Hari pertama memang selalu mendebarkan dan membuat gugup, meskipun ini adalah hari yang sudah lama ditunggu dan dinanti. Sarah Gilbert, gadis cantik berusia 17 tahun ini telah menapakkan kaki di kampus impiannya. Sekian lama ia mendambakan untuk menjadi mahasiswi di Layden University, kampus terbaik di Kota Layden. Jarak Kota Layden dan kota kelahiran Sarah memang cukup jauh. Butuh waktu kurang lebih 5 sampai 6 jam jika menggunakan kendaraan mobil. Karena itu, hari ini menjadi hari yang mengharukan bagi Sarah dan orangtuanya.
"Sarah, hati-hati ya, nak. Mamah pasti bakal kangen banget sama kamu sayang," ucap Mama sambil menangis tersedu.
"Iya Ma, pasti. Sarah janji akan bikin Mama sama Papa bangga," Sarah memeluk Mama nya dengan erat, ada rasa haru yang terselip dalam ucapannya.
Papa turut merangkul istri dan anak kesayangannya seraya berkata, "Ya sudah, ayo kita masuk ke asrama. Sarah kan harus menata barang-barangnya, Ma."
Setelah itu, mereka bergergas memasuki asrama untuk para mahasiswa di Layden University. Sarah merasa tidak sabar ingin berkenalan dengan teman sekamarnya.
"Kamar 101… Ah, ini kamarnya Ma, Pa!" seru Sarah.
Ia masuk ke kamar itu dan mendapati sudah ada seseorang di sana.
"Hai," sapa Sarah kepada seorang mahasiswi yang sedang sibuk menata barang-barangnya.
"Hai, kamu di kamar ini juga?" tanya seorang gadis tinggi dan berrambut pirang.
"Iya, kenalin aku Sarah,"
"Oh, aku Catherine. Tapi panggil Kate aja biar lebih akarab!" ucap Kate penuh semangat.
Sarah mengangguk, kemudian ia berpaling ke orangtuanya. Sudah saatnya Mama dan Papa pulang, Kembali ke Cape Town.
"Bye, Sarah. Jaga diri kamu baik-baik ya, nak," Mama Kembali berkaca-kaca.
"Belajar yang rajin, jangan bertindak yang aneh-aneh, apalagi pacaran!" pesan Papa, dengan nada tegas yang khas.
"Iya Ma, Pa, Sarah janji bakal jaga diri dan fokus belajar di sini. Mama sama Papa nggak perlu khawatir, ya!" Sarah memeluk kedua orangtuanya dengan perasaan haru.
Setelah momen mengharukan itu, Sarah melambaikan tangan dan melepas pergi orangtuanya. Meskipun ia merasa sedih, namun ia tetap bersemangat untuk menyambut hari-harinya di kampus legendaris ini.
Sarah bergegas merapikan barang bawaanya, dia menata beberapa buku favoritnya di rak buku yang sudah tersedia. Tak lupa ia meletakkan foto dirinya dan keluarganya di meja nakas yang terletak di samping tempat tidurnya. Kemudian Sarah bergegas memindahkan pakaian-pakaiannya dari koper ke lemari baju yang tidak begitu besar namun cukup. Bahkan, lemari itu sudah dilengkapi dengan kaca.
"Sempurna!" ucap Sarah lirih, namun masih bisa terdengar oleh telinga Kate.
"Loh, kamu udah selesai? Kok cepet banget sih, Sar?" keluh Kate yang masih sibuk dan terlihat begitu ribet dengan barang-barangnya.
"Hahaha, iya Kate. Barang aku nggak begitu banyak nih, jadi cepet deh,"
Kate menekuk wajahnya, kelihatannya ia sudah benar-benar lelah. Banyak barang tercecer dan tersebar di sekitar lemari bahkan di Kasur Kate.
"Boleh aku bantu?" Sarah menawarkan diri.
Kate yang sedang meratapi barang-barangnya kemudian menoleh ke Sarah, dengan tatapan tak percaya.
"Serius? Kamu mau bantuin aku, Sar?"
"Iya, aku serius. Boleh?"
Kate mengangguk dan tersenyum lebar, "Makasih, Sarah cantik!"
.
.
