruangannya dan meletakkan kalender di atas meja.
Dia menggerutu karena kejadian beberapa menit yang lalu saat dia, Estevan dan juga Lucas baru saja sampai di kantor. Saat mereka bertiga menaiki lift tiba-tiba terdengar dering telfon dari ponselnya, segera Zefa membuka tas yang menggantung di lengan lalu menilik untuk melihat nama orang yang menelponnya.
Zefa bingung karena orang yang menelfon tidak terdaftar dari kontak ponselnya. 'Siapa ini?' Namun Zefa masih menjawabnya karena mungkin saja ada perusahaan yang ingin mengajak kerjasama. "Dengan sekertaris Zefa dini, ada yang bisa saya bantu?" Seraya menempelkan layar ponsel ke daun telinga.
Estevan yang berdiri tepat di depan Zefa dan Lucas merasa penasaran dengan siapa orang yang menelfon salah satu sekretarisnya, dia menatao kearah kaca yang lift yang berada di depannya dan terlihat kalau wajah Zefa tengah serius saat itu. 'Siapa yang menelfon Zefa?'
Sama halnya dengan Estevan, Lucas juga penasaran akan tetapi dia tidak berani bertanya terlebih dahulu karena kemungkinan besar orang yang menelfon Zefa adalah salah satu klien. 'Sebaiknya aku diam saja dari pada membuat senior marah'
"Hai, kami dari perusahaan Myron Company ingin mengingatkan kalau nanti kita akan mengadakan pertemuian untuk membahas kerja sama dengan Zorger Company setelah jam makan siang," kata dari pihal Myron Company.
"Baik, Saya sudah menyiapkan tempatnya tapi sebelumnya dengan siapa saya berbicara?" tanya Zefa. Dia ingin memastikan bahwa orang yang telfonnya memang dari pihak Myron Company atau bukan. 'Mungkin saja dia menipu'
"Apa kau melupakanku? Aku Rethaline," jawab Rethaline dari telfon, terdengar dnegan jelas kakau wanita itu sangat senang dapat menelfon Zefa.
"Rethaline?" Tiba-tiba saja sebuah garis muncul di antara kedua alis, Zefa merasa tidak asing dengan nama yang baru saja didengar tapi dia tidak bjsa mengingatnya. "Baiklah, nanti saya akan mengirimkan pesan kepada anda mengenai tempat rapatnya, selamat siang." Zefa segera mengakhiri percakapannya dengan pihak Myron Company, untuk sesaat Zefa menatap nomor telfon yang belum terdaftar dalam kontak telfonnya sambil mencoba mengingat-ingat. 'Siapa Rethaline itu?'
"Dari Myron Company?" tanya Estenan dengan nada tegas. Estevan ingat jika hari ini dia ada temu janji dengan perusahaan tersebut tapi Estevan merasa malas bertemu dengan mereka.
Zefa segera memasukkan ponsel kedalam tasnya lalu berkata, "Iya Pak, mereka ingin mengkonfirmasi mengenai jadwal pertemuan hari ini."
"Batalkan saja, bagaimana mungkin Perusahaan makanan bisa bekerja sama dengan perusahaan parfum atau atur ulang jadwalnya," perintan Estevan, tepat saat pintu lift terbuka dia melangkah maju dan diikuti oleh kedua sekretarisnya.
Zefa terkejut mendengar perintan Estevan, bukan kali pertamanya dia mendengar hal ini dari mulut Estevan setelah pria berwajah garang itu menjadi CEO di perusahaan ini. "Tapi Pak, sudah tiga perusahaan yang sudah dipindah jadwal pertemuannya dan kita tidak bisa membuat kesalahan lagi." Zefa mencoba menjelaskan hal tersebut kepada Estevan dengan mengikuti langkah kaki pria itu. 'Bagaimana mungkin ada seorang manusia yang egois sepertinya'
Tiba-tiba saja Estevan menghentikan langkah kakinya. "Baiklah, kita akan bertemu dengan mereka semua dalam satu hari ini. Atur ulang jadwal mereka." Lalu kembali melangkahkan kakinya menuju keruangannya.
