"Kau pastinya akan marah bukan? Jika memang kau ingin meninggalkanku. Baiklah, aku tidak masalah dengan itu," tutup Baby pasrah.
"Sut, jangan mengatakan apa-apa lagi," tahan Hendar.
Jari telunjuknya ditempelkan di bibirnya Baby. Tentu Baby terkekang. Entah apa namanya itu. Jelas Hendar membuat dirinya semakin gugup.
"Kita tidak usah membahas itu, ya. Aku sudah melupakannya. Lagi pula sejak awal aku sudah tahu itu, hanya saja aku tidak mengatakannya kepadamu. Aku menunggu dirimu untuk bisa mengatakannya," beber Hendar.
Baby terpelongo. Matanya membulat lebar ketika mendengar bahwa Hendar sudah mengetahuinya. Tapi dari mana Hendar tahu profesinya di luar rumah?
"Sudah sebaiknya kamu mandi dengan segera. Pasti mama sudah menunggu kita di bawah," lanjut Hendar melepaskan pegangan tangannya.
Senyuman dan perhatian yang hangat selalu Hendar ciptakan untuk Baby. Namun, entah kenapa dirinya tidak pernah menyadari hal itu.
"Sungguh kamu tidak marah?"
"Hm," gumam Hendar menjauh.