"Maaf kalau boleh saya tau. Ibunya Namira yang mana ya?" tanya dokter setelah mengecek kondisi Namira.
"Saya ibunya dok," jawab Sania dengan cepat. Sementara Marisa diam. Karena memang Sania ibunya.
"Kalau begitu tolong ikut ke ruangan saya," suruh dokter.
Sania mengangguk. Ia lalu berjalan mengekor di belakang dokter itu untuk menuju ke ruangannya yang tidak jauh dari UGD.
Marisa ingin sekali ikut masuk. Tetapi dia rasa Kevin sebagai ayahnya Namira lebih berhak.
"Kamu tidak masuk?" tanya Kevin.
Marisa menggelengkan kepalanya. "Kamu saja yang masuk. Kamu kan papanya," jawab Marisa.
Meskipun bibir Marisa tersenyum. Namun tersirat jelas bahwa Marisa juga tak kalah mengkhawatirkan Namira.
"Masuklah. Bukankah dia juga anakmu," suruh Kevin kepada Marisa.
Marisa menatap wajah Kevin dengan lekat. "Sungguh?" tanya Marisa memastikan.
Kevin mengangguk. "Aku bersungguh sungguh," jawab Kevin.