Setelah mengingat-ingat kejadian tersebut Zefa merasa sedikit geram dan akhirnya dia memutuskan untuk mencari angin agar dapat menjernihkan pikirannya. Dia bangkit dari tempat duduk lalu berjalan menuju kearah pintu.
Lucas yang melihat Zefa menuju ke arah pintu langsung melontarkan sebuah pertanyaan kepada gadis itu, "Senior mau kemana ?"
"Mencari emas," ketus Zefa lalu menutup pintu dengan cukup keras.
Dia berjalan naik menuju ke atap gedung dan berdiri di tepi pembatas, deretan gedung pencakar langit berjejer rapi di depannya. Zefa meletakkan kedua tangannya dia atas pembatas atap lalu menghirup udara pagi yang masih segar.
"Ingin sekali aku menghabisi pria itu tapi sebelumnya, nama Rethaline terdengar tidak asing di telingaku," gumam Zefa sambil memejamkan matanya untuk mengingat hal tersebut.
"Zefa."
Terdengar seseorang yang memanggil namanya dan menepuk pundak hingga membuat Zefa membuka mata lalu menoleh. "Direktur Sofie, apa yang kau lakukan disini?"
Sofie tersenyum sambil menyenggol lengan Zefa. "Kau berlebihan, jangan panggil aku direktur kita ini kan teman." Lalu menopangkan lengan ke atas bahu Zefa.
Zefa tersenyum. "Aku tidak menyangka orang sepertimu bisa menjadi direktur disini."
"Nah kan mulai lagi, kau ini juga sekertaris CEO jadi kedudukkan kita hampir sama."
Zefa mengangguk dan teringat suatu pernyataan yang ingin ditanyakan untuk Sofie. "Oh ya, apakau tahu mengenai perusahan Myron Company?"
Sofie memiringkan kepala. "Kau tidak tahu?" Tepat setelah Zefa menggelengkan kepala barulah Sofie menjelaskan mengenai perusahaan tersebut. "Ini cukup aneh jika kau sampai melupakannya, Myron Company adalah perusahaan parfum yang dimiliki oleh Draxen sebagai ketua disana lalu Jazen sebagai CEO. Tapi wajar juga kau melupakannya karena ini sudah lima tahun berlalu."
Zefa menundukkan kepalanya. "Seperinya aku melupakannya." Zefa tidak menyangka kalau dirinya memiliki ingatan yang buruk namun Zefa yakin kalau dia pernah mendengar nama tersebut.
"Nanti kau juga mengingatnya, perusahan itu sedang bertempat pesat selama beberapa bulan ini setelah mereka meresmikan salah satu parfum terbaru tapi ada sayangnya Myron Company sulit untuk diajak kerja sama dan jika mereka ingin kerja sama dengan perusahaan ini pasti akan sangat bagus juga untuk Zorger Company."
Ponsel yang ada di genggaman Zefa tiba-tiba saja berdering. "Sebentar ada telfon." Zefa menarik ikon hijau dari layar ponsel lalu mendekatkan ke telinga tanpa melihat nama kontak yang menelfonnya. "Halo, dengan seke...."
"Sekertaris Zefa kau dimana? Apakah kau lupa menyiapkan kopi pagi dan salat buah untukku! Cepat datang keruanganku!" Suara menggelegar terdengar dari telfon Zefa.
Sambungan telfon diputus secara tiba-tiba dan membuat Zefa mulai kehilangan kesabarannya. "Ishh manusia ini, aku tidak mengerti mengapa pak Leonard memiliki putra yang emosian seperti ini. Padahal aku sudah menyiapkan semua yang dia butunkan di atas meja kerjanya, apa dia tidak bisa melihat?" gerutu Zefa dengan menatap tajam layar ponselnya. "Aku pergi dulu Sofie, manusia itu harus membuka matanya dengan lebar." Dengan menghentak-hentakan kakinya, Zefa berajalan menuju ke pintu yang akan membawanya turun.
Sofie tersenyum mendengar gerutuan dari mulut Zefa. "Dia sangat imut sekali." Seraya tertawa pelan. "Oh ya bagaimana keadaannya Agus, aku ingin pergi ke cafenya nanti." Kedua kakinya dilangkahkan secara bergantian menuju je pintu.
To Be Continued...