Ketika Kevin sudah menemukan driver ojek online terdekat. Ia lalu menyuruh Joni untuk segera menyusul ke restoran tempat Marisa meeting. Dan dengan secepat kilat Kevin keluar dari mobilnya.
Kevin segera naik ke motor ojek online yang ia pesan. Ia juga berjanji akan memberikan tip yang besar jika driver ojek online tersebut bisa sampai lebih cepat ke tempat istrinya berada saat ini.
Dan dengan tawaran yang menggiurkan tersebut, driver ojek online menyanggupi permintaan Kevin. Ia mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi, menerobos dengan lincah jalanan yang macet.
Namun di tengah perjalanan Kevin sempat melihat toko perhiasan yang selama ini menjadi langganan ia dan Marisa. Kevin lalu menepuk pelan bahu driver ojek online itu. Dan menyuruhnya untuk berhenti sebentar di toko perhiasan tersebut.
Setelah motor yang Kevin tumpangi berhenti. Ia lalu segera turun dan gegas masuk toko perhiasan. Dan menyuruh driver ojek online tersebut untuk menunggu sebentar.
"Saya masuk toko dulu ya pak. Tolong tunggu sebentar di sini," ucap Kevin. Setelah itu ia berjalan mempercepat langkahnya untuk membuka pintu toko perhiasan tersebut.
Seorang pramuniaga toko dengan ramah menyapa Kevin. "Selamat siang pak, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya mau kalung berlian dengan desain terbaru dan terbaik mbak," jawab Kevin.
"Baik pak, mari saya tunjukkan." Pramuniaga tersebut mengangguk, kemudian berjalan untuk mengarahkan Kevin ke tempat yang dimaksud.
Beberapa model kalung berlian cantik ditunjukkan oleh pramuniaga toko perhiasan tersebut. Dan akhirnya Kevin memilih salah satunya. Kevin yakin Marisa pasti akan menyukainya.
"Yang ini mbak," tunjuk Kevin.
Pramuniaga toko perhiasan tersebut pergi, setelah Kevin memberikan kartu kredit miliknya. "Ini mbak."
"Baik pak, saya akan segera kembali. Bapak bisa menunggu di sebelah sana sebentar, kalau saya sudah selesai saya akan panggil," pamit pramuniaga toko perhiasan tersebut.
Beberapa menit kemudian pramuniaga toko perhiasan tersebut datang membawa sebuah paper bag berwarna merah. Tentu saja di dalamnya terdapat kalung berlian yang Kevin sudah beli tadi.
Setelah selesai. Kevin gegas keluar dari toko. Dan kembali kepada ojek online yang sudah menunggu di parkiran toko perhiasan.
"Ayo pak, jalan lagi," suruh Kevin. Setelah naik ke motor.
**
Jarak tempuh yang sebenarnya akan memakan waktu satu jam, bisa disingkat kurang dari empat puluh lima menit saja. Seperti yang Kevin janjikan tadi, ia lalu memberikan bonus tip kepada driver ojek online tersebut.
Tak membuang waktu lama Kevin masuk restoran tersebut. Ia berjalan sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, demi mencari keberadaan istrinya.
"Mana sih?" gumam Kevin.
Kemudian langkah Kevin terhenti, ketika sudah menemukan keberadaan istrinya. Kevin melihat di suatu meja sudah ada Marisa, Rina, Edi dan dua orang lainnya. laki-laki dan perempuan mungkin sepasang calon pengantin yang menjadi klien Marisa nanti.
Kevin menunggu dengan sabar sampai meeting Marisa selesai. Ia lalu duduk di sebuah kursi pada meja makan yang tak jauh dari Marisa. Namun Marisa tidak menyadari kedatangan Kevin di restoran tersebut.
Seorang pramusaji datang menghampiri Kevin, dengan membawa buku menu dan secarik kertas untuk mencatat pesanan. Kemudian pramusaji tersebut bertanya kepada Kevin, "Mau pesan apa pak? Ini menu di restoran kami." Pramusaji lalu menyodorkan buku menu kepada Kevin.
"Buku menunya bisa ditinggal di sini dulu mbak? Saya pesen makannya masih nanti soalnya," tanya Kevin.
"Boleh pak. Nanti Anda bisa panggil salah satu dari kami jika mau pesan makanan," jawab pramusaji tersebut. Setelah itu ia pergi.
