Hyperion Hotel Berlin, Jerman
Vian yang mendengar rengekan Aliysia sama sekali tidak membuka suara, justru mengangkat bahu dan kembali mengalihkan obrolan dengan mengajak istrinya istirahat. "Kamu ini yang penasaran, jadi malam ini sudahan kemudian kita tidur."
Namun, Aliysia yang tidak ingin begitu saja istirahat, ketika ia sudah merasakan senang. "Ayolah~ kasih tahu aku," gumamnya memaksa.
"Hum."
"Blee.... Aku tahu, ada yang cinta dari awal bertemu tapi tidak ngaku. Tidak gantleman sekali, padahal sudah Paman-paman, tapi kok takut. Iya 'kan?"
Mulut nyinyir yang dari dulu gemar sekali menyindir. Vian jadi ingin sekali membungkam bibir nyinyir Aliysia dengan sesuatu, mungkin kaos kaki, tapi berhubung ia tidak tega, jadilah hanya bisa mecubit pipi si bocah yang kini mengaduh.
"Vian~ sakit ih!"