Berlanjut.
Hub!
Seseorang telah dengan sengaja membuat Kwang Soo kesal. Bagaimana tidak kesal, belati kecil yang diperuntukan untuk menghabisi nyawa gadis itu harus tertancap ke dinding hanya karena anak panah kecil saja.
Namun, Kwang Soo tidak berhenti begitu saja di sana. Kali ini dia mengeluarkan sebuah pisau yang lainnya.
Dia tidak peduli dengan belati yang sebelumnya itu. Sekarang dia harus cepat mengakhiri tugas serta keinginannya itu.
He.….
Menusuk tepat di jantung gadis tersebut. Tak ada suara teriakan, atau pun perlawanan karena gadis itu memang sudah pingsan dari sebelumnya.
Baru satu tusukan saja yang dilayangkan, kini Kwang Sooo ingin melakukannnya untuk yang kedua kalinya, namun disaat yang bersamaan.
"Kwang Soo!"
Datanglah Raeni dan Rihanna, sebelum Kwang Soo menusuk gadis tersebut untuk yang kedua kalinya.
Sontak dari sanalah Kwang Soo harus berpura-pura untuk jatuh pingsan kembali. Dia berbaring ketika Raeni yang tiba di sana.
"Kwang Soo!" Raeni begitu mencemaskannya.
"Sepertinya dia pingsan, Kak!"
Dia memberitahukan Rihanna yang terdiam di sana tepat di sisi gadis itu. Dari ungkapan Raeni sudah sangat jelas sandiwara yang dibuat Kwang Soo berhasil mengecoh Raeni.
Raeni yang mengira bahwa Kwang Soo pingsan, segera mendatangi kakaknya. Semula Raeni tak tahu alasan kenapa kakaknya itu terdiam dan tak berkata apa-apa, akan tetapi setelah Rihanna memintanya untuk menyentuh tubuh gadis itu, ketika itulah Raeni sadar.
Bahwa gadis tersebut telah ditusuk di bagian jantung.
"Ini tidak mungkin, kak! Aku pasti bermimpi. Tidak mungkin dia tewas Kak! Siapa yang sudah melakukan itu padanya? Aku tidak percaya itu kakak! Tidak mungkin ini kakak!"
Raeni begitu syok sampai dia tak dapat mengendalikan emosinya tersebut. Rihanna datang untuk memberikan dia ketenangan.
Namun, sampai Rihanna mendekapnya, Raeni tak kunjung tenang juga. Karena terlalu depresi bahkan dia sampai jatuh pingsan pula.
Kwang Soo yang sesungguhnya tidak apa-apa itu sedikit melirik ke arah Rihanna dan Raeni.
Dia mencoba memastikan apa yang terjadi pada Raeni.
"Rupanya dia pingsan. Pantas sangat berisik sekali!" Hatinya berkata.
Dia tak serta merta bisa bergerak bebas di sana. Rupanya dia harus terus berpura-pura pingsan sebelum Rihanna dan Raeni pergi dari sana.
Rihanna sendiri tampak gelisah dan dilanda gundah. Dia bingung harus bertindak seperti apa.
Menyelamatkan adiknya atau nyawa gadis yang tengah sekarat itu terlebih dahulu? Dia tak bisa mengambil keputusan tersebut seorang diri.
Masih dalam waktu yang bersamaan, ketika itu pula seseorang telah datang pada Rihanna.
"Siapa kau? Apa yang ingin kau lakukan pada gadis itu? Jangan sentuh dia!"
Semula Rihanna tak mempercayai orang ini karena dia yang datang secara tiba-tiba itu, ingin membawa pergi tubuh gadis tersebut.
"Kau tidak perlu tahu siapa diriku. Jika waktunya tiba kau pun akan tahu dengan sendirinya. Saat ini kau harus segera membawa adikmu pergi! Biarkan gadis ini aku yang mengurusnya. Selamatkan saja adikmu itu, sebelum para polisi datang ke tempat ini!"
