Chereads / The Melody of Youth / Chapter 2 - Chapter 2 – Di Ruang Kelas Kosong

Chapter 2 - Chapter 2 – Di Ruang Kelas Kosong

Samar-samar, Sarah mendengar suara seseorang yang sedang berpidato. Sarah tahu pasti, itu pertanda kalau acara di aula udah mulai. Sarah merasa deg-degan dan khawatir. Sembari memapah Kate yang masih lemas, Sarah perlahan masuk lewat pintu belakang. Ia berharap kehadirannya tidak disadari oleh orang lain. Namun, tiba-tiba Sarah dan Kate dikagetkan oleh teguran seorang laki-laki yang… tampan.

"Tunggu, kalian siapa?"

Deg! Sarah segera menghentikan langkahnya, ia tak berani menatap orang itu.

"Hei! Kenapa diem aja? Jawab!" laki-laki itu tampaknya naik pitam, karena baik Sarah maupun Kate tidak ada yang berkutik.

"Kalau kalian diem aja, lebih baik keluar!" titah laki-laki itu.

Terpaksa, Sarah menjawab dengan perasaan campur aduk. Ini adalah hari pertamanya menjadi seorang mahasiswa, tapi apa? Ia sudah kena tegur dan dimarahi senior.

Sarah menghela napas lalu menjawab, "Maaf Kak, kami terlambat."

Laki-laki itu menatap Sarah tajam, dan Sarah hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Oke, kalian boleh boleh duduk. Tapi setelah acara ini selesai, kalian harus ketemu saya." Ucap pria itu tajam.

Akhirnya, Sarah bisa bernapas lega. Meskipun ia tidak tahu, hukuman apa yang sedang menanti dirinya. Namun, yang terpenting sekarang ia dan Kate selamat.

"Baik kak, terima kasih." Ucap Sarah seraya mengajak Kate untuk duduk di kursi barisan belakang.

Acara pengenalan kampus itu berjalan cukup lama, sekitar 2 jam. Tentunya para mahasiswa baru di ruangan itu sudah mulai bosan. Namun, bukan Sarah Namanya jika ia tak bersemangat. Jika Kate sudah mulai terkantuk-kantuk, Sarah justru asyik mendengarkan senior-seniornya berbicara. Nggak heran sih, Sarah sudah menantikan momen ini sejak 2 tahun yang lalu.

Akhirnya penjelasan panjang itu sampai pada penghujung. Para mahasiswa baru segera bergegas meninggalkan aula. Ada beberapa yang langsung pulang, nongkrong cantik dulu, atau Kembali ke asrama.

Ketika Sarah membereskan buku dan alat tulisnya, tiba-tiba seseorang datang menghampiri. Orang itu adalah kakak tingkat Sarah yang berpidato di awal acara tadi. Ternyata, ia benar-benar serius untuk meminta Sarah dan Kate bertemu dengannya.

"Kalian, ikut saya!" titahnya.

Sarah dan Kate saling memandang satu sama lain, mereka mulai ketakutan dan khawatir. Namun sekarang taka da pilihan lain, selain menuruti perintah kakak tingkat mereka.

"Ba.. baik, Kak," ucap Kate terbata-bata.

Kate berjalan mengikuti laki-laki itu, dan Sarah mengikuti Kate dari belakang. Mereka terus berjalan hingga akhirnya masuk ke dalam ruang kelas yang kosong. Kate dan Sarah bertanya-tanya, kenapa orang ini membawa mereka ke tempat yang sepi.

"Oke, langsung aja." kata-kata pria ini membuat Sarah dan Kate kebingungan.

"Langsung.. apa ya, kak?" tanya Sarah mengernyitkan dahinya.

"Sebutin nama dan jurusan kamu." Ucap pria itu dengan tenang.

"Oh, nama saya Sarah. Saya dari jurusan Sastra Inggris, kak," jelas Sarah penuh keyakinan.

"Kamu?" tanya pria itu sambil memandang Kate.

"Aku Catherine, tapi panggil aja Kate. Biar lebih akrab," ucap Kate sedikit salah tingkah.

"Oh iya, aku dari jurusan Ekonomi Bisnis," sambungnya.

