Zefa menatap pintu bercat hitam di depannya, dia malas untuk mengetuk pintu tersebut mengingat sikap Estevan yang terlalu egois dan tidak memikirkan perusahaan lainnya yang hendak bekerja sama namun disisi lain jika dia tidak pergi kedalam pasti pekerjaannya juga tidak akan berguna untuk Zorger Company.
Zefa menghela nafas lalu mengeluarkannya secara perlahan. 'Andai saja aku memiliki kesempatan pasti aku akan langsung menampar wajahnya dengan besi panas' gerutu Zefa dari dalam hati sebelum dirinya membuka pintu dan masuk.
Di kursi putar dia nelihat Estevan yang tengah sibuk dengan salah satu dokumen. Zefa mencoba melangkah dengan tenang dan menghampiri Estevan. "Apakah ada yang Anda butuhkan, pak Evan?" tanya Zefa dengan berdiri di depan meja.
Estevan menarik manik hitam, menatap gadis berwajah datar itu dengan sekilas lalu kembali bergelut dengan lembaran kertas di tangannya. "Mana salad yang kau belikan? Aku tidak melihatnya dari tadi."
Zefa mengingat dengan jelas tempat meletakkan salad tersebut. Dia segera meneliti di setiap sudut meja dan melihat tumpukan kertas di atas salad yang diberikannya kepada Estevan. 'Oh astaga! Bagaimana bisa dia menumpuk lembaran kertas di sudut meja? Apa dia tidak pernah mendengar konsep menata sesuatu agar terlihat rapi?'
Setelah puas menggerutu barulah Zefa membereskan kertas tersebut dan memasukan ke dalam map berwarna kuning. Baru saat itulah Zefa melihat salad yang dipesan Estevan, Zefa mengambil dan langsung diletakkan tepat di depan Estevan. "Sudah saya temukan, apakah ada yang perlu saya kerjakan lagi?"
Estevan melirik ke atas nakas dan melihat salad kesukaannya telah berada di atas nakas, Estevan tak lama melihatnya lalu kembali dengan dokumen yang ada di depannya. "Kita rapat dengan Myron Company pukul berapa?"
Zefa mengangkat tangan lalu kedua mata tertuju ke arah jam. "Sekitar setengah jam lagi." Tepat setelah itu barulah Zefa menyadari kalau ada sesuatu yang sangat penting terlupakan. 'Oh astaga, aku lupa memastikan tempat rapatnya'
"Baiklah, persiapkan semua dokumen kita pergi lima belas menit lagi," perintah Estevan.
Zefa menunduk. "Baik, saya izin pergi dulu." Setelah berpamitan Zefa segera melangkah keluar dan masuk ke ruang sekertaris dimana dia melihat Lucas tengah sibuk dengan komputernya.
Zefa menghampiri pria itu lalu mengatakan, "Kau sudah menemukan lokasi untuk rapat? Sebentar lagi kita akan pergi ke sana."
Lucas mendongak lalu tersenyum ketika melihat Zefa berada di depannya. "Oh senior, sudah kutemukan temukan restoran yang bagus untuk pembahasan proyek kali ini. Letaknya tidak jauh hanya sepuluh menit dari kantor dan pemandangan lapangan golf yang ada disana membuat pikiran kita merasa segar dan pasti kita akan bisa bekerja sama dengan pihak Myron Company."
"Hari ini kita tidak hanya rapat dengan perusahaan itu saja, tapi...." Sejenak Zefa berfikir sambil mengarahkan pupil matanya ke arah jam dinding yang menempel di atas pintu. "Kita bisa rapat di tempat yang sama dengan empat perusahaan yang berbeda."
"Empat?" Lucas sedikit syok mendengar hal tersebut mengingat dirinya baru bekerja disana. 'Dua saja sudah sangat melelahkan apalagi tiga? Ini sangat tidak menyenangkan. Pasti senior sudah melakukan hal ini sebelumnya oleh karena itu dia nampak tenang, senior memang patut di idolakan' batin Lucas seraya tersenyum kearah Zefa.
Zefa kembali menurunkan atensinya ke arah Lucas. "Proposal kau buat sudah selesai?" Dia ingin segera meneliti proposal yang akan diberikan kepada para perusahaan yang akan di ajak bekerja sama.