Satu jam kemudian, akhirnya selesai juga. Kini kamar 101 yang dihuni Sarah dan Kate sudah rapi. Waktu menunjukkan pukul 3 sore. Menurut pengumuman yang sudah disampaikan sebelumnya, di hari pertama ini para mahasiswa baru harus menghadiri acara perkenalan di aula kampus. Acara ini diadakan oleh para mahasiswa senior, dengan tujuan agar para mahasiswa baru bisa segera akrab dan mengenal satu sama lain.
PING!
Dering itu menunjukkan ada pesan WhatsApp masuk di ponsel Sarah. Gadis berambut cokelat dan bergelombang itu segera membuka pesan di ponselnya. Ternyata itu adalah pesan dari WhatsApp grup. Kakak tingkat mengingatkan mereka untuk segera berkumpul di aula, karena acara perkenalan akan segera dimulai.
Kate yang masih asik bersantai di kasur dan memejamkan mata nya sepertinya tidak menyadari pesan tersebut. Karena itu, Sarah segera membangunkannya.
"Kate, bangun! Kita ke aula sekarang yuk," ajak Sarah.
"Nggak bisa nanti aja, Sar? Aku capek banget nih, ngantuk juga," Kate mengeluh dengan nada memelasnya.
Sarah hanya bisa menggelengkan kepala, "Nggak bisa, Kate. Kalau kita telat terus dimarahin sama kakak tingkat gimana? Kamu mau dapet hukuman di hari pertama?"
Mendengar ucapan Sarah, Kate membelalakkan matanya segera seolah ia takut hal itu akan terjadi pada dirinya.
"Oke bentar, aku cuci muka dulu! Tungguin ya!"
"Oke, jangan lama-lama!" ucap Sarah setengah berteriak.
Sudah hampir 10 menit, tapi Kate tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Sarah mulai resah dan gelisah, karena menurut pesan yang ada di WhatsApp grup, acara akan dimulai 10 menit lagi.
Tok.. Tok.. Tok..
Sarah mengetuk pintu kamar mandi dan berseru pada Kate, "Kate? Kamu ngapain sih kok lama banget? Katanya cuci muka doang?"
"Sarah.. sorry banget Sar, perut aku tiba-tiba sakit nih," Kate menjawab dengan lemah.
"Kamu kenapa, Kate?" Sarah mulai panik.
"Kayaknya aku diare nih Sar, gara-gara sarapanku tadi pagi,"
Kemudian terdengarlah suara khas itu.
Pruut..
Sejujurnya Sarah kasihan sama Kate, tapi saat ini jantungnya juga sedang dag dig dug, karena ia takut terlambat datang ke aula. Sarah adalah orang yang sangat disiplin, ia selalu datang ke suatu acara tepat waktu. Bukan, tapi 15 menit sebelum acara dimulai. Karena itulah Sarah merasa gelisah. Ia ingin segera berlari ke aula, namun ia merasa jahat jika harus meninggalkan Kate.
Mendengar tidak ada jawaban dari luar kamar mandi, Kate memanggil Sarah dan membuyarkan lamunan Sarah.
"Sarah? Kamu masih di situ?"
"Eh, iya Kate. Gimana?" ucap Sarah ragu-ragu.
"Kamu duluan aja deh, Sar. Nanti aku nyusul," Kate mencoba memberikan solusi untuk Sarah.
Namun Sarah ragu, apakah ia harus mengikuti ego dan prinsipnya, atau setia menunggu temannya.
.
.
Sarah masih terpaku di depan pintu kamar mandi, ia memikirkan apa yang harus dilakukan. Namun, tiba-tiba ia dikagetkan Kate yang membuka pintu kamar mandi.
Kate menatap Sarah heran, "Loh kamu kok masih di sini?"
"Kamu udah?" ucap Sarah balik bertanya.
"Aku udah enakan kok, semoga nggak kenapa-kenapa deh," keluh Kate dengan melas.
"Yaudah yuk, ke aula sekarang," ajak Sarah.
Mereka berjalan setengah berlari, agar lekas sampai di aula. Gedung aula dan asrama hanya bersebelahan, mereka melewati jembatan penghubung kedua Gedung tersebut. Dengan napas terengah-engah, sampailah mera di aula. Saat itu, terlihat seorang laki-laki yang sedang menjelaskan sesuatu kepada para mahasiswa baru. Kemudian, ucapannya terpotong Ketika melihat kehadiran Sarah dan Kate.
"Jadi, selama kalian menjadi mahasiswa….."
"Tunggu, kalian siapa?" tegur laki-laki berparas tampan itu.