Marisa tidak dapat menghentikan kegelisahan yang mencengkram hatinya. Dia seratus persen yakin Sania dan mertuanya tidak akan berhenti mengganggunya. Tapi walau bagaimanapun Marisa tidak boleh kalah.
Marisa meraih apel yang ada di atas keranjang buah di atas nakas dekat ranjangnya. Dia mengenggamnya dengan tangan gemetar lalu menggigit sebagian buah apel tersebut.
"Permainan apa yang akan kamu mainkan setelah ini. Aku akan mengikutinya. Kamu atau aku yang akan berhenti dengan sendirinya nanti," gumam Marisa.
Dering ponsel Marisa berdering dengan nyaring. Marisa melirik sekilas. Nama Rina tertera di layar. Marisa kemudian mengangkatnya.
"Halo Rin? Ada apa?" tanya Marisa saat sambungan teleponnya sudah terhubung dengan Rina.
Karena masalahnya dengan Sania tadi. Marisa sampai lupa jika hari ini ada jadwal fisioterapi. Dan Rina menelepon untuk bertanya dengan siapa Marisa hari ini akan berangkat ke rumah sakit.
"Kamu hari ini ke fisioterapi dengan siapa?"