Agenda rapat kali ini telah selesai dan saatnya menerak bertiga kembali ke kantor dan melakukan agenda berikutnya. Untuk makan siang kali ini Estevan memilih makan di tempat bertemakan jepang, dengan cepat Lucas dan Zefa mengikuti langkah kaki Estevan dari belakang munuju ke pintu pintu keluar.
"Wah, kau sangat hebat bisa mengikuti semua rapat tanpa merasa terbebani sama sekali," puji Lucas dengan yang berjalan di samping Zefa.
Zefa memegang laptop serta dokumen di lengannya dan menatap lurus jalan di depannya. "Biasa saja dan Sepertinya kita harus terbiasa dengan acara rapat seperti ini."
Untuk saat ini mood Zefa tidaklah buruk tapi dia masih enggan menatap Estevan bahkan saat di dalam mobil, Zefa yang duduk disamping Lucas tidak memperhatikan Estevan sama sekali.
Tepat saat mobil berhenti, Estevan yang sedang membaca berita di tablet langsung mengangkat kepala. "Agenda setelah ini apa?"
"Tidak ada pak, setelah ini kita akan langsung meluncur ke restoran jepang." Zefa berkata dengan nada datar kepada Estevan.
Estevan mulai terbiasa dengan sikap serta wajah Zefa yang suram. 'Biarlah, yang terpenting dia bisa bekerja dengan baik' Kedua mata Estevan kembali mengarah ke layar tablet yang berada di atas telapak tangan.
Untuk mengisi rasa bosan, Lucas terpikirkan satu pertanyaan yang ingin sekali dikatakan ke Zefa sejak tadi. "Senior," panggilnya seraya menekan gas mobil dengan pelan saat lampu mulai berwarna hijau.
Zefa berdehem. "Apa?" Tanpa menoleh kearah Lucas.
"Anu...aku mau bertanya, itu cincin yang di jari manismu apakah milik kekasihmu?" Lucas menujuk ke arah cincin berukir bunga melati yang terpasang di jari manis Zefa lalu kembali memegang kemudi mobil dan menatap jalan di depan.
Zefa langsung mengarahkan monilitnya ke arah jari manisnya dan menatapnya. "Lebih baik kau tutup mulutmu," ketus Zefa. 'Ya, ini milik kekasihku dulu dan sekarang hanya meninggalkan namanya saja'
'Lihatlah gadis muda itu, menjawab pertanyaan seseorang dengan kasar' batin Estevan sambil menggeleng heran dan menggulir layar tablet.
Lucas menyengir. "Lalu apakah kau sudah mengingatku? Padahal kita dulu pernah bertemu di acara ulangtahun sekolah senior."
"Meskipun aku mengingatnya apakah itu penting untukku? Tentu tidak."
"Tapi penting untukku, senior." Lucas tersenyum dan seolah tidak merasa sakit hati dengan perkataan Zefa barusan. 'Berarti kalau begitu dia mengingatku, mungkin saja perkataan senior terdengar kasar tapi sebenarnya dia tidak bermaksud berkata seperti itu'
Dddrrttt...
Ponsel Zefa berdering, dia segera menarik ikon hijau lalu menempelkan gawai ke telinga. "Halo Direktur Sofie, ada yang bisa saya bantu?"
"Oh sekertaris Zefa. Kapan kau kembali? Putra dari pak Estevan telah merusak semua barang di ruang CEO jadi cepatlah kembali, maaf-maf kita bicara lagi nanti karena dia sedang membanting laptop, sampai jumpa." Ponsel dimatikan secara sepihak oleh Sofie.
Zefa merasa kalau perkataan Sofie sangatlah serius oleh kerena itu dia menoleh kearah Estevan lalu berkata, "Pak, Seperinya kita harus segera ke kantor. Noah sedang merusak barang di ruang CEO."
"APA?" Estevan terkejut dengan perkataan Zefa. 'Apakah Noah mulai mengamuk lagi?' batin Estevan lalu mematikan layar tablet. "Sekertaris Lucas, kita harus segera kembali ke kantor"
Lucas mengangguk. "Baik."
~
Sementara itu di kantor lebih tepatnya di dalam ruang CEO, Noah berdiri tepat di atas meja Estevan lalu memanting laptop yang ada dibawahnya. Sofie berusaha untuk meraihnya namun perbuatannya itu sia-sia, selain takut kalau Noah tejatuh dia juga takut kalau Estevan akan memecatnya.
