Tea menarik napas dalam-dalam, "Ya, Mas. Aku mau. Aku mau jadi pacar kamu." Dia meraih tangan Nalendra sebagai tanda kalau dirinya menerima ajakan tersebut.
Nalendra segera beranjak bangun, dikecupnya tangan Tea, sambil melirik gadis ayu yang sekarang telah resmi menjadi kekasihnya itu.
Fatma bertepuk tangan sambil menahan haru. Ardi ikut bertepuk tangan, cukup antusias, meski dia belum seutuhnya percaya dengan apa yang Nalendra lakukan. Niken juga ikut senang, dengan senyuman tipis yang dibuat-buat, sebab ada perasaan aneh yang begitu menyesakkan dadanya.
Sementara itu, Tea menangis sejadi-jadinya. Memeluk laki-laki yang baru saja menembaknya dengan kalimat indah dan bukan timah panas. Kalau ditembak dengan peluru, Tea mati dong.
Ini tidak membuat orang mati, tapi bikin hati deg deg ser. Jedag jedug kalau kata anak zaman sekarang mah.
Jika Tea begitu bahagia, maka lain dengan Nalendra. Biarpun dia memeluk Tea, tetapi pandangnya tetap mengarah pada Niken.