Lucas mengangguk. "Sudah." Dengan menggunakan tangan kanan, dia memberikan empat proposal yang telah disiapkan sebelumnya kepada Zefa. "Ada beberapa bagian yang sulit tapi aku dapat membereskanya dengan sangat mudah."
Zefa menerima berkas tersebut, tak lupa dia mengatakan kata terima kasih kepada Lucas lalu pergi menuju tempat duduknya dan mulai meninjau ulang proposal yang sudah diletakakn di atas nakas.
Lima belas menit berlalu. Zefa dan Estevan sudah menunggu kedatangan Lucas yang tengah pergi mengambil mobil kantor. Dengan membawa beberapa dokumen di atas lengan kanan serta ponsel di tangan kiri, Zefa berusaha untuk menahan emosinya ketika melihat Estevan yang sejak tadi selalu mengeluh tentang cuaca panas hari ini.
'Aku benar-benar ingin menyumpal mulutnya itu' batin Zefa seraya memudar bola mata. Tepat saat Lucas sudah sampai, Zefa segera menyimpan ponselnya lalu membukakan pintu untuk Estevan. Setelah pria itu masuk kedalam mobil barulah Zefa masuk lalu duduk di samping Lucas yang sedang menyetir mobil.
Lama perjalanan siang ini hanya sekitar lima belas menit dan sesampainya disana, Zefa dan Estevan segera masuk dan masuk ke salah satu ruangan VVIP dimana lapangan golf sebagai pemandangan utaman di dalam ruangan berdinding kaca itu. Saat mereka sampai, Zefa langsung menata semua dokumen sedangkan Estevan mempersiapkan pikirannya agar mampu menimbang kerja sama kali ini.
Ketukan pintu sesaat setelah Lucas masuk membuat Zefa terkejut karena masih ada beberapa menit lagi sebelum rapat dimulai. Pintu terbuka dan disaat itulah sepasang mata Zefa membulat sempurna--terkejut saat melihat perusahaan yang akan berkerja sama dengan Zorger Company kali ini.
"Rethaline, Draxen aku tidak menyangka akan bertemu dengan kalian saat ini." Zefa langsung berjabat tangan dengan teman yang sudah lama tidak dia temui, tak hanya sampai disitu saja. Rethaline juga tidak segan-segan memeluk Zefa untuk meluapkan rasa rindu.
Estevan terkejut ketika mendengar Zefa mengenal kedua orang di depannya, terbesit satu peryanyaan di pikirannya. 'Bagaimana mungkin sekertaris Zefa dapat mengenalnya?'
Tak hanya Estevan, Lucas sendiri juga terkejut saat melihar Zefa yang akrab dengan rekan bisnjs kali ini. 'Wah, Senior memang idaman' batinnya sambil tersenyum ke arah Zefa.
Draxen dan Rethaline duduk lalu disusul oleh Zefa, Estevan dan juga Lucas. Rethaline tak henti-hentinya tersenyum ketika melihat Zefa yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri telah tumbuh dengan sangat cepat dan hanya saja tinggi dari gadis mungil itu tidak bertambah, begitu juga dengan Draxen.
Estevan yang tidak mau terlalu lama berbasa basi langsung meminta Zefa untuk segera memulai rapat. Zefa mengangguk paham, dia langsung memberikan proposal kepada Draxen dan juga Rethaline begitu juga dnegan mereka berdua yang memberikan proposal kepada Estevan untuk dibaca terlebih dahulu.
Estevan yang awalnya malas melakukan rapat hari ini tiba-tiba saja berubah pikiran saat membaca isi dokumen tersebut. "Menarik sekali, jarang ada perusahaan parfum yang mau bekerja sama dengan perusahaan makanan."
Draxen tersenyum sambil menatap kearah Estevan. "Saya mengingat perkataan Zefa saat lima tahun lalu." Lalu dialihkan ke Zefa. "Dimana adik kecil kami, Zefa. Pernah mengatakan bahwa parfum yang memiliki bau khas dari makanan contohnya seperti coklat, masih jarang beradar di pasaran kali ini oleh sebab itu." Dan kembali menatap kearah Estevan. "Kami ingin membuatnya dengan perusahaan Zorger Company dan tak hanya sampai disitu saja. Kami juga mendengar kalau Zorger Company sedang membuat produk makanan yang terbaru jadi tidak ada salahnya kita saling bekerja sama."
To Be Continued...