Dia berkata seperti itu. Rihanna tak bisa berpikir panjang lagi, dia langsung saja mempercayai orang tersebut, dan membiarkan orang itu menyelamatkan gadisnya.
Sedangkan dirinya segera berdiri dan memapah Raeni untuk pergi dari sana.
Mereka telah pergi dari sana dengan menyisakan Kwang Soo yang masih terbaring di lantai.
Dia menyadari jika nantinya akan ada polisi yang datang, membuat dirinya segera bertindak.
Kwang Soo tidak akan diam saja disana dan membiarkan para polisi itu mengetahui keberadaan dirinya. Maka dari itu dia segera pergi meninggalkan lokasi tersebut.
"Aku harus pergi, sebelum para polisi itu menangkap diriku!"
Kwang Soo bergegas bangun, dan pergi dari sana.
Benar saja seperti yang diduganya. Tak berselang waktu lama para polisi pun datang dan langsung menggeledah area sekitar.
Mereka tak mau membuang waktu untuk tidak menggelar olah tempat kejadian perkara.
Kwang Soo yang telah jauh itu memperhatikan bagaimana para polisi tersebut bekerja.
"Awas kau! Akan aku balas semua perbuatanmu! Tunggu saja pembalasanku!"
Dia kesal, dan tampak marah pula. Setelah puas berdiri di sana, Kwang Soo memutuskan untuk pergi dan meninggalkan sekolah ini.
Malam itu berlalu dengan penuh haru dan kelelahan.
Hingga dia pulang ke rumah dan membaringkan tubuhnya dengan segera di atas ranjang tidurnya.
"Aku tidak bisa membiarkan ini. Dia sudah bertindak jauh untuk menghentikanku. Aku tidak bisa diam begitu saja! Akan aku beri perhitungan kepadamu! Awas dan tunggu permainan dariku selanjutnya! X!"
Setelah itu dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Kwang Soo tampak lesu dan juga kotor. Maka dari itu dia pergi untuk madi, serta menaruh semua barang-barang yang ada di dalam tasnya ke dalam lemari pakaiannya.
Dengan begitu tidak akan ada yang melihatnya, kecuali dia dan ibunya.
Namun, tidak mungkin Ibunya akan memeriksa itu. Karena Ibunya sangatlah mempercayai dirinya. Jadi tidak mungkin dia dicurigai oleh Ibunya sendiri.
*****
Pagi harinya. Di rumah kediaman Raeni dan Rihanna yang terletak di Distrik C21 itu.
Rumah yang berlantai dua itu dihuni oleh satu keluarga yang menempatinya. Ada Raeni, Rihanna beserta kedua orang tua mereka.
Jika dilihat dari tampilan rumah yang cukup mewah itu, sepertinya keluarga kakak beradik ini cukup berada.
Setidaknya jika dibandingkan dengan rumah Kwang Soo dan keluarganya. Kehidupan Raeni dan Rihanna cukup mapan.
Di dalam kamar para gadis yang didekorasi keseluruhannya dengan nuansa hello kitty.
Di kamar inilah Raeni serta Rihanna mengistirahatkan tubuh mereka dari lelahnya hiruk pikuk dunia diluaran sana.
Akibat kejadian kemarin, Raeni belum juga menunjukan tanda-tanda dia akan sadarkan diri.
Dia masih terbaring lemas di ranjangnya dengan kondisi dirinya yang seringkali mengigau.
Entah apa yang dia rasakan sekarang, namun dengan kondisi Raeni sekarang ini membuat Rihanna menjadi cemas.
Dia tampak duduk di sisi Raeni, dan terus-menerus menggenggam tangan Raeni.
Rihanna begitu lesu, seakan-akan dia tak ada lagi gairah untuk hidup.
"Bagaimana bisa kamu melakukan ini kepada kakak, Raeni? Mengapa kamu tidak mau membuka matamu, Raeni? Bukalah matamu, kakak ada di sini selalu untuk menjagamu. Lihatlah kakak, Raeni. Lihatlah. Buka matamu!"
