Chereads / A SONG IN THE PLAGUE / Chapter 2 - Hiding From The Dead

Chapter 2 - Hiding From The Dead

Merekapun sampai di pinggiran sungai yang berada dibelakang hutan nar...

Terdapat satu pohon besar disana dan mereka memutuskan untuk beristirahat didepan pohon itu...

"kurasa disini sudah aman. kalian berlima menunduklah."

Si penyair menurunkan para pengawal satu-persatu...

Tuan putri menggendong eriena menuju ke tempat penyair dan yang lainnya. kemudian si penyair mengaktifkan mantra untuk mempertajam indra miliknya.

"bear,tiger,dan yang lainnya sekarang kalian bisa kembali pulang. terima kasih karena sudah menolong kami... ini kuberikan sedikit kudapan. jaga diri kalian ya"

Ucap penyair sambil mengelus-elus white tiger (jenis monster berbentuk seperti harimau putih dengan tubuh diatas 4-6 meter) dan menggosok tubuh para monster lainnya seperti hewan peliharaan.

"eriena duduklah dan minum ini"

Putri memberikan sebuah potion. sepertinya itu adalah obat pereda rasa sakit dan obat untuk mengembalikan stamina.

"tuan putri. bagaimana bisa...kenapa luka saya bisa menghilang. apa ini adalah keajaiban?"

Respon eriena yang terkejut sambil meraba-raba bagian tubuh yang sebelumnya sudah terluka.

"kau benar eriena keajaiban telah memihak pada kita disaat kita sedang dalam bahaya"

Kata si putri sambil melirik kearah penyair...

"jadi bocah itu yang telah menyelamatkan kita semua dari para bandit? mau dipikir berapa kalipun itu tetap saja mustahil bagi seorang bocah mengalahkan 40 pasukan bandit sendirian"

Ucap eriena sambil melihat kearah si penyair dengan ekspresi yang ragu...

"y-yah kita bisa tanyakan padanya langsung, kekuatannya untuk memanggil semua monster itu. dan aura bocah itu sangat berbeda dari semua orang yang pernah kutemui. dia seperti sudah menyatu dengan lingkup alam itu sendiri. begitu lembut dan penuh dengan kasih sayang tapi juga mengerikan diwaktu yang sama"

Terlintas di imajinasi eriena gambaran aura dari sang penyair...

Pemandangan yang tampak seperti musim semi, dedaunan berguguran disekitar bocah itu dan dirinya yang dikelilingi oleh banyak bunga...

"hatinya begitu bersih dan murni"

Ucap eriena.

"apa barusan kau mengatakan sesuatu?"

Respon tuan putri.

"ah-t-tidak ada tuan putri, saya hanya bergumam"

Ralu eriena membuka baju ksatrianya yang sudah berlumuran darah. hal itu langsung dicegat oleh tuan putri.

"jangan biasakan dirimu membuka baju ditempat umum seperti ini, sana ganti bajumu dibelakang pohon agar prajurit lain tidak melihatnya"

"baiklah tuan putri, maaf atas ketidaksopanan saya ini"

Lalu eriena pergi untuk mengganti baju. setelah selesai berpamitan dengan monster si penyair mendekati putri dan putri mengajak penyair itu untuk berbincang sejenak. sementara para prajurit yang lain mendekat dan bertanya apa yang sudah terjadi-

"t-tuan putri!. oh tuhan kami sangat bersyukur anda masih baik-baik saja" ucap prajurit pertama

Kemudian prajurit yang lain ikut bertanya.

"tuan putri sebenarnya apa yang telah terjadi? bukankah seharusnya kita semua sudah dbantai oleh para bandit dan lagi siapa bocah yang ada dihadapan anda ini"

Kata si prajurit lain.

"aku bisa menceritakan kejadiannya dari awal sampai akhir-"

Tiba2 si penyair memotong pembicaraan mereka dan berkata.

"tapi sebelum itu karena hari sudah menjelang sore aku ingin kalian membantu mencari dahan kayu dan setelah itu kita akan berburu makanan-"

Prajurit itu lantas mengangkat pedang dan menghunuskannya tepat didepan leher si penyair.

"oi bocah tengil kau pikir siapa kau ini sok sekali memerintah kami para ksatria elit-"

Mendengar ucapan dan tingkahnya itu tuan putri menjadi sangat kesal dan langsung menampar prajurit itu dengan cukup keras. membuat suasananya menjadi hening sementara para prajurit lain tidak berani berkata-kata...

"dialah orang yang telah menyelamatkan nyawa kita semua, turunkan pedangmu dan minta maaflah padanya"

Tuan putri membentak prajurit dan membuatnya malu akan ketidak sopanannya.

"tuan putri sangat spontan dan tegas. yah walaupun sebenarnya aku tidak masalah dengan hal sepele seperti itu"

(ucap si penyair didalam hati)

Prajurit itu tidak lagi berani menyangkalnya dan langsung menunduk pada si penyair sambil berkata.

