Sejujurnya, merelakan Nuansa saat itu menjadi sesuatu yang berat bagiku. Meski bibir mengucap kerelaan, hatiku tetap saja meronta tak mengikhlaskan. Aku menghabiskan waktu membaca buku dan menulis karya-karya terbaru. Juga balikan dengan mantan-mantanku cuma untuk mengusir jemu.
Aku ingat saat Meri datang mengabarkan soal kedatangan karyawan baru bernama Filosofia, yang langsung membuatku tertarik. Filosofia, yang dulunya teman dekatku saat kami masih kecil, datang lagi setelah lama hilang kontak sejak orang tuanya meninggal. Wajarnya, orang yang sudah lama tak bertemu pasti merasa canggung atau bahkan lupa detail dirinya. Namun, tidak bagi Filosofia. Karena aku tak punya banyak teman dan ia teman perempuan satu-satunya yang kupunya, aku amat sangat hafal dirinya.