"Aku benar-benar minta maaf akan hal itu. Tapi aku sungguh lupa kalau harus mengantar Namira pulang ke rumahmu," ucap Marisa dengan wajah bersalahnya.
Namun Sania tetap saja marah dan tidak bisa mengendalikan emosinya. Kini sifat aslinya benar-benar keluar.
"Lupa katamu? Kamu hanya berniat membuat anakku menjadi nakal dan tidak patuh kepadaku saja. Kamu pikir aku tidak mengetahuinya?" tuduh sania. Pikirannya dipenuhi hal-hal yang buruk mengenai Marisa.
"Aku tidak suka mama marah-marah seperti itu sama tante Sania," ujar Sania. "Mama menyebalkan, aku benci sama mama!" seru Namira sambil berlari menuju ke mobilnya.
Sania membuang napasnya dengan kasar. Lalu menyugar rambutnya. "Kamu lihat sendiri kan? Dia menjadi pembangkang karena pengaruh darimu," tuduh Sania.
Marisa tertawa kecil. "Tidakkah kamu lihat bagaimana kecewanya anakmu pada ibunya sendiri?"