Chereads / BETWEEN US : Eternal / Chapter 13 - The Lion!

Chapter 13 - The Lion!

"Zefa, pria berwajahkan singa ini siapa?" tanya Lucas sambil menatap tajam wajah Estevan yang berada di depannya.

Garis muncul diantara alis Estevan, dengan kondisi bajunya yang basah. Ia menarik kerah baju dari Lucas. "SIAPA YANG KAU SEBUT SINGA?" bentaknya.

Melihat perselisihan antara bos dan karyawan cafe membuat kepala Zefa pusing. 'Seharusnya memang aku tidak perlu mengundang siapapun ke apartemen ini,' batinnya sambil memegangi dahinya serta menghembuskan nafas lelah.

Awal dari masalah yang terjadi saat ini karena kejadian yang tidak terduga beberapa menit lalu. Saat itu hujan cukup deras mengguyur kota, dibawah payung berwarna hitam Zefa berlindung dari tetesan air ujan yang turun malam ini. Ketika mulutnya sibuk menggerutu karena Estevan menelfon serta membentaknya mata Zefa membelalak terkejut.

"Bukankan itu Pak Estevan?" Zefa menghentikan langkahnya saat melihat Estevan sedang sibuk memperbaiki mobilnya yang terlihat mogok. Badah kekar pria itu semakin terlihat saat stelan yang dipakainya saat ini telah basah kuyup.

'Haruskan aku membantunya?' pikirnya. Setelah mengingat kejadian tadi saat di toserba Zefa memutuskan untuk membiarkan pria itu namun, ia juga mengingat kalau Estevan memiliki putra yang masih kecil. 'Aku membantunya demu Noah.'

Disisi lain Estevan yang sejak tadi mencoba memperbaiki mobilnya mulai lelah dengan apa yang dilakukannya saat ini, bahkan suasana dingin mulai memasak masuk ke pori-porinya. "AKH, MOBIL GA GUNA!"

Disaat Estevan sedang meluapkan amarahnya dengan menendang ban mobil, dari ubun-ubun kepalanya ia tidak lagi merasakan rintihan air hujan, reflek kepalanya mendongak dan melihat sebuah payung berwarna hitam berada tepat diatas kepalanya. 'Milik siapa ini?' Estevan berbalik lalu melihat Zefa berada di belakang memayunginya.

Zefa yang berusaha memayungi Estevan dari derasnya hujan mulai lelah dnegan apa yanv dilakukannya saat ini karena, kedua kakinya sudah tidak sanggup untuk berjinjit lagi. Dengan mengalihkan wajahnya Zefa bertanya, "Maaf Pak, Tapi bisakan anda membungkuk saja? Kaki saya mulai lelah berjinjit." Zefa merasakan kalau apa yang dilakukannya saat ini seolah tidak asing baginya.

Saat itu juga Estevan mengarahkan maniknya ke bawah dan benar saja apa yang dikatakan Sekretarisnya barusan namun, Estevan salah mengartikan permintaan yang Zefa katakan barusan. "APA KAU MEMERINTAHKU?"

Tubuh Zefa berjengkit, terkejut. Karena bentakan dari Estevan dan membuatnya hampir menghilangkan keseimbangannya namun, dengan cepat Estevan meraih pinggang Zefa serta tangan gadis itu reflek terangkat ke atas dan memayungi mereka berdua. Untuk beberapa detik mereka berdua saling beradu pandangan, sepasang mata mereka sama-sama membesar karena kaget dengan apa yang terjadi barusan.

Dibawar ritik hujan yang terjatuh waktu seakan berjalan lambat bahkan suara gemuruh dari kendaraan yang lalu-lalang saat itu seolah membisu tidak dengar dari telinga mereka. Hingga suara klakson trus yang sangat keras membuat mereka berdua sama-sama terkejut. Estevan membantu Zefa berdiri.

Estevan melangkah menjauh keluar dari bawah payung hitam milik Zefa. "KAU SUDAH DEWASA, TIDAK SEHARUSNYA KAU TERPELESET SEPERTI TADI." Estevan menata jasnya untuk menghilangkan rasa malunya karena kejadian tadi.

'Aish manusia ini!' Zefa berusaha menekan amarahnya dan untuk kedua kalinya Zefa bertanya kepada Estevan, "Apakah anda mau mampir apartemen saya sambil menunggu orang bengkel datang dar–"

"JIKA KAU INGIN PERGI, PERGI SAJA!"

