Bali
Kamar bergaya Jepang terasa hangat dengan dua orang yang terlihat saling berhimpitan. Meski sempat memekik kaget, Riana memilih mengeratkan pegangan dan merangkul leher suaminya yang membawa ke kasur, meletakkan hati-hati di sana.
Kini, Ghava sudah ada di tengah tubuh istrinya yang menatap dengan kabut gairah ketika handuk dilempar asal. Sejenak ia membungkuk, membelai sisi wajah wanitanya dengan lembut dan mengecup sekilas. "Kamu cantik, hanya kamu yang kucintai, terima aku di dalammu, Sayang," bisiknya lirih.
Riana mengangguk, meremas lengan kekar sang suami yang kini mengukungnya. "Miliki aku, Ghava."
"Jika ini terlalu sakit, kamu hanya perlu mengatakan dan aku akan menyudahi. Oke?"
"Tidak, aku sudah siap," tolak Riana sambil menggeleng.
Ghava tersenyum, kemudian mengecup kening dan turun sampai akhirnya kembali membelit bibirnya di sana, menciptkan kecipak yang erotis. Hingga pemanasan agar sang istri terbiasa diberikan, menstimulan dengan yang kecil sebagai awalan.