Cukup lama Kevin menunggu. Hampir lima belas menit lamanya. Dan akhirnya kini klien Marisa terlihat bangkit dari tempat duduknya. Dan klien itu pergi setelah berjabat tangan dengan Rina, Marisa dan Edi.
Setelah Kevin memastikan klien Marisa pergi. Ia menghampiri Marisa. Kedatangan Kevin yang secara tiba-tiba tersebut tentu saja membuat kaget ketiganya.
"Kamu sejak kapan di sini Vin?" tanya Marisa.
"Sejak tadi," jawab Kevin, setelah itu melayangkan senyuman.
"Bukannya tadi kamu habis meeting di restoran violet? Jauh kan dari sini?" tanya Marisa.
Kevin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia agak sedikit canggung, karena rasanya memang aneh juga, karena tadi tidak janjian bertemu dengan Marisa. "Ya, aku pengen makan siang aja sama kamu, boleh kan?" tanya Kevin.
Kevin adalah suami Marisa. Siapa yang akan melarang mereka untuk makan siang bersama?
Kevin lalu mengulurkan paper bag yang ia bawa tadi kepada Marisa. "Ini ada sesuatu untuk kamu," ucap Kevin.
Marisa melirik ke arah paper bag tersebut, kemudian mendongak menatap wajah Kevin.
Paper bag tersebut tidak asing bagi Marisa. Karena memang toko perhiasan tersebut sudah menjadi langganannya sejak lama. Tapi yang membuat Marisa penasaran. Apa isi di dalamnya.
"Apa ini?" tanya Marisa. Ia tersenyum walau sedang diliputi rasa penasaran.
"Buka aja," jawab Kevin.
Marisa lalu mengeluarkan kotak perhiasan dari dalam paper bag tersebut. Lalu membukanya.
Mata Marisa berbinar, seperti berlian yang sedang ia pegang. Kilaunya sangat indah hingga membuat siapapun yang memandangnya bisa terpesona.
Marisa berdecak kagum. "Indah sekali kalung ini."
Kevin memasang wajah penuh kesombongan, karena berhasil membuat Edi menekuk wajah saat itu. Kevin merasa puas sekali melihat reaksi Edi.
"Keindahannya akan lengkap jika sudah kamu pakai sayang." Kevin sengaja mengatakan hal itu agar Edi lebih panas.
Dan benar saja. Edi dari awal kedatangan Kevin memang sudah merasa tidak suka. Ia sangat terganggu terlebih ketika memamerkan kemesraan di depan matanya.
"Rin. Dari pada jadi obat nyamuk mending kita pergi aja," sindir Edi. Ia sudah seperti ABG labil saja.
"Maaf Di, aku udah laper banget ini. Mau makan," sahut Rina yang tak peduli akan nasib Edi.
"Iya. Makan aja dulu sama-sama," ucap Marisa tak enak hati.
"Aku nggak laper Sa. Maaf ya, aku pergi duluan," pamit Edi. Ia kemudian melangkahkan kakinya pergi. Ia sudah tidak tahan lagi dengan pemandangan ini.
Setelah Edi pergi Rina tertawa terbahak-bahak. "Kamu sengaja kan Vin?"
Walau hanya tersenyum. Kevin seakan sudah mengisyaratkan bahwa jawabnya memang iya.
"Ya apa salahnya membelikan hadiah untuk istri sendiri?" tanya Kevin.
"Iya deh, iya… tapi dari pada aku jadi obat nyamuk beneran, lebih baik kalian pindah meja dan makan berdua deh," cetus Rina pengertian.
Kevin menggelengkan kepalanya, lalu melontarkan pujian kepada Rina. "Luar biasa. Kamu memang sahabat terbaik Marisa." Marisa yang melihatnya hanya bisa tertawa.
"Udah sana…" Rina mendorong lengan Marisa agar segera berpindah meja.
"Bener nih nggak apa-apa?" tanya Marisa.
"Iya dong. Aku mau makan sepuasnya. Laper," jawab Rina menegaskan.
"Oke deh. Kami pindah sebelah sana ya Rin?" Kevin menunjuk ke kursi yang tadi ia duduki.
Kevin kemudian memundurkan kursi untuk Marisa duduk. Baru setelah itu memundurkan kursi yang berseberangan dengan Marisa, dan duduk di sana.
"Kamu kenapa nekat pergi ke sini sih? Jauh lho," tanya Marisa. Ia sebenarnya terharu dengan aksi nekat Kevin ini.
"Kamu cemburu ya…?" tebak Marisa dengan nada menggoda.