"t-tolong maafkan saya tuan. maafkan tingkah saya yang kurang ajar barusan, terima kasih banyak karena sudah bersedia menolong kami!"

"tidak apa-apa. aku juga minta maaf karena bersikap tidak sopan. karena hari sudah menjelang sore aku ingin kalian membagi kelompok untuk berburu dan mengumpulkan kayu sebanyak yang kalian bisa. kita akan bermalam disini. yang mana pemimpin regu diantara kalian?"

Prajurit yang menunduk tadi mengangkat tangannya.

"s-saya adalah kapten mereka. izinkan saya untuk melakukan koordinasi. tapi sebelum itu dimana kereta tunggangan kita? mungkinkah sudah dirampas oleh para bandit?"

tanya si prajurit.

penyair : "apa kalian tau tentang mayat yang bangkit kembali dan menularkan wabah?"

prajurit 1 : "oh aku pernah diceritakan tentang hal ini, mereka yang terkena sentuhan dari kutukan sang raja iblis. jiwa dan tubuh mereka akan terpisah lalu mereka berjalan kesana kemari menularkan wabah yang terjangkit"

"waktu aku kecil. aku pernah melihat seorang ibu dan anak dari kejauhan desa yang diserang oleh para mayat berjalan. aku hanya bisa melihatnya sembari bersembunyi karena ketakutan. sampai sekarangpun aku masih trauma mengingat kejadian mengerikan itu"

Ucap prajurit kedua dengan nada gemetar.

penyair : "itulah alasannya kenapa tadi aku memotong pembicaraan kalian... para mayat itu akan semakin agresif dan kuat ketika dimalam hari. semakin kita menunda waktu kita tidak akan tau darimana mereka akan muncul. meskipun para penyihir tingkat dunia sudah bekerja sama untuk menyegel mereka dengan barrier. aku ragu kalau itu akan bertahan selamanya"

kapten prajurit : "baiklah sekarang aku paham. kita harus bergegas sebelum malam hari tiba "

Kemudian penyair menggunakan sihir pemanggilan benda untuk mengambil alat musiknya.

"kalau begitu saya dan pasukan akan mencari bahan dan berburu terlebih dulu, tuan el-huka tolong jagalah nona putri agar tetap aman"

Para pengawal berjalan untuk masuk lagi ke dalam hutan...

Tapi sebelum itu si penyair melemparkan sesuatu dari gantungan tas pinggang kecil miliknya.

"hey ambil ini"

penyair melemparkan sebuah peniup yang berbentuk seperti tanduk.

"bunyikan itu jika terjadi masalah"

Dan para prajurit itupun bergegas masuk kedalam hutan.

"...."

"baiklah, izinkan saya untuk memperkenalkan diri dengan lebih formal. namaku el-huka scartia. seorang petualang dan juga penyair yang sedang dalam proses untuk mempelajari dunia dan mengasah diri"

Si penyair memberi salam dengan elegan dan agak flamboyan.

"maaf jika aku tidak sopan, tuan huka apakah anda ini seorang perempuan?" ucap tina

"ah secara biologis atau jenis kelamin saya ini seorang laki-laki loh, jika anda tidak percaya silahkan cek saja sendiri"

Ucap penyair dengan wajah lugu dan sok polos.

"tidak-tidak saya tidak akan berbuat sampai sejauh itu"

Sekilas tuan putri melihat lambang bangsawan yang terdapat di dekat kerah baju si penyair.

"itu- bukankah itu lambang dari bangsawan?"

"a-ah ini, iya ini adalah lambang dari keluarga fortiss"

Ucap penyair.

"fortiss. aku pernah mendengar rumornya. keluarga dari tingkat duke yang diserang oleh mayat berjalan dan hanya menyisakan 3 keturunan terakhir. apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu?"

Si penyair hanya diam dan sedikit menunduk.

"maafkan saya putri tapi saya tidak bisa memberitahukan hal itu"

Tuan putri merasa bersalah atas kata-kata yang keluar dari mulutnya barusan.

"dan tuan putri lencana yang ada dibaju anda itu...bukankah itu lambang dari keluarga kerajaan?"

"iya kau benar, namaku adalah martina fort de lantius putri mahkota ke 5 dari keluarga kerajaan ousil. kau bisa memanggilku tina. dan kesatria wanita ini dia eriena. pengawal sekaligus pelayan pribadiku"

Eriena berdiri dengan posisi tangan kiri hormat menyilang di dada dan sedikit menundukkan kepalanya.

"saya eriena valonter. seorang mantan petualangan kelas B yang ditugaskan untuk melindungi tuan putri. sekali lagi saya ucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkan nyawa kami. terutama majikan saya"

"kami awalnya baru pulang dari kerajaan demi-human untuk mengantarkan pesan dan sesampainya dihutan kami langsung dikepung oleh para bandit dan kalau boleh bertanya. kenapa kau memilih menjadi seorang petualang tuan el-huka?"

Ucap tuan putri.

