Malam ini malam minggu, bagi sebagian orang malam ini adalah malam bersantai. Sekolah libur dan perkantoran tutup. Kota Seoul semakin terlihat hidup. Apalagi di Hongdae dan daehakro, banyak anak muda yang keluar untuk menikmati malam minggu mereka dengan pergi ke club dan karaoke an. Bagi Ai sendiri malam ini tak ada bedanya dengan malam lainnya. Setelah selesai dengan pemotretan untuk album terbarunya Ai masih harus menghadiri interview dan meeting dengan producer musik di gedung Agensinya. Ai hampir lupa bahwa hari ini ia harus mengumumkan pemenang undian guerilla date. Managernya sudah mengatur jadwal khusus untuk itu.
Ai akhirnya sampai di gedung penyiaran TV terbesar di Korea, di sana ia akan melakukan interview nya. Ai sudah melatih hal-hal apapun mengenai interview selama bertahun-tahun. Bibir merah merona yang menyimpulkan senyum manis, wajah cantik yang telah dipoles selama bertahun-tahun, pundak yang simetris, kaki yang menyilang dengan anggun saat duduk, perut yang dilipat agar terlihat rata, lalu kata-kata manis yang dibuat dengan rapih seaakan interview itu adalah obrolannya dengan kawan karibnya. Semua itu selalu Ai hafalkan, namun Ai selalu melupakannya saat diwawancara. Ia berharap interview kali ini berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Suasana ruang interview kali ini begitu berbeda, tentu saja menyesuaikan dengan tema album Ai yang baru saja rilis. Begitu banyak sorot kamera yang telah disetting agar hanya fokus pada Ai. Ia lalu berjalan dengan pelan, tertata nan anggun. Itu mudah baginya, ia sudah melatihnya selama menjadi trainee. Kursi tempat duduknya ternyata begitu empuk, namun itu tidak berhasil menenangkan suasana hati Ai yang tengah gelisah. Sudah bertahun-tahun ia melakukan hal seperti ini, tapi rasa tegang dan gelisah itu selalu muncul.
"Wow, kamu pasti sangat terkejut dengan jumlah view yang berhasil kamu peroleh dari perilisan MV terbarumu Ai. Bagaimana pendapatmu ? Apakah kau sudah menontonnya?. "
Interviewer itu terlihat rapi dengan setelan kemeja abu-abunya. Mungkin usianya sudah kepala empat. Ekspresi yang tergambar dari wajahnya sudah dilatih bertahun-tahun selama ia menjadi interviewer. Sama halnya dengan senyum antusias yang tergambar di wajah Ai kali ini.
"Wah, daebak! Aku juga tidak mengira akan menembus angka 1B, gomawoyo Lovely (nama fans Ai) kalian semua luar biasa. Aku sudah menontonnya, aku dan lovely menonton bersama di siaran live ku. Aku sangat menikmatinya."
Ai mengacungkan jempol, merekahkan senyum lebar hingga matanya menyipit.
"Apakah kau puas dengan hasilnya?"
Sorot mata interviewer itu kini mengarah dengan tepat ke kedua bola mata Ai.
"Tentu, rasanya semua kerja kerasku terbayar. Aku berharap kalian juga menyukainya lovely."
Jawaban itu keluar dengan cepat dari mulut Ai. Ia sudah berulang kali mendapat pertanyaan seperti itu.
Interview berjalan dengan cepat, otot wajah Ai sudah mulai pegal untuk terus membuat wajah cerianya. Begitupun dengan tubuhnya yang mulai lelah untuk terus membentuk posisi yang ideal dan sempurna. Untung saja interview itu segera selesai. Tinggal satu pertanyaan lagi yang harus Ai jawab, pertanyaan itu berasal dari fansnya.
"Anyeonghaseyo! Ai aku fansmu dari Indonesia, kapan kau akan pulang ke Indonesia? Kami sangat menantikannya! Semoga kau selalu sehat dan bahagia Ai😇 saranghae!💖."
Interviewer lalu melipat kembali kertas itu dan memberikannya pada crew.
"Kau dari Indonesia ya Ai?"
"Ya."
"Wah, menarik sekali. Berati kau satu-satunya soloist idol yang paling terkenal dan berasal dari luar negeri! Woah, daebak! Kau pasti sangat merindukan rumahmu, apakah kau akan merencanakan untuk pulang ke negara asalmu dalam waktu dekat?" Tanya interviewer.