Pria itu hanya mengangguk singkat kemudian bertanya, "Jadi kenapa kalian telat? Kalian tahu kan ini hari pertama pengenalan kampus? Terlambat di hari pertama itu memalukan!"

Sarah dan Kate seketika kaget mendengar gertakan kakak tingkat mereka. Tapi, Sarah memberanikan diri untuk menjelaskan semuanya.

"Iya kak, maaf. Jadi, tadi kita ada sedikit masalah kak…"

"Ini gara-gara aku, kak," tiba-tiba Kate memotong pembicaraan Sarah.

"Ada apa sama kamu?" tanya pria itu datar.

"Waktu kami mau berangkat dari asrama ke aula, tiba-tiba perut aku sakit. Kayaknya sih, aku diare kak. Aku udah minta Sarah pergi duluan ke aula, tapi dia malah setia nungguin aku sampai keluar dari toilet. Terus, karena aku masih lemes, Sarah harus bantu aku jalan sampai aula. Jadi karena itu kami terlambat." Kate menjelaskan semuanya dengan perasaan bersalah.

Mendengar penjelasan itu, membuat pria ini sedikit luluh dan mulai mengkhawatirkan Kate.

"Terus gimana kondisi kamu sekarang? Kalau masih lemes, mendingan ke klinik kampus aja." Ia menyarankan Kate untuk mendapatkan pengobatan.

"Udah nggak apa-apa kok, mungkin aku perlu istirahat aja," tolak Kate.

"Oke kalau gitu, saya maklumi. Tapi tetap, karena kalian berbuat salah maka kalian harus tetap dihukum."

"Hah? Ngeselin banget sih!" gumam Kate.

"Sorry? Kamu bilang apa barusan?" tanya pria itu dingin.

Kate kelabakan dan menjawab, "Eh.. enggak kok kak,"

"Jadi, kita dapat hukuman apay a kak?" tanya Sarah tiba-tiba.

"Buat essay 10.000 kata yang menjelaskan kenapa kalian bangga jadi mahasiswa di Layden University!"

"What? 10.000 kata? Nggak salah kak?" seru Kate kelabakan.

"Nggak, nggak salah sama sekali." Pria itu berkata penuh keyakinan.

Sementara Kate kesal dan kebingungan, Sarah justru merasa ini adalah hukuman terindah baginya. Nggak sulit bagi Sarah untuk menjelaskan Panjang lebar tentang perasaannya setelah diterima di Layden University.

"Waktu kalian 3 hari dari sekarang. Besok Jumat, kalian taruh essay itu di ruang sekretariat pusat Badan Eksekutif Mahasiswa." Pria itu menegaskan perintahnya, kemudian melenggang meninggalkan ruang kelas itu. Meninggalkan Sarah dan Kate yang hanyut dalam pikiran masing-masing.

.

.

Sarah dan Kate memutuskan untuk Kembali ke kamar asrama mereka. Kate ingin segera merebahkan tubuh lemasnya di Kasur, sedangkan Sarah ingin segera memulai menulis essay itu.

"Ah.. akhirnya!" ucap Kate lega sembari merebahkan diri di Kasur.

Sarah tidak menanggapi apapun, ia justru segera membuka laptopnya dengan wajah serius. Hal ini tentunya membuat Kate penasaran.

"Sarah? Kamu mau langsung buat essay nya?"

Sarah yang mendengar itu hanya menjawab singkat, "Hm,"

"Ck, Sarah Sarah… nggak usah terlalu serius kali! Lagian dia juga sama-sama mahasiswa kayak kita," ucap Kate menggampangkan.

"Nggak apa-apa Kate, biar cepet selesai aja. Kita kan juga harus fokus sama materi kuliah nanti, biar nggak ada beban," jawab Sarah tetap melayangkan pandangannya ke laptop.

Kate hanya menanggapi dengan cuek, kemudian ia mulai memejamkan matanya dan mulai terlelap.

Di samping itu, Sarah masih asyik dengan essay nya. Namun, ada suatu hal yang sepintas mengganggu pikirannya.

'Siapa sih orang itu? Apa dia orang penting?' ucap Sarah dalam hati.