Lingga Design
Di luar ruangan si empu Lingga, Ghava yang baru saja menutup pintu dibuat mengumpat, benar-benar khawatir dengan apa yang akan menimpa Vian.
Jujur saja, memang dirinya yang menginginkan sang ipar untuk menemui papanya. Namun, ketika melihat sendiri bagaimana ekspresi yang ditampilkan, seketika ia menyalahkan diri sendiri.
Seharusnya, ia tidak mendorong Vian untuk melangkah jauh, terlebih Aliysia sendiri sudah mengatakan penolakan terang-terangan kepadanya.
Shit! Semoga saja Papa tidak keras kepala, pinta Ghava dalam hati.
Ia semakin mempercepat langkah agar cepat sampai di ruangan Ghani. Ia yakin sekali kalau kembarannya akan lebih syok, jika sampai tahu kedatangan Vian yang membuatnya sudah berpikir negative.
Sampai di depan ruangan sang kakak, ia segera membuka pintu dan tanpa tendeng aling-aling memanggil, serta menatap si empu ruangan dengan wajah kacau.
"Ghani!"
"Apa! Bisa santai tidak-
"Ghani, gawat!"