Ardi kini tidak ragu memanggil Niken dengan sebutan 'Sayang' terlebih lagi dia sudah melakukan banyak putaran bersama Niken. Tidak mungkin, dia masih menganggap Niken wanita lain setelah semua yang terjadi. Bohong kalau Ardi tidak menganggap Niken istrinya.
Namun, agaknya berbeda dari Niken. Dia masih malu-malu mengatakan 'sayang' secara terbuka. Entah karena masih malu, atau ada alasan lain? Hanya dia dan Tuhan saja yang tahu.
"Sayang, apa kamu lapar? Mau makan engga?" tawar Ardi bernada rayuan juga.
Niken mengangguk, perutnya memang terasa perih terlebih lagi seluruh tenaganya sudah terkuras habis akibat melayani Ardi lebih dari tiga putaran.
"Ya, aku mau, tapi aku engga mau makan di ruang tamu apa lagi ketemu sama wanita ular itu."
"Kalau begitu biar aku yang ambil ya, Sayang," tawar Ardi berusaha.
Niken mengerucutkan bibirnya, sambil melipat kedua tangan di dada, "Kamu engga boleh pergi ke mana-mana. Pokoknya kita akan terus berada di kamar ini sampai besok, titik!"
