"Maukah kau menjadi kekasihku? Jujur saja aku mulai mencintaimu ketika pertemuan pertama kita. Dapat dikatakan aku jatuh cinta pada pandangan pertama kepada dirimu."
"Aku mohon terima diriku sebagai pendampingmu. Aku berharap jika nantinya kita akan berjodoh dan benar-benar membangun rumah tangga bersama. Ada anak-anak yang bermain di pangkuan kita. Serta cucu-cucu manis dari anak yang telah kita besarkan."
"Apa kau ingin menikah denganku? Jawab aku."
"Maaf. Aku tidak bisa menerima cintamu ini. Dirimu sangat sempurna untuk wanita seperti diriku. Aku hanya wanita yang berlumur dosa. Aku tidak bisa menerima cinta dari pria kaya sepertimu. Aku berharap kau bisa menemukan wanita yang lebih baik daripada aku."
"Maaf."
Bisakah dia melupakan wanita yang menjadi cinta pertamanya? Bisa tidak dia menemukan wanita yang sebaik cinta pertamanya itu?
Atau dia tidak akan pernah bisa melupakan cinta pertamanya, meski dirinya telah mati dan terkubur bersama cacing-cacing tanah.
****