Hyperion Hotel Berlin, Jerman
Vian seketika terdiam saat Aliysia kembali menyumpah serapah dirinya. Ia hanya mendengar dengan hati menahan geli, saat si bocah kembali melakukan hal jorok berulang kali tanpa sungkan di hadapannya.
Sroot! Hiks! Sroot! Hiks!
Suaranya itu loh, sanggup membuat siapapun mengernyit jijik, tapi sayang tidak karena Vian justru mengeleng geli.
Cukup lama ia membiarkan dan melihatnya seperti itu, hingga akhirnya Aliysia behenti sendiri, mulai bisa mengontrol diri dengan menyeka berulang, kemudian menundukan wajahnya kembali.
Sementara itu, Vian menatap dalam diam dengan pikiran melayang dan menghela napas perlahan.
Aku harap, ini keputusan yang tepat. Jika memang suatu saat dia juga meninggalkanku, mungkin di bukan wanita terakhir untukku, putusnya dalam hati.
Ia kembali menarik-hembuskan napas seraya mencoba merangkai kata, sebelum benar-benar mengungkapakannya kepada Aliysia.