"Naura," panggil seseorang yang membuat Naura dengan seketika menghentikan langkah kakinya.
"Kak Dilan? Ada apa Kak?" tanya Naura dengan begitu enteng.
Dilan terus melangkahkan kaki mendekat ke arah di mana Naura berada, sejenak Dilan memperhatikan Naura dengan tatapan yang sekarang terlihat begitu santai.
Di satu sisi Naura sebenarnya merasa sedikit takut saat dia berhadapan dengan Dilan, karena tidak bisa dibohongi kalau dia tahu sedikit cerita tentang Dilan.
Selain tahu cerita tentang Dilan, Naura juga tahu bagaimana nakalnya seorang Dilan, terlebih dia yang masih satu geng dengan Galang yang sudah pasti dia tahu bagaimana kenakalan mereka saat di Sekolah.
"Ada hal yang ingin gue tanyakan sama lo, tapi lo harus jawab jujur sama gue."
Dilan mengedarkan pandangannya memperhatikan sekeliling sambil mengamati jangan sampai ada orang yang tidak Dilan inginkan untuk melihat kalau dia sekarang tengah bersama dengan Naura.
"Mau tanya apa Kak? Tanya aja," jawab Naura dengan begitu enteng.
Dilan melangkah satu langkah mendekat ke arah Naura dan membuat Naura dengan seketika melangkah mundur saat Dilan mendekat.
Alasan yang membuat Naura lebih memilih untuk mundur, karena Naura ketakutkan. Memang tidak bisa disembunyikan kalau dalam pikirannya sekarang ada sebuah pemikiran di mana dia takut bahwa Dilan akan membully dirinya.
"Lo ada hubungan apa dengan Galang?"
Deg
Dengan seketika Naura merasa mematung di tempat. Naura mencoba untuk terlihat biasa saja sekarang, tapi melihat bagaimana Dilan menatapnya membuat dia tidak bisa terus tenang.
Melihat Naura yang terdiam seperti ini membuat Dilan curiga kalau ada sesuatu di antara Naura dan juga Galang, karena sudah banyak hal yang merasa ke sana.
"Kenapa diem?" tanya Dilan yang berusaha untuk membuat Naura tersadar dari lamunannya.
"Kak Dilan kan temannya Kak Galang, kenapa Kak Dilan gak tanya langsung hal ini sama Kak Galang?"
Skak
Dilan terdiam mendengar sebuah pertanyaan yang baru saja Naura ucapkan setelah sedari tadi Naura terdiam seperti orang yang tengah bengong, tapi sekali bertanya seperti itu.
Sekarang mendadak Dilan menjadi berpikir tentang kalimat apa yang bisa dia lakukan untuk membuat Naura membuka suara dan mengatakan kepada dirinya ada hubungan apa antara dirinya dan juga Galang.
"Gue sekarang sedang berhadapan dengan lo dan gue juga bertanya sama lo, tugas lo sekarang hanya menjawab apa yang sudah gue tanyakan." Dilan menjelaskan dengan nada yang sangat datar.
"Padahal Kak Dilan punya waktu yang jauh lebih lama saat bersama dengan Kak Galang, dibanding bersama dengan aku, lalu kenapa Kak Dilan malah milih tanya hal ini sama aku?"
Benar-benar begitu enteng Naura bertanya dan hal ini tidak sampai membuat dirinya terjebak di posisi yang mana dia harus mengatakan hal yang sebenarnya tentang hubungannya dengan Galang.
Naura begitu memikirkan perasaan Galang dan Naura juga tahu sepertinya Galang tidak ingin kalau sampai teman-temannya tahu bahwa mereka sudah bertunangan.
Kenapa susah banget buat dia mengakui hubungan yang mereka miliki?
Dilan sangat bertanda tanya dengan semua hal ini, karena memang dia sudah merasa lelah memikirkan pertanyaan yang sudah harus membuat Naura mengatakan apa hubungan yang mereka miliki.
"Jangan sampai gue harus kasar sama lo, mending lo jawab aja apa hubungan lo dan juga Galang!" seru Dilan yang mulai menaikkan nada bicaranya.
"Ya kalau udah tahu jangan sampai kasar sama aku, udah Kakak diem aja, jangan kasar." Naura dengan begitu entengnya menjawab mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya.
Di saat banyak siswi yang kalau takut akan lebih memilih untuk nunduk dan juga memilih untuk tidak terus menjawab, lain hal dengan Naura.
Selama Naura masih mempunyai kalimat yang ada dalam pikirannya, maka Naura akan mengutarakan hal tersebut, meski memang sering dari kalimat yang Naura ucapkan membuat banyak lawan bicaranya merasa kesal dengan kepolosan yang dia miliki.
"Jawab! Apa hubungan yang lo miliki dengan Galang?!" tanya Dilan yang sudah mulai kesulitan untuk mengontrol emosinya.
"Aku kan udah jawab dari tadi, tanya aja sama Kak Galang apa hubungan aku sama Kak Galang, lagi pula untuk apa sih mencari tahu hubungan aku sama Kak Galang?" tanya Naura dengan nada bicara yang begitu enteng.
Naura merasa kebingungan dengan alasan yang menjadi dasar utama kenapa Dilan terus-terusan memaksa dirinya untuk membeberkan apa hubungan yang dia miliki dengan Galang.
"Alasan yang gue punya kenapa gue mencari tahu hubungan apa yang lo miliki dengan Galang itu urusan gue, urusan lo hanya tinggal mengatakan apa hubungan lo dengan Galang!" jelas Dilan dengan penuh penekanan.
"Kalau seperti itu, maka hubungan aku dan juga Kak Galang juga urusan aku, bukan urusan Kak Dilan." Naura membalikkan kalimat yang baru saja Dilan ucapkan.
Cukup masuk akal.
Di saat Naura yang tidak boleh mengetahui apa alasan di balik Dilan yang mencari tahu semua ini, maka Dilan juga tidak boleh tahu apa hubungan yang dia miliki dengan Galang.
Sungguh pemikiran yang baik.
"Bisa tidak lo jangan banyak jawab, karena semua jawaban dari lo itu gak ada gunanya. Gue cuma ingin lo menjawab apa hubungan lo dengan Galang!" tegas Dilan yang semakin menatap Naura dengan tatapan yang semakin serius.
Jantung Naura sebenarnya sekarang sudah berdebar kencang, dia sudah kebingungan dengan apa yang harus dia lakukan sekarang, karena dia tidak ingin memberi tahu Dilan hubungan mereka.
"Kalau gak ngomong juga gue tampar lo!" ancam Dilan.
"Ahhh!" teriak Naura dengan begitu kencang.
Apakah Dilan benar-benar menampar Naura?
Kalau memang Dilan sampai menampar Naura, bagaimana kalau Galang tahu semua ini?