Rina menepuk jidatnya sendiri. "Astaga ibu. Jangan marah marah dulu. Setidaknya dengar dulu penjelasan dari kami."
"Penjelasan apa? Tau tau kamu sudah sakit. Jika bukan karena karyawanmu di kantor ibu juga tidak akan tau kalau kamu sakit."
"Maafkan Edi, Bu," ucap Edi sambil menundukkan kepala.
Ibunya Rina menujuk Edi dengan jari telunjuknya. "Diam kamu! Dasar laki-laki tidak becus," umpat ibunya Rina.
"Kalau ibu marah marah seperti ini kesehatan Rina sepertinya akan memburuk lagi. Apa itu yang ibu inginkan?" tanya Rina. Ia memegangi kepalanya, tiba-tiba menjadi pusing lagi.
Edi membelalakan matanya. "Astaga. Kenapa?" tanya Edi.
"Kepalaku sakit sekali," jawab Rina. Kepalanya terasa pusing berkunang-kunang. Dan sangat ringan.
Edi cemas. "Aku akan panggilkan dokter dulu ya," ucap Edi. Dia lalu beranjak meninggalkan ruang perawatan Rina dan menuju ke ruang dokter.
"Ini rumah sakit Bu. Jangan bicara kencang seperti itu nanti menganggu pasien yang lain," ucap Rina.