Chereads / Klaraden / Chapter 6 - Perlakuan manis

Chapter 6 - Perlakuan manis

"Satu porsi ramen pedas level 2 dan satu gelas lemon tea, saya salad saja kak."

"Kenapa? Tumben ya ngajak ke tempat ramen?" Klaraden seperti sudah tau. Menebak setiap gerak mata Klara. Klara juga heran. Pacaran lima tahun tidak pernah diajak makan begini, tumben sekali hari ini diajak makan ramen dan menonton bioskop. Apakah Raden sudah mulai kembali tulus?

"Gak!" Jawab Klara singkat, membuka hanphone.

Tidak mau mudah terpancing jebakan lawan.

"Kal, dulu kan lu yang suka banget ngajakin kesini, tapi gak pernah gua turutin, tau gitu gua jahat ya Kal." Cerocos Raden sabar, masih memandang Klara dengan santai, memberikan tatapan kagum dan rindu sekaligus.

"Langsung aja, gausah muqodimah," balas Klara galak, tidak mau berlama-lama melihat Raden.

"Galak banget," goda Raden.

Raden masih mencoba mencari celah-celah yang bisa dimasuki.

"Langsung Raden!" kata Klara singkat dan padat, tidak mau berbasa-basi.

"Nikah yuk," ajak Raden.

"Kal," tambahnya lagi menyesali ucapan barusan.

"Bisa gak kita saling move-on," ucap Klara.

"Oh saling, berarti belum move-on? Muponloh," ejek Raden.

Klara menyadari kesalahan penggunaan kata kita pada kalimat yang barusan diucapkan. Klara memutar bola mata malas.

"Raden, kita sama-sama udahan, lu harus cari orang lain, gitu juga gua," tambah Klara lagi.

Raden menyerngitkan alis kurang setuju, bagaimanapun rasanya pada Klara tidak berpudar.

"Rasaku hilang Raden," tambah Klara berdramatis.

Raden tersenyum kecil, kemudian mendekat Klara, memberikan jempol dan uluran tangan. Mengusap pelan pada tangan Klara, membuat Klara menoleh, menatap tajam sensitif.

"Apaan Huss... huss," usir Klara kejam, mencimit tangan Raden dengan kedua jari jijjik, seperti halnya mencomot sampah.

Raden tersenyum gemas.

"Gua simpati aja, kasihan si gak bisa moveon dari gua," ujar Raden penuh percaya diri.

Klara memutar bola mata malas, bukan tidak bisa moveon, Klara sudah berusaha berjalan dengan Fabio.

"Ni ya Raden, lu kan famous semua orang banyak yang suka! Bisa ga comot satu aja yang sreg dihati," tambah Klara sudah uring-uringan.

"Kata Linda, lu punya hubungan sama Fabio?" Raden balik bertanya, tidak memperhatikan ucapan Klara barusan, ucapan Klada diacuhkan begitu saja seperti tidak ada artinya.

"Tau ah," rajuk Klara. Panjang kali lebar sudah berbicara dengan sungguh. Diacuhkan begitu saja oleh Raden.

"Iya gak tau! Emang gua kurang keren?" Brondong Raden bertanya banyak pada Klara. Ingat R Raden tidak terlalu jelas.

Klara masih diam saja, meneguk ludah, untuk membasahi kerongkongan.

"Parah Kal, gua kalah keren." Cerocos Raden. Masih menatap Klara yang mulai malas.

"Raden, please udahan yuk, gua bosen. Lu gak bosen?"

"Gak!" Balas Raden cepat.

"Lu sejak kapan punya hubungan sama Fabio, gua aduin ke bang Klafa deh. Ini parah sumpah," ujar Raden, menyugar rambut, membelah menjadi dua bagian yang menggemaskan.

Klara menoleh, hatinya tidak berbohong Raden memang tampan.

"Sejak lama, peduli apa lu?" Klara balas bertanya dengan nada sarkatik. Tidak suka terlalu terbawa-bawa masalah pribadinya.

"Gak rela gua, putus gih," pinta Raden, merajuk khas anak kecil yang tidak setuju pada argumen.

"Emang pas lu selingkuh, gua bilang gua ga rela?" balas Klara. Tidak juga peduli, matanya menatap layar hanphone, memainkan game kotak-kotak puzzle bergambar kerajaaan.

Sepanjang berbicara Klara tidak pernah saling bertemu mata, hanya bercuri-curi pandang.

"Iya juga sih, tapi gua selingkuh gak macem-macem Kal," tutur Raden, masih belum mau menerima keadaan.

