Rumah Geonandes
Keesokan hari
Keluarga cemara Vian dan Aliysia semakin ramai dengan dua bayi yang sedang tengkurap di matras, di tengah-tengah kamar.
Si papa sendiri sedang dipakaikan dasi, meski sudut mata menilik ke arah dua anaknya yang kini sudah berpindah posisi, dari tengkurap menjadi baringan sambil memainkan kaki yang dihentak-hentak ke matras.
Suaranya bahkan sampai terdengar, sangking heboh dengan tawa yang juga memenuhi hingga sudut ruangan.
"Siang nanti bisa ke rumah Ghani, Papa?" tanya Aliysia tiba-tiba.
"Oh! Undangan makan siang ya?"
"Iya." Aliysia mengangguk, menyelesaikan simpulan dasi kemudian menepuk-nepuk dada sang suami sambil mengerutkan kening. "Kira-kira ada apa ya?" tanyanya bingung.
Bahu Vian terangkat tanda tak tahu, tidak ingin menebak juga karena pikirannya sudah penuh dengan si kembar dan pekerjaan. "Nanti juga tahu, jangan terlalu dibuat penasaran," sarannya.
"Ya aneh saja, tapi ya sudah deh, seperti katamu saja."