Biarpun demikian, hatinya tetap saja tidak tenang. Dia merasa menyesal karena telah meninggal Tea sendirian di rumah. Sejak pagi, Fatma berada di rumah tetangganya, Bu Asma karena esok ia akan menikahkan anaknya. Jadi, Fatma memutuskan untuk bantu-bantu di sana sebagai tradisi. Jika ada tetangga yang akan mengadakan hajatan, maka warga sekitar datang untuk membantu.
Fatma pulang untuk mengantarkan makanan, saat itulah dia tahu kalau putri semata wayangnya itu tidak ada di rumah. Ketika dirinya mendatangi kamar Tea, kondisi ruangan di sana sudah acak-acakan dan ada bercak darah di seprai.
Hati Fatma kian kacau memikirkan sesuatu yang mungkin saja terjadi pada putrinya. "Semoga dia baik-baik saja," ucapnya sembari mengatur pernapasan agar tidak terlalu tegang.