Mansion Lingga
Suasana di ruang tamu sepi, meski pada kenyataannya ada dua adik-kakak kembar yang saat ini menatap dalam diam sebuah gambar di layar laptop.
Ghani sebagai orang yang memperlihatkan menanti jawaban adiknya dengan rasa tidak sabar. Bukan apa, ini pertama kalinya ia membuat gambar bukan tentang desain interior, melainkan gambar cincin dan semua pasti tahu jika cincin dibuat seorang pria untuk apa.
Ia masih menanti dengan sabar penilaian adiknya, yang masih mengangguk tanpa lelah dan menatap layar serius.
"Ghav," panggil Ghani, bosan juga hanya melihat kepala adiknya mengangguk.
Yang dibutuhkannya saat ini adalah penilaian, bukannya anggukan kepala tidak berfaedah adik terusuh.
"Humm?"
"Bagaimana?"
Ghava yang ditanya barulah menoleh, menetap serius dan mengusap dagu ketika ia menjelaskan penilaiannya. "Untuk seseorang yang baru saja membuat desain cincin, kurasa ini cukup bagus."
Cukup bagus? What the hell!