Apartemen Ghava
"Kenapa?"
Riana yang mendengar ucapan suaminya menatap bingung. Bukankah ini kabar yang baik dan keluarganya berhak tahu, terlebih papinya yang terlihat sangat bahagia di sepanjang acara kumpul bersama.
"Bukan begitu, Ri. Kalau kita tidak memberitahu, bukankah kamu tidak perlu merasakan kesedihan seseoran? Jadi, tidak perlu ada rasa persaingan di antara kalian," jelas Ghava sambil menghembuskan napas perlahan.
Begitu ….
Sang dokter menggeleng kecil, kemudian mengusap pipi suaminya yang menyambut dan menimpa punggung tangannya, menggenggam lembut.
Untuk sesaat keduanya hanya saling memandang, masih dengan genggaman yang kian mengerat seakan menyelami pikiran masing-masing. Hingga akhirnya salah satu kembali bersuara, tersenyum lembut ketika menjelaskan.
"Kupikir ini bukan masalah saingan, Sayang."
"Tapi bagaimana kalau Jasmin justru berpikir demikian?" tanya Ghava masih memastikan.