'Apakah Zefa sudah memiliki suami?' Tanpa disadari fikiran dari Estevan dan Lucas sama mengenai Zefa.
Tatapan terkejut dari Lucas dan Estevan membuat Zefa kembali berdecak, ia merasa percuman saja menjelaskan tentang bagaimana bisa ia mendapatkan kaos beserta celana jeans yanh dibawanya? Oleh karena itu Zefa berbalik lalu meletakkan baju ganti yang akan dipakai Estevab ke atas nakas dan pergi meninggallan kedua pria itu yang masih berada dalam perdebatan.
Tidak heran jika mereka terkejut saat mengetahui Zefa memiliki setelan baju pria dan menganggap dirinya sudah bersuami. Mengingat apa yang dikatakan Estevan kepada saat tdi siang membuatnya mendengus.
'Bagaimana mungkin dia berfikir kalau aku memiliki suami?' Tepat saat dirinya yang berada di dapur untuk memasak makan malam, sebuah saos yang dibukanua tidak sengaja terciprat di tangan kanannya.
Reflek Zefa mengambil tissue lalu mengusap saos tersebut dan pandangannya teralihkan pada sebuah cincin perak yang melingkar dijari manisnya. "Apakah karena ini?" Dengan cepat Zefa membersihkan tetesan saos yang berada di area cincinnya.
"Mengapa aku peduli tentang apa yang mereka fikirkan? Tidak masalah jika mereka menganggapku sudah bersuami jadi tidak ada yang akan menggangguku." Zefa memasukkan empat keping mie instant kedalam panci yang sudah mendidih.
"Zefa, apa yang sedang kau lakukan?"
Suara ini terdengar sangat familiar ditelinga Zefa, walaupun ia baru mengenal sosok pria ini namun, nada bicara serta ekspresi wajahnya yang polos membuatnya mudah mengingat wajah serta nama pria itu. "Kau buta? Buka matamu Lucas," ujar Zefa.
Gadis itu sedang malas menanggapi ucapan serta pertanyaan yang tidak berguna. Dan tepat saat ia hendak mengaduk mie yang masih direbus itu, Lucas merebut garpu yang sedang di pegangnya dan membuatnya menoleh terkejut, "Apa yang kau lakukan?"
Lucas menyengir, "Kau duduk manis saja sebab luka yang ada ditanganmu itu belum sepenuhnya kering." Sambil mengaduk mie yang setengah matang.
'Ada apa dengan pria ini?,' batin Zefa yang mengernyitkan dahinya serta menaikkan alisnya saat melihat Lucas yang berada disampingnya sedang memasak mie dengan tersenyum. 'Aku rasa otaknya sedang bermasalah.'
Melihat Zefa yang masih berdiri dari sudut matanya membuat Lucas menoleh kearah gadis itu, ia kembali tersenyum seraya berkata, "Kau bisa pergi aku bisa mengatasi ini sendiri."
Zefa tidak ingin mempermasalahkan hal sepele seperti ini, ia memutuskan untuk keluar dari dapur dan pergi menyiapkan meja makan. Zefa mengambil tiga mangkuk serta gelas lalu diletakkannya diatas nakas. 'Sudah lama aku tidak memiliki tamu sebanyak ini.' Dan saat Zefa berjalan kesamping kiri, Zefa merasa kalau lengannya tidak sengaja menabrak sesuatu. Ia menoleh dan melihat dada bidang dari Estevan yang baru keluar dari kamar mandi bahkan, tetesan air juga masih mengalir di ceruk lehernya.
Zefa mendongak lalu mengalihkan pandangannya dan menarik kursi yang berada di depannya. "Silahkan Pak Estevan, anda bisa duduk."
Estevan masih diam saat mengetahui kalau Zefa adalah Sekertarisnya yang paling pendek dari Sekertaris yanh pernah bekerja sebelumnya. "Terima kasih." Ia duduk dan Zefa menuangkan air ke gelas milik Estevan.
"Makan malam siap." Lucas meletakkan mie di atas tempat yang sudah di siapkan Zefa lalu duduk di depan Estevan.
"Apa ini? Apa ini mie kuah? Bagaimana mungkin manusia bisa memakan makanan yang tidak sehat seperti ini?" omel Estevan sambil menilik kearah panci yang ada di tengah-tengah meja.
Zefa yang saat itu sedang menuangkan mie keatas mangkuk Lucas langsung menghentikan kegiatannya dan menatap dingin kearah wajah Estevan. Sedangkan Lucas yang mendengar hal tersebut tidak terima dengan apa yang dikatakan pria garang di depannya itu.
