Kalimat terkahir Bu Mega pun langsung disambut Tea dengan kedua tangannya mengusap wajahnya, tak lupa teriring doa di dalamnya.
"Amin ... Semoga Tea dan Mas Nalendra berjodoh ya, Ma," harapnya sangat besar dan bukan sekedar ucapan belaka, kalimatnya menggambarkan doa yang semoga terwujud nantinya.
Andaipun pada akhirnya tidak berjodoh, maka Tea tidak akan pernah menyesali kalau dirinya pernah menjadi kekasih Nalendra.
Bu Mega pun menjatuhkan kecupan jangan di pucuk kepala gadis ayu, yang menurutnya memiliki budi pekerti luhur. Akan sangat bahagia sekali hidupnya andai Tea benar-benar menjadi menantunya kelak.
"Ma, Tea pergi dulu ya, mau bantu-bantu Mas Nalendra di dapur, kayaknya dia cukup kesusahan," pinta Tea yang memang bukan sekedar modus saja, tetapi kerinduan yang tak mampu ditampungnya lagi.
Bu Mega pun mengangguk, mengizinkan gadis ayu di hadapannya untuk membantu putra semata wayangnya yang masih berkutat di dapur itu.