Chereads / Suddenly Married With Stranger / Chapter 62 - Seakan Cuek Atau Memang Dicueki?

Chapter 62 - Seakan Cuek Atau Memang Dicueki?

Flughafen Berlin-Schönefeld

Setelah merasa canggung ketika Aliysia merasa kaget akan apa yang dilakukan Vian. Kini keduanya pun akhirnya jalan bersamaan menuju pintu keluar, masih dengan Vian yang berjalan berdampingan juga lengan digenggam lembut.

Ini apa? Bukankah tadi Vian seperti tidak ingin melihat Aliysia. Namun, kenapa saat ini ia menggengam tangan si istri kontrak lembut? Apakah yang baru terjadi hanya asumsi Aliysia atau justru saat ini hanya halusinasi saat genggaman sendiri terasa nyata?

Entahlah, Aliysia terlalu bingung untuk mengerti apa sebenarnya mau Vian.

"Masuk."

"Ah! Iya," sahutnya tersadar dari lamunan, ia sampai tidak menyangka sudah berada di parkiran dengan pintu mobil dibuka oleh Vian.

Aliysia pun masuk lebih dulu, baru kemudian Vian yang duduk di sebelahnya dengan lengan yang menempel, tanpa peduli ketika si istri kontrak sudah dibuat diam.

Blam!

"Mr. Roy, take us back to the hotel, please, (Pak Roy, tolong antar kami kembali ke hotel)" ujar Vian kepada sopir yang setia menunggu.

"Yes, Sir."

Dan mobil pun melaju, dimana Aliysia menatap bergantian antara depan, Vian yang di sampingnya dan jalanan yang dilalui.

Sepertinya, aku akan sendirian di hotel setelah ini. Huft…, batinnya dengan helaan napas lelah.

***

Hyperion Hotel Berlin, Jerman.

Ckitt!

Perjalanan dari bandara berakhir ketika kini mobil yang dikendarai Tuan Roy sampai di hotel tempat Vian menginap.

"Sudah sampai," ucap Vian, tanpa melirik dan menunggu jawaban ia lebih dulu keluar dari dalam baru kemudian mempersilakan. "Keluarlah," lanjutnya dengan kepala mengendik mengajak agar Aliysia keluar dari dalam sana.

Aliysia pun mengangguk, kemudian mengikuti apa yang diminta. Ia keluar dan berdiri di sisi Vian, sedangkan Mr. Roy membantu mengeluarkan koper dari dalam bagasi kemudian menyerahkannya kepada tamu yang menjadi tanggung jawab.

"Danke, Herr Roy, (Terima kasih, Pak Roy)" ucap Vian setelah menerima koper milik Aliysia.

"Danke nochmal, Herr Geonandes, (Terima kasih kembali, Tuan Geonandes)" balas Mr. Roy singkat.

"Ich betrat das Hotel für einen Moment, du wartest hier. Es ist okay, oder? (Saya masuk hotel sebentar, Anda tunggu di sini. Tidak apa-apa, kan?)" tanya Vian dengan fasih berbahasa Jerman.

Ia tidak tahu saja, jika Aliysia yang mendengarnya sudah kebingungan karena suami kontraknya berbicara cepat sekali, seperti sudah tinggal lama di Jerman.

"Es ist okay, Herr Geonandes. Ich werde auf dich warten, (Tidak apa-apa, Tuan Geonandes. Saya akan menunggu anda)" balas Mr. Roy dengan kepala mengangguk kecil.

"Danke, (Terima kasih)" sahut Vian, kemudian menghadap ke arah Aliysia yang menatap dengan kelopak mata berkedip cepat. "Ada apa?" lanjutnya bertanya dengan sebelah alis terangkat, menatap bingung.

"Tidak, tidak ada apa-apa," balas Aliysia dengan telapak tangan terayun di depan wajah.

"Hmm, kalau begitu aku antar kamu ke kamar. Ikuti aku," ajak Vian, kembali mengambil alih koper dan berjalan memasuki area lobby hotel.

"Vian! Tunggu aku," ujar Alisyia sedikit berseru di belakang, ia sampai tertinggal karena Vian tampak terburu-buru, kemudian berjalan beriringan memasuki lobby menuju lift berada.

Di dalam lift Vian berusaha untuk tidak kembali menoleh ke arah Aliysia. Bahkan, saat di mobil pun ia berusaha untuk tidak mengajak bicara banyak, kecuali menanyakan masalah penerbangan.

Aliysia pun tumben sekali, hanya menanggapi apa yang ditanyakan dan setelahnya ikut terdiam.