Betapa dia sangat menyayangi adiknya itu. Di rumah ini Rihanna hanya memiliki satu saudara yaitu Raeni.
Dia adalah adik satu-satunya, sekaligus teman serta sahabat bagi Rihanna.
Apalah daya Rihanna jika melihat adiknya yang tak kunjung sadar itu. Hatinya begitu rapuh ketika mendapati kondisi adiknya yang tak kunjung membaik itu.
"Sayang, Ibu membawakanmu sarapan. Dimakan dahulu, ya Sayang."
Karena Rihanna yang tak mau makan dan minum itu memaksa Ibunya untuk datang ke dalam kamarnya.
Kedatangannya bukan tidak lain untuk membawakan sarapan untuk Rihanna.
Ibunya berjalan masuk dengan membawa baki makanan di antara kedua tangannya.
Sementara itu Rihanna enggan beranjak dari ranjang tempat tidurnya tersebut.
"Sarapan dulu ya Sayang. Ibu membawakanmu makanan ini untuk dirimu. Kamu harus makan, Sayang."
Menyodorkan makanan di depan mata Rihanna, dan reaksi Rihanna sendiri hanyalah diam saja.
Bahkan dia sendiri tidak melirik makanan tersebut.
"Tidak, Bu. Aku tidak lapar. Aku tidak ingin makan sebelum adikku ini sadar."
Demikian dia berkata. Tak ada Raeni maka semangatnya pun ikut menghilang. Tak ada lagi gairah bagi Rihanna untuk menyentuh makanan itu.
"Kamu harus terus makan Sayang. Dari semalam kamu belum makan apapun. Jika kamu tidak mau makan, maka nantinya kamu akan sakit Sayang. Jika kamu sakit, nanti Raeni pun akan ikut bersedih…."
Ibunya duduk untuk menemani Rihanna yang murung tersebut. Dia meletakan terlebih dahulu makanan itu di atas meja. Lalu, setelahnya dia membelai lembut putri pertamanya itu.
"Bagaimana jika saat dia bangun nanti melihat kakaknya yang sakit? Pasti dia akan merasa bersedih, bukan?"
Rihanna yang dirundung duka itu berpikir. Memang benar yang Ibunya katakan. Jika dia jatuh sakit ketika Raeni tersadar, maka kemungkinan Raeni akan ikut bersedih pula.
"Tentunya kamu tidak ingin itu terjadi kan, Sayang? Ibu tahu jika kamu sangat menyayangi adikmu ini, akan tetapi kamu pula harus tetap sehat, setidaknya makanlah demi adikmu. Demi Raeni, Sayang."
Pada akhirnya memang dirinya harus tetap sehat. Sekurang-kurangnya harus dapat bertahan demi Raeni.
"Baiklah, Bu. Aku akan makan. Tapi aku akan makan di ruang makan saja nanti. Aku akan membiarkan Raeni beristirahat dahulu di sini. Mungkin dia akan sadar saat aku kembali."
"Nah, itu baru anak Ibu. Ibu senang jika kamu sudah bersemangat lagi. Setidaknya kamu harus sehat demi Ibu. Sudah cukup satu putri Ibu yang sakit, dan Ibu tidak ingin putri yang lain sakit juga," papar Ibunya dengan sedikit kelegaan dalam raut wajahnya.
"Iya, Bu."
"Baiklah. Mari kita makan di ruang makan. Ayah pastinya sudah menunggu kita. Ayo, kita segera pergi!" ajak Ibunya dengan penuh kebahagiaan.
Rihanna akhirnya mau turun dari ranjang tempat tidurnya juga. Dan dengan segala bujukan dia terbujuk untuk sarapan.
Ibu dan anak ini pergi bersama ke ruang makan. Dan meninggalkan Raeni seorang diri di sana.
Akankah dia tersadar nantinya?
Sebenarnya apa yang dialami Raeni sampai-sampai membuat dia tak kunjung bangun itu?
Penasaran?