"menjadi petualang hanyalah hobiku dan juga pekerjaan sampingan, setelah peristiwa itu kami kehilangan banyak sekali harta dan bisa dibilang kekayaan yang kami miliki sekarang hampir setingkat dengan bangsawan kelas rendah"

"aku turut prihatin"

Kata tuan putri sambil memegang tangan el-huka.

Mereka berbincang dan mendengarkan lagu yang dimainkan penyair sambil menunggu para pasukan. ada yang aneh bahkan setelah matahari terbenam para pengawal itu belum ada yang kembali dari hutan.

"tuan putri saya izin sebentar untuk mengecek keadaan... sampai sekarang mereka belum ada yang menampakkan diri. eriena tolong awasi putri"

eriena : "apa anda yakin untuk pergi sendirian?"

penyair : "iya tidak apa. saya akan langsung kembali jika terjadi masalah"

"tuan huka tolong berhati-hatilah"

Ucap eriena.

"ini aneh!! oioi!! indera dan sihir pelacakku bahkan tidak bisa mendeteksi hawa keberadaan mereka!! aku harus bergegas....perasaan ini membuatku menjadi cemas"

Bisik penyair didalam hatinya sambil terburu-buru berlari menuju ke hutan.

sesampainya di hutan dia menemukan bekas jejak dari zirah yang mereka pakai.

"gawat... aku sudah menggunakan 40% manaku untuk memanggil para monster tadi dan sekarang jika ak melafalkan mantra searching on area hanya akan tersisa 20% mana, wujud anak kecil ini tidak dapat menampung lebih dari jumlah yang dibatasi, satu-satunya hal yang bisa diandalkan sekarang hanya intuisi dan inderaku saja"

Lalu dengan mengikuti setiap jejak dan menganalisa kemungkinan yang telah terjadi si penyair diam sejenak. dia mendengar suara raungan dari arah kereta yang sudah mereka tinggalkan.

"suara ini. jangan-jangan!"

Si penyair itu lantas langsung mengikuti ke arah sumber suara. karena takut akan keberadaannya diketahui oleh mayat berjalan dia berlari diatas cabang pohon dan-.

"haaaghhh!"

Si penyair begitu terkejut, dia terus menekan perasaannya yang kini campur aduk. dihadapannya terdapat sejumlah mayat dari para pengawal bersamaan dengan kereta penunggang mereka. tampak mayat-mayat itu sudah terkontaminasi oleh erupsi yang disebabkan setelah bertarung dengan para mayat berjalan. betapa mengerikan dan sadisnya pemandangan yang dia lihat saat ini. darah berserakan, tubuh yang terpisah dari organnya, dan mayat yang menua setelah terkena erupsi.

"ini- jadi begitu. alat sinyal yang kuberikan pada mereka telah hancur terkena erupsi sebelum mereka berhasil meniupnya"

"akan tetapi ini sangat aneh. jika para mayat itu mengincar mereka maka setidaknya-"

"tolong!!! aaaarghhhhh jangan mendekat! menjauhlah kau makhluk terkutuk!!!"

Terdengar teriakan seseorang sambil berlari menyusuri hutan, dengan sigap si penyair langsung bergegas menghampirinya dan tanpa dia sadari sedikit pun. dibalik cabang pohon sekitarnya terdapat seseorang berjubah misterius yang bersembunyi dan mengawasinya. lalu dengan gerakan yang cepat orang itupun langsung pergi.

"tidak! aku masih punya istri! aku tidak ingin mati!"

Pengawal terlihat sangat panik. dia berlari secepat mungkin sambil berteriak meminta pertolongan. akhirnya si penyair berhasil menyusul sambil berlarian diatas cabang pohon, akan tetapi-

"jumlah ini! 30 tidak jumlahnya lebih dari 50! bagaimana ini, aku tidak punya cukup mana dan kalaupun aku berhasil menolongnya maka para mayat itu akan mengejar kami dan disituasi tersebut akan ada banyak kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi terutama untuk menyelamatkan tuan putri...tunggu dulu...ah iya, akan kucoba metode itu"

Kemudian sang penyair mempercepat gerakannya mendahului pengawal lalu dia menciptakan sebuah tali dari sihir untuk membantu pengawal tersebut naik ke atas pohon.

"paman ini aku huka! cepat kesini dan raih tali ini!"

Ucap huka dengan perasaan cemas sambil terburu-buru membuat tali dan berusaha menjulurkannya sepanjang mungkin.

"tuan huka ternyata itu anda, anda benar-benar penyelamat saya"

"sudah berhentilah bicara dan cepat naik keatas sini!"

pengawal itu berlari sekencang mungkin. dibelakangnya ada lebih dari 50 mayat berjalan yang mengejar dan teman-temannya beserta si kapten yang telah ter-erupsi, pada akhirnya dia (pengawal) dapat meraih tali yang diulurkan.

"aku dapat!"

Setelah meraihnya pengawal itu berusaha memanjati pohon secara perlahan, namun-

"ssssrriinngggg"

Suara lemparan pisau yang tiba-tiba datang entah darimana.

"....."

"hhh-hyaaaaaaghhhhh!!!"