Ting!

Pintu lift pun terbuka, kembali Vian memimpin dan berjalan di depan sedangkan Aliysia dengan segera mengimbangi langkah lebarnya.

Ceklek!

"Masuk," ucap Vian singkat, setelah membuka pintu sedikit lebar.

Segera Aliysia masuk tanpa banyak bertanya, berjalan di depan dengan langkah pelan sedangkan Vian sendiri menutup pintu dan kembali berjalan mendului.

Di sebelah kamar yang ditempatinya ada pintu lain, pintu kamar untuk Aliysia tepatnya. Ia membukanya, kemudian memanggil sang istri yang segera mendekat menghampiri.

"Liysa sini!" seru Vian tanpa melihat ke arah Aliysia.

"Iya."

"Ini kamar kamu," imbuhnya dengan Aliysia yang mengangguk.

"Okay!"

"Di sebelah ini kamar aku," lanjut Vian memberitahu dan si istri kontrak kembali mengangguk.

"Okay."

"Aku harus kembali ke kantor. Kamu di sini dulu sendiri, istirahat, Okay," ucapnya menjelaskan.

"Okay."

Vian terdiam dibuatnya, ketika Aliysia hanya menjawab singkat dan seakan cuek dari setiap pertanyaan darinya, atau memang sengaja cuek?

Tidak tahu, ia sudah lebih dulu pusing.

"Ada apa, Vian?" tanya Aliysia, ketika Vian hanya terdiam melihat dengan ekspresi yang tidak bisa dimengertinya.

"Tidak, kamu pasti lelah seharian di pesawat. Aku pergi," jawab Vian memutuskan untuk tidak bertanya tentang keanehan yang dirasakan.

Ia kembali mengurungkan apa yang ingin dikatakan, tentang kekhawatiran karena jawaban cuek yang membuatnya merasa aneh.

"Okay."

Huft ... Lagi-lagi dia menjawabku dengan singkat. Sebaiknya nanti lagi aku bahas ini, aku masih ada pertemuan dengan Mr. Pen untuk pembahasan kerjasama kami, batin Vian menghela napas kecil.

Namun, ia tidak mengambil pusing dan mengangguk kecil. "Kalau begitu aku pergi," tukasnya menyudahi, kemudian berbalik dan meninggalkan Aliysia sendiri di depan pintu kamar.

Sebelum benar-benar meninggalkan sang istri di hotel sendirian, Vian kembali membalik tubuh. "Oh iya, Liysa," panggilnya dengan sahutan cepat diterima.

"Iya?"

"Kalau sampai sore atau malam aku belum juga kembali. Kamu bisa pesan makanan dan masukan di tagihan, okay," jelas Vian, ketika mengingat jadwal kerjanya yang tidak tentu.

"Okay."

Vian mengangguk, kali ini mencoba biasa kemudian membuka pintu dan benar-benar meninggalkan kamar tempat mereka menginap.

Blam!

Bersama Mr. Roy, Vian berangkat menuju Pen Corp untuk kembali mendiskusikan kerjasama yang hampir terjalin. Sebenarnya, ia sedikit tidak fokus dengan pekerjaannya hari ini.

Namun, Vian merasa dan mengingatkan dalam hati untuk tidak boleh seperti ini. Ia harus menyelesaikan pekerjaan dulu, baru kemudian ke masalah pribadi.

Akhirnya sampai juga di pelataran parkir Pen Corp, segeralah ia turun dari mobil setelah berterima kasih kepada Mr. Roy.

Blam!

Vian berjalan ke dalam disambut oleh sekertaris Mr. Pen, Yeselen. Wanita cantik tersebut sudah menunggu di depan meja informasi dengan senyum manis, juga menyapa ramah seperti kemarin.

"Good afternoon, Mr. Geonandes."

"Good afternoon, Miss Yeselen."

"Mr. Pen is waiting for you in the meeting room, Follow me please," ucap Yelesen memberitahu, kemudian mengajak Vian untuk mengikutinya.

"Hm, okay. Thank you."

Keduanya jalan bersamaan dengan Yeselen yang banyak mengajak Vian berbincang, hingga tidak terasa mereka sampai di tempat meeting yang berbeda dengan hari kemarin.

Ceklek!

"Please, Sir," ucap Yeselen setelah membuka pintu ruangan sedikit lebar.

"Thank you."

Vian mengangguk kecil, kemudian berjalan menuju Mr. Pen yang duduk di ujung sana. Ia juga menerima uluran tangan ketika beliau lebih dulu mengulurkan tangan kepadanya.

Bersambung