Wajah Zefa mulai memerah, ia sudah tidak tahan lagi dengan kebiasaan Estevan yang selalu marah-marah. "Baiklah, silahkan anda menikmati dinginnya air hujan," sindirnya dan berjalan melewati Estevan.

Pria itu tidak menjawab apapun dan langsung kembali memperbaiki mobilnya. Sedangkan Zefa, ia berhenti melangkah dan kembali menghampiri Estevan yang masih bergelut dengan mobilnya yang mogok. Zefa juga memayungi Estevan dan pria itu berbalik kearahnya. "Besok ada rapat penting, jika anda sakit tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi anda."

"APA KA–"

"Tolong berhentik bersikap kekanak-kanakan dan mampir ke apartemen saya," potong Zefa dengan menatap datar wajah Estevan.

Estevan terdiam, sejenak ia berfikir dan tidak sengaja melihat sekantung tas penuh berisikan mie instant. 'Yang dikatakannya benar, jika sampai sakit perusahaan akan berantakan.' Estevan berdehem lalu berkata, "Baiklah, tunjukkan dimana apartemenmu."

'Kenapa tidak dari tadi anda menjawab seperti itu.' Zefa mengangguk dan saat Estevan mengambil payung dari tangannya ia menoleh kearah pria itu karena terkejut.

"Aku akan membawanya, makannya minum susu yang berkalsium tinggu," ucapnya lalu berjalan pergi.

Begitu juga dengan Zefa yang berada dipayung yang sama dengan Estevan. 'Apa dia tidak tahu berapa banyak uang yang aku habiskan untuk membeli satu kaleng susu selama sebulan?'

~

Zefa membuka pintu dan masuk ke apartemennya lalu disusul oleh Estevan yang pakaiannya masih basah. Sesaat setelah Zefa menutup payungnya, Lucas berlari kearahnya dan menyunggingkan sebuah senyuman lebar kepada Zefa. "Berhentilah tersenyum," ujarnya sambil meletakkan payungnya di samping pintu.

"Mana mungkin aku tidak tersenyum padamu," ucap Lucas sampai deretan giginya terlihat.

"Apa dia suamimu?" tanya Estevan saat melihat Lucas yang berada di dalam rumah Zefa.

"Tentu tidak, anda bisa menunggu disini sebentar saya akan mengambilkan handuk dan baju ganti ." Zefa berjalan melewati Lucas lalu pergi kekamarnya.

Sementara Estevan dan Lucas saling beradu tatapan tajam sesaat setelah Zefa pergi, Lucas mendekat kearah pria berwajah garang itu lalu berkata, "Kalau aku suaminya kau mau apa?"

"Tidak mungkin orang sepertimu menjadi suami Zefa." Semakin lama Estevan menatap sepasang mata Lucas dengan sengit.

"Aku sendiri juga tidak yakin kalau Zefa akan memilih suami berpenampilan suram sepertimu," sindir Lucas dengan senyuman miring menghiasi wajahnya.

"APA?" bentak Estevan yang mulai naik pitam.

Sementara itu, didalam kamar Zefa bingunh memilih baju yang akan dipinjamkannya kepada Estevan. Untuk beberapa saat ia memandangi beberapa kaos milik pria beserta celananya yang ada didalam lemarinya. "Walaupun ini milik Bimo, tapi aku tidak tahu kaos mana yang pas untuk Pak Estevan. Apa mungkin mereka berdua memiliki umur yang sama?" Ada satu kaos yanh menyita perhatiannya, ia bejinjit untuk mengambil kaos tersebut. Kaos yang berwarna hitam polos beserta celana jeans.

"Ini saja." Zefa menutup pintu lemarinya dan berjalan menghampiri Estevan dan juga Lucas namun, setibanya disana Zefa melihat sebuah perseteruan dari wajah kedua pria itu. "Apa yang kalian lakukan?"

"Zefa, dimana kau menemukan manusia berwajah singa ini?" sindir Lucas dengan menatap sinis wajah Estevan.

"SIAPA YANG KAU BILANG WAJAH SINGA?" Estevan mencengkram kerah baju Lucas serta menatap tajam wajah pria itu.

'Seharusnya aku tidak membawa mereka berdua kesini.' Zefa berdecak kesal. "Berhentilah kalian berdua. Pak Estevan ini kaos yang masih kering, ini kaos serta celana pria dewasa dan kau Lucas, duduklah diruang makan."

"Kaos?" Estevan menoleh kaget keraah Zefa dan disusul oleh Lucas yang juga terkejut sambil berkata, "Ukuran pria dewasa?"

To Be Continued...