Klara menarik nafas, pesanan mie ramen datang, Klara membuka bungkus sumpit yang langsung ditarik oleh Raden, membagi dua, membuka botol air mineral, dan mengambilkan tisu dari dalam tas.

Klara akan boros tisu jika itu makanan pedas, tidak lupa Raden mengeluarkan susu coklat kesukaan Klara.

Klara melihat dengan bengong, otaknya loading. Perlakuan manis Raden patut dicuriga. Raden seperti sudah mencatat dengan rapi semua kesukaan Klara, tanpa ada yang terlewat.

"Kenapa lagi? Fabio gak pernah ya semanis ini?" ejek Raden, diikuti senyum yang gemas, Raden terlihat tampan, rahang tegasnya menambah kesan wah.

"Oh, pernah tiap saat," ujar Klara penuh semangat, dan dendam terasa semakin dekat.

"Fabio sampe ambilin piring, gak cuma tisu," ujar Klara lagi, memuji Fabio dengan melebih-lebihkan tapi terkesan jadi tidak natural.

Raden mengangguk senang. "Setara dong dengan Fabio," ujarnya gemas kemudian tersenyum.

Klara memonyongkan wajah geli, kesal juga dengan tingkah Raden yang semakin abstrak.

Kenapa harus sekarang bermanis-manis? Kenapa tarik ulur Raden bisa diacungi jempol.

"Terakhir ketemu ya Raden, gua punya Fabio," ujar Klara lirih. Raden yang masih makan salad, mengunyah dengan sabar, tidak menjawab apapun, dadanya terasa sesak sejak Klara bilang "gua punya Fabio"

Raden mengunyah, meminum air mineral, kemudian memandang wajah Klara lama.

Seperti menyalurkan semua yang terasa.

"Oke," balas Raden. Klara sedikit kecewa mendengar jawaban Raden tentang oke, seharusnya Klara akan senang, tapi tidak tiba-tiba saja berasa menjadi separuh milik Klara hilang dan berlobang.

"Habisin dulu ramennya, gua anterin pulang," tutur Raden, setelah mereka saling canggung. Klara menarik nafas berat. Dilema hatinya bertambah.

"Makasih Raden," ujar Klara tidak perlu.

"Klafa nyuruh gua deketin lu, gua sempet nolak, gua tau dua kali gua selingkuhin lu Kal. Masih bisa begini harusnya gua syukur," tutur Raden.

Atmosfir sekitar mereka duduk sekarang terasa canggung dan dingin, Klara tidak bisa menyalahkan Klafa begitu saja. Pada nyata Klara masih senang-senang saja diperlakukan baik oleh Raden. Bahkan adegan selingkuh milik Raden terasa lupa. Klara saja yang belum mengakui, gengsi.

"Yudah lupakan," jawab Klara cuek. Menghabiskan mie ramen. Meminum air dengan tanpa kode-kode. Sekarang semua sudah dibuka.

"Maaf ya Kal, gila setelah kehilangan lebih berat, dari menjaga saat bosan," ujar Raden. Kemudian menunduk, memegang tangan Klara.

Klara diam saja, mencerna perkataan Raden.

"Nanti Tuhan ganti yang lebih baik"

Raden menatap Klara. "Fabio seriuskan? Kalo sama main-mainnya sepertiku. Tidak usah Kal, cukup aku saja yang bajingan," ujar Raden, menatap dengan tajam, memperhatikan setiap kedip mata Klara, memberikan wejangan dengan hati-hati.

Klara balas memegang tangan Raden, menatap serius. Tidak salah Raden mewejangi begitu. Hanya saja ada hati Klara yang seperti teriris sepi.

Klara rasanya menjadi canggung diberi tatapan dan wejangan begitu.

"Jangan begitu, aku sama bajingannya denganmu, buktinya menerima begitu saja," balasku pada Raden. Aku tidak suka edisi begini, membuat aku tidak tega pada Raden. Bagaimanapun kehidupan kami sama-sama berjalan.

"Good luck ya Raden," ujar Klara lagi, tersenyum dengan getir.

Raden mengangguk. "Makasih ya Kal."

Klara mengangguk gemas. kemudian tertawa "Drama banget dah, balikan yuk," goda Klara.

Raden sudah hampir bersambut gayung tapi diurungkan.

"Males," tolak Raden.

membuat Klara malu saja, padahal sudah berniat menggoda malah berakhir malu. "Balikan terus, gua ini famous Kal, pasti laku," sahut Raden. kemudian tertawa gemas, mengejek Klara lagi.

"Nikah aja besok Kal,"