"Sepertinya kamu sangat bahagia," kata Ardi membuka pembicaraan.
Niken mengangguk, "Sudah sejak lama aku ingin mendirikan perusahaan sendiri, melepas dari bayang-bayang ayah dan nama Atmaja. Aku tahu, tanpa ayah, perusahaan ini tidak akan pernah berdiri."
Niken sedikit menahan bulir bening yang hendak menerobos keluar dari tempatnya. Ardi mengetahui dengan jelas, kalau Niken berusaha untuk kuat di depannya.
Ardi tak bisa menahannya lagi, tangannya meraih pergelangan tangan Niken. Segera dia membawa istrinya masuk dalam pelukannya. Niken tertegun, sepasang bola mata seakan ingin loncat keluar.
"Selamat ..." demikian Ardi berkata tanpa adanya kelanjutan. Niken cukup berharap suaminya banyak bicara seperti yang dia lakukan seperti biasanya.