Di balik jendela hotel tempat akan berlangsungnya pernikahan antara, Sania dan suamiya. Marisa dengan gaun putih sepanjang mata kaki duduk di kursi rodanya memandangi pemandangan di luar. Tidak ada yang menarik kecuali gedung-gedung pencakar langit yang seolah telah ditata dengan rapi.
Hari ini akan dimulai hari di mana dia harus berbagi suami dengan wanita lain. Kalau saja bukan demi nama baik dan juga bayi yang ada di kandungan Sania saat ini. Marisa tidak akan pernah sudi menjadikan Sania sebagai madunya. Sudah cukup dia menyakiti hati dan hari-hari Marisa di rumah.
Beberapa menit lagi akan berlangsung pernikahan tersebut. Semua orang siap, dan hanya menunggu mempelai wanita selesai dirias saja.
Marisa mendengar suara bel pintu. Lalu dengan perlahan Marisa mengayuh roda besar pada kursi menuju ke pintu masuk.
Demi melihat siapa yang ada di baliknya, karena Marisa hanya sendiri di sana.
