Brooklyn, Amerika.
Aliysia yang bertanya penasaran muncul tidak lama kemudian, saat dua kakaknya kembali ingin dibully oleh papa yang isengnya kumat.
Yang lebih dulu bergerak Ghava, memeluk bahu sang adik dan mengacak rambut tersebut sampai membuat si empu merengut kesal. "Tidak ada apa-apa. Jangan pikirkan," jawabnya meyakinkan, meski sayang sang adik kembali menatap yang lain, masih dengan tatapan seperti semula.
"Sudah selesai, Lysia? Memangnya tadi ngapain?" timpal Ghani, ikut mengalihkan pembicaraan agar tidak berlanjut.
Pembicaraan sensitif bagi keduanya yang masih enggan memiliki komitmen dengan wanita. Bukan karena tidak menyukai wanita, tapi keduanya masih ingin fokus dengan kegiatan masing-masing.
Vian sampai mendengkus di dalam hati, ia pikir ini karena mereka belum tahu saja, jika memiliki istri itu rasanya seperti apa. Ibarat permen nunu-nunu, manis, asem, asin, pahit ramai rasanya.