SMA Negeri Kota X
Di depan teras dengan keramaian murid-murid yang mulai berdatangan, tampak seorang ketua OSIS dan siswi baru saling berhadapan.
Wajah si ketua tampak bingung mendengar ucapan adik kelas, masih tidak mengerti meski kini kembali mendapatkan penjelasan.
"Iya, Kak. Sepertinya saya sudah membuat Kak Evin tidak nyaman, mengirim pesan seenaknya, padahal jelas tujuan meminta untuk bertanya."
"Cilla, saya tidak mengerti."
"Pokoknya Kak Evin tenang saja, setelah ini saya tidak akan mengirim pesan lagi. Terima kasih sekali lagi, permisi Kak."
Si siswi baru—Cilla pergi begitu saja, meninggalkan Evin yang masih mencerna ucapannya. Bahkan, ketua OSIS tersebut juga hanya bisa mengedipkan kelopak mata dan terpaku.
Memang benar siswi baru tersebut beberapa kali mengiriminya pesan yang tidak dibalas. Namun, ia tidak menyangka akan lebih aneh ketika secara langsung meminta maaf seperti ini, tapi ada yang lebih aneh dari semuanya, yaitu perasaannya yang merasa bersalah.