Hyperion Hotel Berlin, London
Ceklek!
Dengan aroma sabun yang menguar dari tubuh, pikiran yang semula penuh dengan cabang dan buntu kini sedikit berkurang. Penyababnya tentu saja perkataan Aliysia sebelum Vian mandi, tentang keluarga dan juga perjodohan yang segera dialihkan saat akan dibahas.
Seperti biasa, sehabis mandi si keturunan Geonandes tidak langsung memakai pakaian. Ia harus memastikan rambut dan tubuh kering, barulah kemudian memakai pakaian agar lebih nyaman.
Istri bocah menyebutnya pamer perut. Padahal Vian tidak pamer, hanya ingin menampilkan saja agar istrinya tahu jika ia tidak se-paman itu.
Lagian, tampan dan berkarisma seperti ini dipanggil paman, enak saja.
"Khe! Dia lucu sekali," dengkusnya ketika mengingat pertemuan pertama, bermula dari berdiri sambil merokok di belakang gedung pernikahan, kemudian menikah kontrak lalu menjadi cinta.