"Ini sehat, karena memiliki kandungan karbohidrat." Setelah Zefa mengisi penuh mangkuk Lucas, sekarang ia beralih mengisi mangkuk Estevan namun pria itu malah menutupi mangkuk miliknya dengan telapak tangannya yang lebar.
"Tidak Sekertaris Zefa, aku tidak akan makan makanan yang menggunakan bahan pengawet."
Zefa menarik nafasnya dan membuahnya secara perlahan dengan harapan darahnya yang mendidih agar stabil kembali. "Jika anda tidak makan, anda tidak akan tahu rasa dari makanan ink dan juga produk apa yang akan perusahaan Zorger Company buat selanjutnya. Kalau anda mencoba mie instant ini, anda dapat memutus membuat produk makanan mie instant atau tidak. Bukankah anda sendiri yang bilang ingin mengeluarkan produk baru?"
'Benar apa yang dikatakan Sekretaris Zefa memang masuk akal.' Estevan menurunkan telapak tangannya dan Zefa memasukkan mie kedalam mangkuk Estevan sampai menjulang penuh.
"Silahkan." Zefa memasukkan mie ke dalam mangkuknya lalu mulai memakannya. 'Hangat.' Zefa merasa kalau suasana makan malam hari ini, sebab dimalam-malam sebelumnya ia selalu menkmati makan malamnya seorang diri. Senyuman tipis terukir diwajah Zefa disaat ia menatap kearah mangkuk yang berada di bawah wajahnya.
Sementara itu, Estevan masih ragu mencoba makanan yang menurutnya tidak sehat itu, ia memutar lalu menggulung mie dengan menggunakan garpunya. Mata Estevan berbinan tarkala merasakan mie yang baru saja masuk kedalam mulutnya terasa gurih dan juga lezat. 'Produk mie instant? Sepertinya memang harus di coba.'
Setelah mie yang mereka makan sudah habis. Zefa hendak membersihkan bekas mangkuk serta panci namun, tiba-tiba saja tangan Lucas kembali menyambar kedua benda tersebut dan berkata kepada Zefa, "Aku akan mengurus semua ini." Sambil tersenyum kearahnya.
"Aku bisa melakukannya sendiri." Zefa merebut alat makan tapi dan Lucas juga merebutnya kembali.
"Tenanglah, percayakan semua ini kepadaku."
Perdebatan ini membuat kepala Zefa pening, ia membiarkan apa yang hendak dilakukan Lucas dan keluar dari ruang makan. Lucas masih tersenyum melihat punggung Zefa yang perlahan menghilang dari hadapannya lalu mulai bergumam, "Jika memang Zefa sudah memiliki suami, mengapa suaminya tidak menemaninya saat makan malam?"
Sesaat keluar dari ruang makan, Zefa mendengar suara Estevan yang memanggilnya. Segera Zefa melangkah menghampiri pria yang sedang duduk di dofa ruang tamu lalu duduk di depannya."Ada apa Pak Estevan?"
"Besok siapkan rapat untuk membahas produk baru yang akan dikeluarkan oleh perusahaan," perintah Estevan yang sedang memainkan ponselnya.
Zefa mengangguk. "Baik Pak."
"Oh satu lagi." Estevan menurunkan ponsel yang sedari tadi menutupi wajahnya lalu mengarahkan atensinya kearah Zefa. "Jangan lupakan masalah Sekertaris baru itu." Estevan kembali menggulir layar ponselnya sambil berkata, "Tenang aku tidak akan memecatmu jika kau bersikap sopan."
'Bagaimana mungkin ada orang yang tingkat kepercayaan dirinya tinggi seperti ini? Kau bisa memecatku kapan saja aku tidak pedulu itu,' batin Zefa sambil mengeratkan giginya dan hanya mengangguk sebagai balasan dari perkataan Estevan barusan.
"Baguslah." Saat Estevan menemukan salah satu produk yanh menurutnya bagus, tiba-tiba saja ponselnya bergetar serta terdapat tulisan 'Ayah' dilayar ponselnya, segera Estevan menarik ikon hijau lalu menempelkan gawianya ke daun telinga. "Halo."
"Papa! Kapan Papa pulang? Noah ingin tidur dengan Papa." Suara yang keluar dari ponslenya membuat Estevan tersenyum gemas.
To Be Continued...