'Oh astaga, cobaan apakah ini?' Ekspresi takut serta cemas bercampur menjadi satu di wajah Sofie yang resah dengan pekerjaannya. "Tuan muda, Sepertinya kamu harus segera turun."
Noah menggelengkan kepala. "No! Aku tidak akan turun sebelum Papa datang," tolah Noah.
'Astaga bagaimana ini?' Sofie mengigit bibit bawah untuk menghilangkan kecemasannya.
Tak sampai disitu saja, Noah juga melepaskan kaca mata yang tengah dipakai lalu membuangnya tanpa rasa bersalah. "Ini akibat karena Papa melupakan Noah."
'Semoga saja aku tidak dipecat,' batin Sofie sambil menenggak ludahnya.
Dari pintu, ruang CEO Estevan masuk dengan langkah yang cepat sambil berkata, "Noah, turun dari sana," perintah Estevan dengan tegas. Tepat di depan meja Estevan menghentikan langkahnya dan Sofie mengampiri pria berwajah garang itu.
Sofie menundukkan kepala sambil berkata, "Maafkan saya pak, saya kurang hati-hati saat menjaga barang Anda."
"Tidak, kau sudah bekerja dengan sangat baik, terima kasih karena telah menjaga Noah, kau bisa pergi sekarang," kata Estevan seraya menoleh kearah Sofie.
Mendengar hal tersebut Sofie langsung pergi meninggalkan ruang CEO dengan jantung yang masih berdebar dengan cukup cepat. 'Tadi sangat menakutkan'
Estevan melipat kedua tangannya dan menatap wajah putranya dengan mata sinis. "Kenapa kau membuang semua barang Papa?"
Noah juga melakukan hal yang sama, dia bersendekap lalu membuang muka. "Papa berjanji kalau siang ini kita akan makan malam bersama Kakak cantik tapi Papa membawa kakak cantik pergi."
'Benar, aku mengajaknya untuk makan siang bersama dan sekarang...' Estevan menilik jam yang ada di pergelangan tangannya. 'Sekarang pukul dua belas waktunya Noah untuk makan siang'
Estevan menghampiri Noah lalu menggendong tubuh mungil putranya. "Baiklah ayo kita segera makan siang bersama."
"Jangan lupa ajak kakak cantik," kata Noah yang bersemangat.
Di dalam ruang sekertaris, Zefa sedang menikmati waktu istirahatnya dengan bermain rubik. Kali ini tidak ada yang mengganggunya begitu juga dengan Lucas yang sedang keluar membelikannya kopi.
'Sudah lama aku tidak beristirahat dengan tenang seperti ini, semoga saja bos yang menyebalkan itu tidak mengangguku' harap Zefa.
"Kakak cantik!" teriak Noah sambil berlari ke arah Zefa.
'Sepertinya ketenangan yang aku inginkan harus hilang semua' Zefa menghembuskan nafas dengan panjang ketika mendengarkan suara teriakan dari Noah dan mencoba untuk tersenyum.
"Halo Noah," sapa Zefa dengan merentangjan kedua tangan dan tersenyum kearah Noah.
'Lihatlah, gadis itu pasti akan tersenyum saat melihat Noah tapi saat bertemu dengan klien penting wajahnya berubah seperti mayat berjalan,' batin Estevan sambil berjalan menghampiri Zefa.
Noah memeluk erat tubuh Zefa yang harum layaknya susu vanila. "Ayo kita makan siang bersama, Kakak cantik." Noah mendongakan kepala menatap Zefa yang sedang tersenyum.
"Kamu mengajakku?" Zefa bingung dengan ajakan Noah yang tiba-tiba.
Noah mengangguk. "Iya kakak cantik."
Zefa bangkit dari tempat duduknya lalu menggendong Noah. "Baiklah, ayo kita berangkat." Zefa berjalan melewati Estevan begitu saja tanpa menoleh kearahnya.
'Lihatlah dia, bahkan tidak menoleh kearahku padahal aku bosnya,' batin Estevan seraya mengikuti Zefa dan Noah dari belakang.
Tak lama setelahnya Lucas kembali ke ruangan dan bingung ketika melihat Zefa yang tidak ada disana. "Kemana senior pergi?" Dengan membawa dua gelas kopi di tangannya.
To Be Continued...