Denada pun berpamitan dengan Niken dan keluarga, tentunya pada Ardi juga. Namun, bahasa Denada sedikit menggodanya, yang berujung pada kekesalan Niken.
"Udah sana pergi! Tadi katanya lagi buru-buru," gerutunya tak lupa dengan wajah masam dan garang layaknya banteng yang siap mengamuk.
"Ya, ya. Aku pergi. Engga usah repot-repot ngusir kayak gitu. Aku bisa jalan sendiri, bleee ..." Denada menjulurkan lidahnya lebih dulu, baru setelahnya dia pergi agak berlari kecil.
Niken terus mengomel walau Denada sudah pergi. Sementara itu Ardi yang digoda Denada tadi hanya cengengesan, merasa tidak bersalah. Sedangkan Bambang dan Mita, sedang berbunga-bunga melihat tingkah putra putri mereka yang menggemaskan.
"Tadi kamu ngomong apa aja sama, Denada? Kok aku lihatnya kamu mulai tergoda sama dia?" Niken memukuli Ardi sampai ke ruang tengah. Anehnya, bukan membalas, Ardi malah menikmati setiap pukulan Niken yang baginya seperti sedang diberi kasih sayang penuh oleh istrinya.