Meski usianya baru tiga Minggu, tapi Ardi sudah mengajaknya bicara. Niken tekekeh geli saat tangan Ardi mengelus perutnya.
"Untuk hari ini tindakan ayah kumaafkan, tapi lain kali jangan bikin Mama capek atau ayah akan kumarahi nanti," ucap Niken berlagak menjawab ucapan suaminya.
Ardi tersenyum lembut, menatap manik hazel Niken. Perasannya bergejolak, bercampur aduk seperti gado-gado.
Melihat gelagat Ardi yang berbeda, Niken pun mengambil posisi duduk dengan kepala yang bersandar.
"Kenapa kamu natap aku kayak gitu? Apa ada yang aneh dari aku, ya?" terkanya menebak.
Ardi mendekat. Tidak pernah bosan baginya mengecup kening Niken dan melumat bibir ranumnya.
"Aku kehabisan kata-kata untuk menggambarkan perasaanku sekarang. Pertemuan pertama kita dilandasi karena ketidaksengajaan. Kalau saja saat itu kamu tidak ada, entah bagaimana nasib aku nantinya."