Sejujurnya Ai tidak punya alasan untuk pulang ke negara asalnya. Selain para fansnya Ai sudah tidak memiliki siapa-siapa. Jika ia pulang ke negara asalnya, kepada siapa ia akan pulang? Keluarganya sudah tiada. Mungkin para fansnya berfikir hidup Ai telah sempurna, kepopuleran, kecantikan, dan kekayaan kini dalam genggamannya. Tapi sebenarnya hidup Ai telah hancur jauh sebelum ia berhasil menjadi seorang idol. Ada lubang besar dalam hidupnya yang tak bisa diisi oleh apapun lagi. Ai selama ini mencoba untuk tetap hidup demi beberapa alasan. Janjinya, penyesalannya, rasa kehilangannya, dan misteri tentang sebagian dirinya. Ai telah lama melarikan diri dari semua itu, mungkin itu juga yang menjadi alasan kenapa Ai tak pernah pulang ke negara asalnya. Ai tengah mencoba melarikan diri dari masa lalunya.
***
Sudah pukul 7 malam dan salju mulai turun. Ini salju pertama yang turun di Seoul pada tahun ini. Ai keluar dari lobi menuju mobil yang telah terparkir dan siap menjemputnya di depan gedung siaran. Wawancara tadi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi ada sesuatu yang masih mengganjal di hati Ai. Kapan Ai akan pulang ke Indonesia. Ai memutuskan untuk tidak memikirkan hal tersebut untuk saat ini. Lagi pula ia masih disibukkan dengan pekerjaannya. Setelah ini Ia masih ada meeting dengan produser musik nya.
Pintu mobil sebelah kanan terbuka, Ai yang mengenakan jaket tebal musim dingin segera masuk ke dalam mobil. Managernya juga merangkap sebagai supir pribadinya. Ia selalu siap kemanapun Ai hendak pergi.
"Ai, bagaimana interview mu?" Manager Ai mencoba membuka topik pembicaraan.
"Sama seperti biasanya Oppa." Wajah Ai terlihat datar.
"Ai, kita tidak jadi mengumumkan pemenang undian guerilla date malam ini. Pemenangnya tidak bisa dihubungi. Sudah kucoba menghubungi nomornya, akun media sosialnya dan emailnya. Tapi tidak ada yang dijawab satupun. Email yang telah ku kirim pun belum dibuka. Akun media sosialnya sudah tidak aktif lagi semenjak seminggu yang lalu". Jelas manager Ai
"Apa? Padahal aku sangat ingin berjumpa dengannya, sayang sekali." Ai begitu kecewa mendengar hal tersebut. Padahal ia sangat ingin bertemu dengannya.
"Berarti kita harus memilih pemenang yang lain."
"Ya Oppa. Aku serahkan tugas itu padamu."
Kenapa dia tidak bisa dihubungi. Ada apa dengannya. Bukankah ia sendiri yang menginginkan perjumpaannya dengan Ai. Bukankah ada hal penting yang harus ia katakan pada Ai. Kenapa mendadak begitu saja ia menghilang ? Ai tak bisa diam begitu saja. Sudah cukup Ai hidup dengan rasa bersalah, rasa penasaran, dan rasa kehilangannya itu. Ai harus mengambil tindakan yang serius untuk hidupnya.
"Oppa, setelah comeback ku kali ini aku diberikan waktu libur berapa hari?" Ai sengaja mengungkit masa hiatusnya agar Ai memiliki kesempatan untuk menyelesaikan sesuatu dari masa lalunya.
"Setelah semua kegiatan comeback mu kali ini jadwalmu akan kosong dalam dua bulan penuh." Jelas managernya sembari memyetir mobil.
Itu cukup. Dua bulan akan cukup untuk kepulangannya ke Indonesia. Ini aneh, baru saja beberapa saat sebelumnya Ai berpikiran tentang pulang ke negara asalnya dan sekarang itu benar-benar akan terjadi. Ai perlu pulang untuk menuntaskan masa lalunya. Kini Ai memiliki alasan untuk kepulangannya.
"Oppa aku ingin pulang ke Indonesia. Sudah lama sejak aku menjadi trainee dan idol, aku belum pernah pulang ke negara asalku. Tolong urus kepulanganku ke Indonesia secepatnya."
"Pulang ke Indonesia? Tentu Ai. Aku mengerti. Kau pasti rindu kampung halamanmu dan keluargamu. Adikku juga seorang dokter militer. Sudah lama ia tidak pulang. Baik, segera akan aku urus segala keperluan pulangmu."
"Terima kasih banyak Oppa." Bibir Ai menyimpulkan senyum manis. Kali ini senyuman itu tulus dan tidak dibuat-buat.
Sepanjang jalan pikiran Ai tenggelam dalam masa lalunya di Indonesia. Kenagan-kenangan yang masih tersisa dalam ingatannya seakan diputar kembali. Tetapi selalu saja ada bagian yang hilang dari kenangan itu. Ai sendiri tidak tahu apa sebenarnya bagian yang hilang itu. Ia selalu bingung dalam mencari jawabannya. Mungkin jawabannya ada di sana. Di Indonesia. Di tempat semua hal dalam hidupnya berasal.